30.

7.8K 912 42
                                    

Sudah setengah jam Aerin termenung dibalkon kamarnya sedari tadi seorang diri, melamun memikirkan perkataan cowok itu, sekolah yang belum usai tak Aerin hiraukan, ia langsung memesan gojek dan pulang kerumah dengan tergesa, ingin segera menemui adiknya yang belum pulang sekolah.

BRAKK!!

Gebrakan keras suara seseorang membuka pintu menyadarkan Aerin dari termenungnya.
"He lied" ucap cowok itu tiba-tiba dengan nafas memburu, sepertinya cowok itu berlari kesini dan sepertinya Daffin telah memberi tahu cowok itu tentang percakapan mereka tadi.

"Jadi Lo-- atau dia yang bohong?" Lirih Aerin tanpa menatap cowok itu.

"He lied, you real, and the others not"

"Really?"
"Seems not" cicit Aerin.

"Jangan percaya Daffin" tegas Radit kemudian perlahan mendekati Aerin.

"Jangan mendekat" sergah Aerin, mata nya menatap nyalang Radit.

"What?! You trust him?" Raung Radit tak percaya.

"Kalo gue bilang iya gimana?"

"You're not" kekeh Radit.

"I trust him, gue baru menyadari kalo gue ga punya memori secuil pun tentang masa kecil gue"

"No, you're real Aerin!"

"Tell me everything, or I will jump" ucap Aerin sambil mendekat kearah pagar balkon.

"Lo gila! Kesini Aerin!" Amuk Radit, mencoba mendekati Aerin lagi. Namun semakin cowok itu mendekat, semakin mendekat pula Aerin pada ujung balkon. Cowok itu berhenti lalu mengusap wajahnya frustasi

"No, tell. Me. The. truth" tekan Aerin pada setiap kata yang ia ucapkan.

"I'll tell you everything, just come here" ajak cowok itu lembut.

"Disini Radit"

"Okay, tapi menjauh dari ujung sana please"

Aerin sedikit bergerak menjauh dari ujung balkon, dirinya masih menatap Radit tajam, ingin agar cowok itu segera berbicara.

"But you must promise me you're not going anywhere after I tell you everything"

"I promise. Now tell me"

Radit menatap Aerin lembut, dirinya memulai pembicaraan.
"Empat tahun yang lalu, ada seorang perempuan dengan kisaran umur 12 tahun datang kerumah gue dengan muka linglung"

Cowok itu berhenti berucap sejenak, kemudian menatap Aerin intens, mencoba mencari sesuatu didalam mata itu.

"Dia nanya ini dimana dan bagaimana dirinya bisa berada disana. Nyokap gue yang kebetulan ada dirumah, iba ngeliat perempuan itu yang kayak orang tersesat dan lingkung, dan langsung bawa perempuan itu masuk kerumah" ucapan cowok itu berhenti, cowok itu berjalan ke ujung kasur lalu duduk menatap Aerin.

"Dua hari perempuan itu tinggal dirumah gue, tiba-tiba dia teriak heboh saat ngeliat Nio tetangga gue keluar dari rumahnya. Perempuan itu bilang kalau itu adalah Nio, adiknya. Nio yang mendengar itu cuma diam karena dia ngerasa sama sekali ga pernah punya kakak. Nyokap gue yang tau kejadian itu akhirnya cerita tentang perempuan itu ke orang tua Nio, kalau perempuan itu dua hari yang lalu datang kerumah nya dengan muka linglung, jadi dia bawa untuk tinggal disana. Orang tua Nio yang mendengar itu langsung bertanya apa boleh mereka saja yang mengurus perempuan itu, karena orang tua Nio sedari dulu sangat menginginkan anak perempuan, namun karena rahimnya yang sudah tak bisa melahirkan anak lagi, dengan berat hati harus menerima bahwa mereka tak bisa mempunyai anak lagi selain Nio."

Flashback.

"Boleh saya saja yang mengurus anak itu Bun?"

"Boleh bun, tapi apa ga merepotkan? Saya ga keberatan kok kalau dia sama saya sebenarnya" ucap ibu Radit.

"Saya ingin sekali aja mengurus anak perempuan Bun, biarkan saya yang mengurusnya" pinta ibu Nio kepada ibu nya Radit.

"Tapi saya juga tak tahu asal muasal gadis itu"

"Gapapa bun, saya terima dia apa adanya. Meskipun jikalau ia anak pelacur sekalipun"

"Saya akan tanya anaknya dulu ya Bun"

"Boleh saya ikut?"

"Boleh, ayo kerumah saya"

Kedua orang tua tadi memasuki rumah Radit dan berjalan kekamar perempuan itu yang tengah duduk termenung.

"Nak, ini ibunya Nio. Dia mau menawarkan diri ingin mengurusmu"

Perempuan itu tersadar dari lamunannya kemudian menatap ibu Radit juga Ibu Nio. Ia yang mendengar tutur kata ibu Radit merasa bahwa kini ia adalah bola yang tengah dioper kesana kemari.

"Emm terima kasih atas tawarannya, tapi saya besok akan pergi dari sini"

"Kamu mau kemana nak?!" Tanya ibu Radit cemas.

"Saya- ingin mencari keluarga saya?"
Tanya Aerin pada diri sendiri.

"Kamu ga mau disini dulu sampai kamu pulih?" Tanya ibu Nio lembut.

"Eum, saya ga mau merepotkan" ucap perempuan kecil itu.

"Kamu ingat Nio, kamu bilang dia adikmu kan? Dia bisa jadi adikmu sekarang, tapi kamu ikut saya" kekeh ibu Nio.

"Itu--"

"Kamu bisa memikirkannya dulu, tapi tetap disini dulu ya" ujar ibu Radit.
"Jangan terlalu memaksa Bun, dia belum pulih benar"

Ibu Nio menatap perempuan itu lembut kemudian menghampirinya, tangannya mengelus rambut perempuan itu sayang.

"Gapapa, nanti kabarin saya ya kalau mau. Saya nanti bakal jadi mama mu dan Nio bakal jadi adikmu, ada juga papa mu nanti"

Perempuan itu yang masih bingung, hanya mengangguk mendengar itu, kemudian menundukkan kepalanya.

2 hari kemudian, perempuan itu memutuskan akan menerima tawaran ibu Nio, dan tinggal disana. Ia juga tak tahu mengapa ia bisa menerima tawaran itu. Mungkin karena tatapan kasih seorang ibu yang sering kali wanita itu tujukan kepada perempuan itu?

Hari berganti dan orang tua Nio telah mengurus sekolah perempuan itu di SMP pelita, SMP yang sama dengan Radit dan Nio. Perempuan itu menjalani hari-hari menyenangkan selama ia tinggal di rumah Nio. Semua sangat baik kepadanya.

Tiba-tiba saat ia sedang melewati perpustakaan sekolah, perempuan itu melihat seorang laki-laki yang sangat mirip dengan seseorang yang ia kenal, perempuan itu secara sembunyi-sembunyi mencoba mendekati laki-laki yang tengah menulis di meja perpustakaan itu.

Saat melihat wajah laki-laki itu, perempuan itu tiba-tiba terkesiap. "Daffin?" Ujar perempuan itu sedikit keras yang membuat laki-laki bernama Daffin itu menoleh kearah perempuan itu.

"Siapa?" Tanya Daffin sambil mengerutkan kening.

"Daffin? Ini aku!" Seru perempuan itu kepada laki-laki itu.

Laki-laki yang mendengar itu semakin mengerutkan keningnya.
"Kita kenal?"

Aerin membuka mulutnya tak percaya. "Kamu ngelupain aku?"

Ucapan perempuan itu seketika membuat Daffin bingung. Dirinya menatap perempuan itu dari atas kebawah, meneliti ciri fisik perempuan itu.

"Daffin tolong aku, aku ga tau ini sekarang lagi dimana. Aku kemarin tiba-tiba aja bangun didepan rumah orang"

"Asal kamu dari mana?"

"Kamu serius nanya? Kamu Daffin teman ku kan? Kita udah sama-sama dari SD, ibuku bahkan sering menitipkan ku kepada ibumu. Aku Aerin. Aerin Sanariqa!"

Deg.

Daffin terdiam mendengar itu, ia menatap Aerin intens dari atas kebawah. Akhirnya ia tau alasan mengapa semua tulisan dibuku nya mendadak hilang. Karena sepertinya tulisan itu berubah wujud menjadi nyata. Wujud seorang perempuan bernama Aerin Sanariqa.

___

TBC

26 JULI 2022

Somewhere in Neverland [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang