31.

7.4K 794 9
                                    

___

"Stop- gue ga perduli sama perempuan yang Lo ceritain, gue cuma mau balik ke dunia gue." putus Aerin saat cowok itu sedang menjelaskan. 'Sial! Bisa-bisanya cowok itu bicarain cewek lain disaat kayak gini'

"Maksud Lo apa ngomong gitu?" Raut cowok itu berubah drastis saat Aerin mengatakan itu. Cowok itu menatap Aerin dengan rahang mengetat, raut marah sangat terlihat di wajahnya.

"Gue mau balik!" Tegas Aerin lagi, mencoba tidak perduli dengan tatapan marah cowok itu.

"Better watch your mouth, you promised you're not going anywhere" bulu kuduk Aerin berdiri mendengar suara rendah cowok itu. Oke- Aerin sedikit takut sekarang, tapi ia tak akan sudi memperlihatkan ketakutannya pada cowok ini.

"Gue mau balik, dan ga akan ada yang bisa ngehalangin gue" tegas Aerin

Cowok itu menatap Aerin marah lalu berjalan ke arah Aerin dengan langkah lebar dan langsung mendekap tubuh Aerin dengan kuat, Aerin yang terkejut tak sempat melarikan diri dari cowok itu. Ia mencoba memberontak dan makin memberontak lagi saat Aerin merasakan sesuatu melingkari kedua tangannya.


"Lo ngapain Radit!" Jerit Aerin saat merasakan kedua tangannya diikat cowok itu menggunakan dasi.

"Lo ga boleh kemana-mana!" Racau cowok itu dengan nada cemas sambil terus mengikat kedua tangan Aerin menggunakan dasinya. "We're going home!"

Radit mengangkat Aerin lalu memikul cewek itu dipungggungnya dengan kedua tangan Aerin terikat kuat.

"Lo sinting!" Jerit Aerin sambil menendang cowok itu membabi-buta. "Lepasin gue anjing🐕!" Sialan cowok ini! Aerin ingin menangis, dirinya sedikit pusing karena posisi kepala cewek itu yang menghadap kebawah.

Radit berjalan dengan emosi, cowok itu melangkah lebar-lebar hingga sampai ke dalam mobil dan membanting tubuh Aerin ke jok penumpang disampingnya.

Aerin terus berontak dan menjerit sekuat tenaga, namun mulutnya tiba-tiba disumpal kain oleh cowok itu sampai ia tak bisa menjerit lagi.

Aerin menatap Radit marah, emosi nya benar-benar meningkat melihat cowok itu yang memperlakukan dirinya seperti ini.

"You're not going anywhere" lirih cowok itu lagi sambil menatap Aerin cemas.

Aerin terus memberontak selama perjalanan, membuat mereka hampir menabrak sebuah mobil didepan mereka. Radit dengan emosi mengikat tubuh cewek itu dengan seat belt sampai tak bisa bergerak.

Sampai mereka tiba disebuah apartment pun cewek itu tetap memberontak meski tenaganya sudah habis terkuras, Aerin hanya tak ingin cowok itu melihatnya lemah. Ia akan tetap melawan sekuat tenaga.

Radit membuka sebuah pintu apartment dan memasukkan Aerin kedalamannya lalu membanting cewek itu ditengah kasur.

Aerin gelagapan, dirinya ingin melawan cowok itu tapi tenaganya sudah benar-benar terkuras. Dirinya benar benar terlihat lemah sekarang, meringkuk dengan tangan terikat dan mulut tesumpal kain. Cewek itu menatap Radit memohon, mencoba meminta belas kasih cowok itu.

"You're not going anywhere" lirih cowok itu melihat Aerin dengan pandangan sayu. Perlahan cowok itu mendekati Aerin dan melepas sumpalan kain dimulut cewek itu.

"Lo sinting" cecar Aerin saat sumpalan kainnya sudah terlepas.

"I'm crazy of you"

"Lepasin gue!" Jerit Aerin pada cowok itu. Cowok itu tak menjawab, hanya menatap Aerin sayu.

"Lepasin gue" nada Aerin melembut, cowok keras kepala ini tak bisa dibalas dengan keras. Aerin harus merayu nya dengan lembut

"No" lirih cowok itu.

"Lepasin Radit, tanganku sakit. Aku ga akan kemana-mana" nada ucapan cewek itu benar benar lembut sekarang, mencoba merayu cowok itu untuk melepas ikatan tangannya.

Cowok itu menatap pergelangan tangan Aerin yang terlihat memerah, dirinya perlahan mengambil tangan itu kemudian mengelusnya.

"I'm sorry" ucap Radit merasa bersalah.

Radit mengambil tangan itu kemudian membuka ikatannya, dirinya menatap pergelangan tangan itu dengan sayu, perlahan mencium kulit putih mulus itu dengan pelan.

"I'm sorry" ucap cowok itu lagi, setelah mebgucaokan itu Radit segera beranjak dari kasur kemudian berjalan dengan cepat kearah pintu kamar dan menguncinya dari luar.

Aerin terperangah menatap itu, dirinya tak percaya dengan apa yang dilakukan cowok itu. Menguncinya dari luar! Sialan! cowok ini benar-benar sinting!

"RADIIT!! OPEN THE DOOR!" teriak Aerin dari dalam, cewek itu menggedor-gedor pintu dari dalam dengan kencang.

"NO!"

"LO SINTING!" amuk Aerin dari dalam, sambil menendang dan menggedor-gedor pintu.

"Yes I'm" lirih cowok itu dari luar, tubuh cowok itu luruh menyandar didepan pintu itu. Cowok itu menjambak rambutnya sendiri dan tak lama setitik air mata mengalir di pipi cowok itu, lanjut ke tetes berikutnya hingga pipinya basah oleh derai air mata.

Suara Aerin berteriak dari dalam kamar masih terdengar sampai 5 menit lamanya, sebelum cewek itu berhenti karena kelelahan.

"Brengsek!" Lirih Aerin untuk yang kesekian kali nya, suaranya hampir habis sekarang, cowok itu benar-benar brengsek. Aerin yang berada dibalik pintu ikut menjatuhkan tubuhnya didepan pintu sambil bersandar dipintu, lalu menangkup wajahnya dan mulai menangis.

Mereka berdua menangis dibalik pintu, dengan tubuh saling bersandar pada pintu. Radit mengusap wajahnya dan mendongak keatas, mencoba menghentikan tangisnya sendiri. Ia mengelus pintu itu sebelum beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Somewhere in Neverland [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang