Eyoo, double up check!
Semua translate ada di kolom komentar ya, tulisannya bisa ditekan agak lama sampai ada ikon komentar di kiri.
___
Mereka telah sampai ke tempat yang dituju dengan menggunakan mobil mewah Radit, Aerin baru tau cowok itu mempunyai mobil. Karena selama ini cowok itu berkendara selalu menggunakan motor dan digaransi depan cowok itu juga tak terdapat mobil.
'ternyata mereka bener-bener ke panti asuhan' ucap Aerin dalam benaknya saat melihat sebuah bangunan yang diatasnya tertulis Panti Asuhan Indah, dirinya sedikit merasa bersalah karena telah mencurgai mereka.
Saat Aerin akan siap-siap menuruni mobil, Aerin mengernyitkan kening merasakan mobil yang dikendarai Radit malah berlalu menuju ke belakang panti asuhan itu.
Dirinya tercengang saat melihat sebuah bangunan yang terang namun remang-remang, ia tahu betul bangunan apa itu karena diatasnya tertulis Light Garden Night Club. tempat nya sekitar 4 bangunan dari belakang panti asuhan tadi, karena jika dilihat dari depan sama sekali tak terlihat bahwa ada sebuah night club disini.
"Kan bener kata gue!" Seru Aerin.
Daffin hanya terkekeh menatap Aerin.
"Gue mau pulang ah" Aerin menatap Radit yang berada di kursi pengemudi lalu menggoyangkan sedikit lengan cowok itu.
"Udah sampe ini" ujar cowok itu.
"Katanya mau ke panti asuhan" rengek Aerin.
"Iya tadi udah ke panti asuhan" sahut Daffin.
"Itu lewat doang anjir" geram Aerin.
"Yang penting kan ke sana walaupun cuma lewat"
"Sinting Lo" ujar Aerin sambil menatap tajam Daffin.
Radit selesai memarkirkan mobilnya, cowok itu membuka seat belt lalu menatap Aerin. "Ikut aja, nanggung"
Cewek itu menatap Radit memelas yang telah berlalu dari mobil. Dirinya akhirnya ikut menuruni mobil Radit.
"Ada gue tenang" ucap cowok itu sambil merengkuh pinggang Aerin.
Mereka memasuki night club dengan santai tanpa pemeriksaan apa-apa. Penjaga yang mengenali wajah Radit langsung memberikan akses masuk saat melihat cowok itu.
"Sesek banget dit" keluh Aerin saat mereka melewati manusia-manusia yang tengah berjoget dengan busana minim itu.
Aerin menatap pakaiannya sendiri yang termasuk sangat sopan di bandingkan wanita-wanita lain, rok sepaha dengan atasan tanktop yang dilapisi jaket kulit hitam yang cowok itu pinjamkan.Cowok itu makin menarik Aerin saat seseorang sedikit menyentuh tubuh cewek itu. Dibelakangnya Daffin ikut melindungi cewek itu dari manusia-manusia yang tengah menari tanpa memikirkan hari esok.
Aerin menghembuskan nafas lega saat mereka melewati manusia-manusia tadi. Ia menoleh ke sekitar, tempat ini lebih sepi dari tadi. Cowok itu tiba-tiba berhenti disebuah ruangan lalu memasukkan pin kesebuah alat yang terletak disamping pintu tersebut.
Pintu terbuka, dan Aerin dapat melihat sebuah ruangan yang luas dan sangat sepi disini dengan banyak minuman keras di setiap lemari kaca .
"Kok sepi? Beda sama yang tadi?" Tanya Aerin heran."Ya sepi, ini kan ruangan private buat cowok Lo doang" ujar Daffin mengambil salah satu minuman keras lalu mendudukan dirinya di sofa ruangan itu.
Radit yang masih merengkuh pinggang cewek itu, ikut menarik Aerin menuju ke sofa lalu mendudukan cewek itu tepat di pangkuannya.
"Plis gue jomblo sendiri disini" ujar Daffin tak suka saat melihat Radit tengah memangku Aerin.
"Lepas" pinta Aerin.
Cowok itu melepas rengkuhannya dipinggang Aerin, dengan cepat Aerin beranjak dari pangkuan cowok itu, lalu duduk di sofa disamping cowok itu.
"Gue mau keluar bentar deh, agak gerah ya bund disini🙏" ucap Daffin sambil belalu.
Radit hanya mengangguk sambil menuangkan cairan alkohol kedalam gelasnya lalu menghidupkan rokoknya. Dirinya menghisap puntung rokok itu sambil kembali merengkuh pinggang Aerin dari samping kemudian menghembuskan asap rokoknya tepat ke wajah Aerin.
"Anjir" ucap Aerin sambil terbatuk, dirinya mengibas-ngibas udara didepannya, mencoba menghalau asap itu.
"Le-pas" ucap Aerin putus-putus, ingin melepas rangkulan cowok itu dipinggangnya dan sedikit menjauh darinya.
Radit menggeleng, cowok itu makin mengeratkan pelukannya dipinggang Aerin.
Aerin akhirnya berhenti terbatuk saat asap rokok tak lagi mengenainya. Cewek itu menatap kearah Radit dengan tatapan bertanya.
"That's not a normal cigarette, right?" Tanya Aerin.
"Why?" Cowok itu ikut menatap Aerin.
"It smell and taste so good when you kiss me after you smoked"
Ujar Aerin, "dan itu juga ga buat asma gue kambuh meskipun gue tetep ngerasa sedikit sesak dan batuk-batuk. What exactly is this?" Tanya Aerin sambil mengambil rokok Radit di sela jari cowok itu."What taste?" Tanya cowok itu menatap Aerin yang tengah meneliti rokoknya.
"I dont know, maybe taste like pappermint, citrus, and-- a bit of green tea after it?" Tanya Aerin pada dirinya sendiri.
"It's addicted" Lanjutnya."Is it? so, you addicted to my cigarette-- or my kiss?" Tanya cowok itu sambil mengelus bibir Aerin menggunakan tangan satunya.
Aeein mengabaikan pertanyaan cowok itu.
"Normally it tasted like a shit when you kiss someone after you smoked"
"Sounds like you are experienced" ujar Radit sambil menekan bibir bawah cewek itu menggunakan jempolnya.
"Cecil told me" Aerin menganggukan sedikit kepalanya lalu menatap Radit.
"What did she told you again?" Radit mengangkat tubuh Aerin, lalu mendudukan cewek itu kepangkuannya, menghadap dirinya
"She told me when you first doing 'it'- it'll hurt like hell" ujar Aerin polos, sedikit berbisik diakhir kalimatnya.
"She told that?" Tanya Radit sambil merengkuh pinggang cewek itu yang berada di pangkuannya.
Aerin mengangguk.
"Wanna try?"
____
27 Juni 2022
Jangan lupa tekan bintang dipojok kiri bawah bestie
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere in Neverland [Revisi]
Fantasía[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Debut story/ karya pertama, maaf kalo bacanya agak geli🤌🏻 [WARNING!!! : YOUNGADULT 17+ HARSH WORDS, KISSING, SMOKING, VIOLENCE] "Here's to all the place we went and all the place we'll go. Somewhere i...