Elang memberikan aba-aba kepada seluruh anak-anak panti supaya berbaris dengan rapi dan teratur. Seperti biasa pupuk untuk bercocok tanam dibagikan sedikit-sedikit kepada masing-masing anak. Disini anak-anak tidak hanya diajarkan bagaimana makan dan minum atau agama saja, melainkan diajarkan bagaimana cara berbaur dengan alam, salah satunya dengan bercocok tanam.
Hari ini anak-anak panti akan menanam sayur-mayur mulai dari kubis, sayur manis, tomat, dan lain-lain. Semuanya berebut semangat bahkan sampai ada yang menangis karena tidak kebagian skop.
”Rafi kenapa sayang?” tanya Elang seraya berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan anak kecil bernama Rafi yang menangis tersedu-sedu sambil mengucek-ngucek kedua matanya.
”Ih, nanti nggak ganteng lagi lho?” goda Elang membuat Rafi merengut. Pipinya yang tembem membuat Elang tidak kuasa menahan hasratnya untuk segera mencubit kedua pipinya.
”Ugh, Lafi ganteng!” gumam Rafi sedikit kesal dengan penyebutan r yang belum fasih. Elang mengulum tawanya. Ia tidak ingin membuat Rafi semakin cemberut. ”Kalo gitu jangan nangis lagi dong,” ucap Elang kemudian tangannya terulur untuk mengisap kedua pipi Rafi yang basah.
”Lafi bukan anak ketil!” ucap Rafi sambil menggembungkan kedua pipingya dengan kedua tangan bersedekap di dada. Elang pun mengacak-acak pucuk kepala Rafi gemas. Elang benar-benar tidak bisa menahan diri untuk menggoda Rafi.
”Pinjem skopnya sama Adel coba, bilang gitu 'adel pake skopnya gantian ya' coba gitu. Sana.” ucap Elang dan Rafi pun segera berlari ke arah Adel yang tengah asyik menggali tanah dengan skop kecil.
Dari kejauhan Bu Ratih dan Arini melihat Elang yang begitu kebapakan sekali ketika berinteraksi dengan anak-anak. Tidak salah memang kalau Arini menaruh hati padanya. Tiba-tiba tangan Bu Ratih terulur untuk menggenggam satu tangan Arini. Beliau tersenyum seolah memberikan semangat supaya Arini kuat.
Bu Ratih tau kalau Arini menaruh hati pada Elang. Namun, dengan halus Elang menolaknya dengan alasan hanya menganggap Arini sebagai seorang adik. ”Insyaa allah allah bakalan kasih kamu jodoh yang baik, nak.” ucap Bu Ratih.
Arini menahan bendungan air matanya yang hendak tumpah. Apa yang dikatakan oleh Bu Ratih barusan sedikit banyak membuat hatinya bergetar pilu. Arini tersenyum getir. Tidak semudah itu untuk bisa menghilangkan benih-benih cinta di hatinya, yang ada perasaan itu makin hari makin membesar.
Elang tidak sengaja memicingkan matanya ke arah jalan sana. Lagi, sebuah mobil hitam metalik yang sama terparkir di pinggir jalan seberang sana. Ini adalah kesempatannya untuk menghampiri mobil tersebut dan mengetahui siapa yang ada di dalam.
Elang berpikir kalau ia muncul dari arah yang mampu dijangkau oleh mata orang tersebut, kemungkinan mobil itu akan kabur seketika. Ia pun memilih lewat jalan belakang supaya sosok dirinya yanh berniat menghampiri mobil hitam itu tidak diketahui sama sekali.
Tok tok tok. Elang mengetuk kaca mobil hitam metalik itu. Orang yang ada di dalamnya pun membelalakan matanya kaget ketika Elang datang tiba-tiba entah dari arah mana kemudian mengetuk kaca mobilnya. Mau tidak mau orang yang ada di dalam itu pun menurunkan kaca mobilnya.
Elang mengernyitkan alisnya. Ia sama sekali tidak pernah berjumpa dengan pria yang duduk di dalam. Pria itu terlihat masih muda dengan rambut panjang berwarna perak seperti perempuan. Kedua matanya berwarna kebiru-biruan dengan kulit yang putih bersih. Sorot matanya tajam dengan kedua alis yang tebal dan hitam legam.
”Bisa kita bicara sir?” tanya Elang. Ia tau kalau pria ini bukan orang Indonesia. Wajahnya jelas-jelas menunjukkan kalau orang ini adalah keturunan Eropa.
”David, jemput saya 30 menit lagi. Saya ada urusan.” ucap Robert kepada sekretaris sekaligus supirnya itu.
”Baik tuan,” jawab David. Mobil hitam metalik itu pun melaju kencang setelah Robert turun dari mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/281162448-288-k878172.jpg)