Incomplete 19

551 59 0
                                        

NGETES DOANG

Hari ini Robert hendak berkunjung lagi ke panti asuhan dimana Elang tinggal. Ia menanggalkan jas mahalnya dan lebih memilih mengenakan kaos polos biasa berwarna abu-abu dan celana training berwarna hitam. Ia tidak ingin membuat anak-anak panti yang sejatinya bukanlah orang berada sepertinya harus iri karena penampilannya.

Ia ingin secara tidak langsung mengajarkan kepada anak-anak panti bahwa, sekaya apapun kita maka tetaplah harus rendah hati dan sederhana. Meskipun dulu Robert bukanlah seorang yang rendah hati dan baik seperti sekarang.

David yang menunggu di ruang tamu pun tersentak kaget melihat penampilan tuannya yang tidak biasa. ”Kenapa?” tanya Robert dingin seperti biasanya. Kalau orang yang pertama kali mengenalnya mungkin akan mengira dirinya begitu arogan dan sombong karena suaranya yang terdengar begitu dingin. Tapi, sebenarnya tidak seperti itu.

”Maaf tuan saya lancang,” ucap David membuat senyuman tipis terukir di bibir Robert. Baru pertama kali ini David melihat Robert tersenyum seperti itu. Sejak dulu Robert tidak pernah tersenyum dan cenderung bersikap dingin. Untuk melihatnya tersenyum seperti ini seperti kejadian langka yang hanya terjadi seribu tahun sekali.

”Ingat, jangan pernah panggil saya tuan di luar kantor ato gaji kamu nanti saya potong 50%, mengerti?” ancam Robert menahan senyumnya melihat mimik muka David yang memucat setelah mendengar gajinya yang akan dipotong 50% jikalau berani memanggil dirinya dengan sebutan tuan.

Mobil hitam metalik itu pun melaju kencang membelah ibu kota Jakarta. Tidak membutuhkan waktu lama sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh David tiba di sebuah panti asuhan. Ia membeli banyak mainan dan pakaian untuk diberikan kepada anak-anak panti.

Para pengurus panti yang melihat kehadirannya yang kesusahan membawa barang-barangnya itu pun segera membantu termasuk Arini. Entah mengapa Robert tidak menyukai sosok Arini yang terkesan polos seperti malaikat padahal ia baru pertama kali berjumpa.

Ayolah di dunia ini banyak sekali orang yang berwajah polos bak malaikat tapi kenyataannya di belakang lebih busuk dari yang namanya sampah. Cih! Robert berdecih di dalam hatinya.

Bagaimana pun Robert tetap harus menghormati orang lain, apalagi seorang wanita. Ia pun kembali menetralkan mimik tidak sukanya dengan sebuah senyuman yang tulus. Arini terpana melihat senyum tipis itu terukir di bibir Robert yang merah jambu. Begini rupanya kalau Robert dilihat dari dekat? Batin Arini.

”Terima kasih,” ucap Arini pun membalas senyuman Robert. Robert cuma menganggung saja membalas ucapan terima kasih Arini. Tiba-tiba suara calon istrinya yang memanggil namanya pun terdengar.

”Robert?” seru Elang dari samping panti, sebelumnya Elang sibuk menyirami kebun mini di belakang panti. Ia pun heran mengapa anak-anak tiba-tiba berlarian ke depan dan ada juga salah satu anak berkata "ADA KAKEK TUA ADA KAKEK TUA.” hingga ia pun ikut-ikutan ke depan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada Robert toh, batinnya.

”Elang?” sahut Robert kemudian mengecup kening Elang sekilas. Semburat merah pun tercetak jelas di wajah Elang yang membuat sedikit salah tingkah dan deg-degan?

Elang pun melihat kiri dan kanan kalau-kalau ada orang lain yang melihat aksi anarkis nan mengujatkan yang Robert lakukan barusan. Elang menghembuskan nafasnya bersyukur karena disana tidak ada pengurus panti dan hanya ada beberapa anak-anak yang bermain.

”Ehm, inget tempat dong nak kalo mau mesra-mesraan gitu. Tuh, nggak malu apa diliatin anak kecil?” celetuk Bu Ratih yang tiba-tiba datang entah dari mana. Elang jadi salah tingkah, sedangkan Robert menahan tawanya.

”Ma-maaf bu,” ucap Elang gugup.

”Iya nggak papa, suruh nak Robert nya masuk juga ya.” perintah Bu Ratih sambil membawa keranjang berisi sayuran.

Incomplete [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang