Incomplete 23

349 33 1
                                    

그리움은 아프다 [geu-ri-um-eun a-peu-da] rindu itu sakit

----------🌟----------

“Chen, om sama sekali nggak boong sama kata-kata om kemaren ke kamu, om beneran suka dan sayang sama kamu, Chen,“ ucap Hendro. Chen menaruh tasnya di sembarang tempat. Ia pun mulai berjalan ke arah meja panjang setinggi pinggul—yang di mana di sini ada deretan piala dan vas bunga. Klang. Sebuah vas bunga pun jatuh ke lantai hingga pecah berkeping-keping. “Oops, maaf, tangan aku licin om,“ ucap Chen tersenyum lebar sambil menatap Hendro, dan melambaikan tangan kanannya—berusaha menunjukkan bahwa tangannya benar-benar licin.

Chen pun memegang sebuah piala bertuliskan 'Asian Cuisine Chef of the Year'—yang di mana ini adalah ajang penghargaan internasional World Gourmet Summit (WGS) Award Of Excellent. Bisa dibilang ini adalah salah satu penghargaan bergengsi. Chen tersenyum miring. Saat ia hendak meletakkan piala itu kembali di atas meja—ia pun dengan sengaja menggeser piala itu hingga terjatuh ke lantai. Piala berbahan keramik itu pun pecah tak berbentuk lagi. Huft, sabar Hendro, batin Hendro menghela nafas sambil mengelus dada. Piala itu kini sudah hancur lebur. Uh, mau marah juga bagaimana? Hendro tidak ingin Chen semakin membenci dirinya.

“Kamu belum makan kan, Chen? Biar om bikinin dulu, kamu bisa mandi ato nonton TV, terserah aja, anggep aja apartemen sendiri,“ ucap Hendro. Sebelum ke dapur; ia menaruh jas di sofa terlebih dahulu; lalu menggulung kemeja yang ia kenakan hingga ke sikut. Hendro pun mulai memasak di dapur. Ia berniat ingin membuat dua menu, yaitu Soto Lethok dan Ayam Geprek. Saat Hendro hendak memasukkan tepung ke dalam wadah, tiba-tiba tepung itu pun mengudara hingga mengenai kedua mata Hendro, lantaran Hendro tidak sengaja memencet bungkusan tepung.

“Chen, tolong tiupin mata om dong, mata om kelilipan,“ pinta Hendro. Hendro tidak bisa mengusap matanya dengan tangannya sendiri, karna tadi sehabis mengulek cabai. Chen berusaha untuk tidak peduli. Namun, saat Chen tidak sengaja menoleh ke belakang; saat ia sendiri sedang duduk di sofa; Hendro terlihat terus menerus mengucek matanya dengan pergelangan tangan. “Sssst Chen,“ gumam Hendro meringis menahan perih.

Huft, Chen menghela nafas. Lalu, ia pun menghampiri Hendro di dapur. “Jangan dikucek lagi, nanti mata om makin sakit. Coba deketin muka om ke wastafel,“ ucap Chen. Hendro pun menurunkan tangannya, dan menundukkan wajahnya sedikit—mendekati wastafel. Lalu, setelah itu, Chen pun membantu membasuh mata Hendro dengan air; sampai pada akhirnya Hendro pun bisa membuka mata sepenuhnya. “Kenapa?“ tanya Hendro saat Chen menatapnya dengan tatapan aneh. Bahkan kedua alis Chen berkerut.

“Mata om merah banget,“ sahut Chen. “Oh, biarin aja ntar ilang sendiri, kok,“ ucap Hendro—melanjutkan aktivitas masaknya. Bagaimana kalau bertambah iritasi? Trus lebih parahnya lagi bisa mengalami kebutaan? Nih orang nggak sayang diri sendiri apa gimana, sih?, batin Chen sebal. “Obat tetes mata di mana? Biar aku ambilin,“ tanya Chen. “Nggak ada,“ sahut Hendro sambil meremas ayam dan tepung sampai keriting. “Duit banyak diapain coba ampe obat mata aja nggak punya?“ ucap Chen sebal. Ia pun berniat keluar apartemen untuk membeli obat tetes mata.

“Chen? Kamu mau ke mana?“ tanya Hendro saat Chen berada di ambang pintu. Chen tidak menggubris pertanyaan Hendro sama sekali. Dia malah keluar begitu saja tanpa berpamitan. Jangan bilang kalo Chen kabur ato pulang ke rumah? Hm? Tapi, di sana masih ada tasnya si Chen? Kira-kirs dia mau ke mana, ya?, batin Hendro penasaran. Sop lenthok pun sudah jadi. Sementara untuk ayam gepreknya masih belum matang—mungkin sekitar tiga menitan lagi baru bisa diangkat.

Hendro melihat Chen datang dengan bungkusan plastik di tangan. Chen menghampiri Hendro di dapur, dan menatapnya datar. “Nih,“ ucap Chen memberikan bungkusan plastik itu kepada Hendro. Lalu, Hendro pun menatap Chen penuh tanya. “Ini apa?“ tanya Hendro. Chen pun memutar bola mata malas. “Om punya mata, kan? Liat aja sendiri,“ sahut Chen ketus. Lalu, ia pun kembali duduk di sofa sambil nonton TV, dan main gadget.

Incomplete [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang