Incomplete 14

565 65 0
                                    

Di Pinisi Resto ini menyajikan berbagai macam hidangan khas Bandung, yang dimana terkenal dengan cita rasanya yang aduhai dan menggoyang lidah. Wira memilih nasi tutug oncom sedangkan Ray memilih nasi timbel untuk makan malam keduanya malam ini ditemani segelas teh hangat.

Tidak akan ada yang namanya jenuh ketika sesiapapun berkunjung ke Glamping Lakisade Ciwidey. Siapa yang tidak tau destinasi wisata yang satu ini? Yang disebut-sebut sebagai Ubud Bali nya versi Bandung?

Masih banyak destinasi wisata di sekitaran Glamping yang belum dijelajahi oleh Wira dan Ray. Maka dari itu Wira memutuskan untuk bermalam disini kurang lebih 3 hari 2 malam.

”Silahkan dinikmati,“ ujar salah satu orang pelayan perempuan yang mengenakan kemeja batik dengan paduan warna merah dan coklat.

”Cih,“ cibir Ray dalam hati ketika melihat gelagat pelayan perempuan itu yang sepertinya memiliki ketertarikan khusus kepada Wira. ”Masih gantengan gue dimana-mana kali,” batinnya sebal.

”Makasih mba,” ujar Wira berterima kasih kepada si pelayan yang membuat pelayan itu tersipu malu kemudian undur diri dengan kedua pipi yang merona karena malu.

Apa-apaan ini? Lihatlah Ray yang jauh lebih muda dan tampan dibandingkan Wira yang sudah tua dan memiliki sedikit keriput? Tapi, kenapa disini malah Wira yang terlihat begitu memesona dan menarik perhatian banyak gadis?

”Buta kali tuh cewek ckckck,” gerutunya dalam hati.

Keduanya pun menikmati hidangan yang telah dipesan tadi dengan nikmat. Ray melihat Wira yang tidak menyentuh sambal cocolnya sama sekali. Ia pun berinisiatif meminta Wira memberikan jatah sambal miliknya untuk Ray.

”Ehm, om sambelnya buat gue yah?” pinta Ray sekaligus bertanya. Ketara sekali mimik yang penuh dengan kegengsian. Masih ingat kejadian beberapa waktu lalu? Yang dimana Ray menampar pipi Wira dengan keras untuk pertama kalinya dan di kamar Wira tadi sore untuk yang kedua kalinya.

”Hm,” sahutnya singkat sambil menikmati nasi tutug oncomnya yang tinggal sedikit lagi.

”Om nggak bisa makan pedes?” tanya Ray penasaran. Setau Ray, kalau dulu itu Wira suka sekali makanan yang pedas-pedas. Yang katanya pedasnya biasa-biasa saja tapi malah membuat bibir orang lain yang mencicipinya jontor seketika.

”Bisa,”

”Tapi, kok sambelnya gak dicoel sih? Masih utuh malah?”

”Om punya maag akut, jadi nggak bisa makan pedes.”

Ray beroh ria saja. Sebegitu sibuknya kah Wira sampai-sampai melupakan makannya dan mengidap maag akut? Ahli dalam mengembangkan sebuah bisnis besar tapi tidak ahli dalam mengelola kesehatan diri sendiri. Ck!

”Makanya cari istri biar ada yang ngurus,” ejek Ray membuat mata Wira seketika menoleh padanya.

”Nggak mau.”

”Nggak mau? Lah, trus gimana dong? Udah tuwir juga. Pasti deh temen-temen om tuh dah pada punya anak gede. Lah, om sendiri? Nikah aja belom.”

Ucapan sarkas Ray berhasil membuat Wira terdiam seketika. Andai kamu tau Ray kalau om itu penyuka sesama jenis, dan orang yang om suka dan om sayang itu kamu, batin Wira.

Coming out di hadapan orang-orang tersayangnya bukanlah sesuatu yang mudah, meskipun ayah, Fendy, dan Dian mampu menerimanya dengan lapang dada. Contohnya saja Elang. Mungkin sampai sekarang dia masih belum bisa menerima Rama dan Wira yang ternyata penyuka sesama jenis. Meskipun hal itu bukanlah alasan utama Elang untuk mengabdikan diri di panti asuhan, tetap saja ini adalah satu alasannya di antara banyak alasan.

Incomplete [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang