NOTE:
BEBERAPA NAMA TOKOH DIGANTI MULAI DARI RAY JADI CHEN & WIRA JADI HENDRO.----------🌟----------
Semua murid pun berbondong-bondong; berdesakan melihat nama sendiri—yang tertempel di depan dinding tiap kelas. Beberapa di antara mereka bertos ria dengan teman sebangkunya terdahulu di kelas 2, karna mereka kembali dipertemukan di kelas yang sama. Uh, sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Chen. Dia harus berada di kelas yang baru—tanpa ada seorang pun teman yang sama. Salah satu hal yang paling Chen benci ialah adaptasi baru.
Chen menghela nafas berkali-kali. Lalu, ia pun duduk di sembarang tempat—tepatnya di meja baris kedua nomor tiga. Hah, entahlah siapa yang akan menjadi teman sebangku Chen nanti. Hm, mari kita lihat sebentar lagi. Chen membaca komik yang ia sewa di tempat rental khusus komik Jepang dan Korea. Cuma dengan membayar 1500 rupiah saja, ia sudah bisa membawa pulang satu buku komik, dengan kartu pelajar sebagai jaminan.
Chen tau seseorang telah duduk di sampingnya. Namun, Chen berusaha untuk tidak peduli. Chen malah semakin mendorong earphonenya dalam-dalam, supaya ia bisa mendengar musik MP3 dari hp dengan jelas. Ngomong-ngomong sebenarnya siswa/i di sini tidak diperbolehkan membawa hp. Tapi, siapa sangka? Satu kelas bekerja sama untuk merahasiakan hal ini dari para guru, terutama wali kelas.
Kalian tau tidak? Sebenarnya Chen itu adalah murid tertua di kelas. Di saat rata-rata murid yang ada di kelas berusia 16 tahunan. Dia malah telah berusia 17 tahun. Mau tau kenapa? Karna dulu Chen pernah cedera parah—yang mengharuskannya untuk benar-benar istirahat total selama satu tahun. Huft, Chen pun menghela nafas. Semua orang pasti mengira Chen lebih muda. Tapi, ada untungnya juga, sih?, batin Chen tersenyum samar. Karna Chen yakin tiap yang lebih muda pasti akan diperlakukan secara istimewa. Hahahaha, Chen tertawa dalam hati. Seorang murid laki-laki di samping Chen—menatap Chen dengan tatapan heran. Ini anak kenapa bisa senyum-senyum gitu, ya?, batinnya.
“Chen Erlangga,“ panggil Somchair, seorang guru laki-laki, sekaligus wali kelas di kelas ini. “CHEN ER-LANG-GA,“ Somchair sampai mengeja per suku kata nama Chen. “Chen, lu dipanggil,“ seru Prima menyentuh pundak Chen. Uh, ada apa ini? Kenapa tatapan guru bernama Somchair itu aneh sekali?, batin Chen. “Kamu jadi ketua kelas,“ ucap Somchair tegas. “Hah?“ gumam Chen melongo. Kenapa gue tiba-tiba ditunjuk jadi ketua kelas, sih? Kek gimana critanya coba?, batin Chen bertanya-tanya. Chen pun mengedarkan pandangannya ke seluruh murid di kelas. Tapi, mereka malah berpura-pura tidak tau. “Jangan lupa kasih tauladan yang baik ke temen-temen kamu, Chen.“ ucap Somchair sarkasme.
Chen mendesis kesal. Ia berpikir bisa lebih tenang lagi menjalani hari-hari sebagai murid biasa di kelas. Eh? Malah jadi ketua kelas? “Sabar~“ ucap Prima berbisik sambil terkekeh. Chen itu anti dengan kegiatan organisasi sekolah. Karna menurut Chen hal itu amat sangat merepotkan dan mengganggu waktu santainya. Jam istirahat pertama pun tiba. Chen sempat mengerling ke kanan. Dia melihat Prima tengah merapikan buku-buku, lalu menaruhnya kembali ke laci meja.
“Bentar Chen,“ seru Prima tiba-tiba. Prima berpikir—mungkin Chen sedang menunggu dirinya untuk pergi ke kantin bersama-sama. Itulah mengapa Chen terlihat mengerling ke arahnya. Chen cengo. Nih orang ngomong apaan, sih?, batin Chen. “Nyok!“ seru Prima lagi, lalu ia pun berdiri. Chen menatap Prima bengong. Saat Prima melangkahkan kaki beberapa langkah, ia pun kembali berbalik, saat dirasa Chen masih duduk di tempat. “Lu nggak ke kantin? Cepetan! Kita barengan!“ ucap Prima. Oh, ngajakin ke kantin toh?, batin Chen.
Oh tuhan, ini kantin atau pasar, sih? Bagaimana bisa mereka mengantri seperti ini? “Gue ke kantin sebelah aja,“ ucap Chen masuk ke dalam bilik kantin yang agak lebih sepi. Prima pun menyusul Chen ke kantin sebelah. “Mba, mie sedap goreng + telor kek biasa, ya?“ ucap Chen. Lalu, ia pun duduk di bangku sambil menunggu pesanan. Sedangkan Prima memesan bakmi. Beberapa saat kemudian, Prima pun dibuat tercengang, Chen menambahkan tiga sendok cabai ke mie yang ia pesan.
