Kini Wira terlihat mengulum senyumnya tatkala ia melihat dua sejoli yang tengah kasmaran berciuman di pantry melalui ponselnya yang terhubung dengan cctv di restoran.
Saat ini Wira tengah dalam perjalanan menuju kediaman Sean Anderson di Indonesia. Tidak terlalu jauh memang dari rumahnya, hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam.
”Jack urus mereka,” seru Wira ketika ia melihat seperti ada beberapa mobil lain yang terlihat seperti membuntuti mobil yang kini ia tumpangi. Jack pun mengangguk paham.
Sejurus kemudian Jack orang kepercayaan Sean Anderson menelepon seseorang untuk membereskan siapa-siapa saja yang mengikuti jejaknya. ”Sudah tuan,” ujar Jack dengan seulas senyum tipis.
Wira jelas mengetahui siapa orang- orang yang kini tengah membuntuti dirinya, yang mungkin selalu memperhatikan gerak-geriknya selama 24 jam. Siapa lagi kalau bukan orang-orang suruhan Rama.
Ia pun tidak habis pikir mengapa Rama begitu protektif kepada dirinya. Padahal aslinya keduanya selalu saja terlibat perang dingin. Bahkan, hingga saat ini ia pun tidak mengerti mengapa Rama masih mempertahankan dirinya di kediaman Atmajaya, sementara dirinya begitu sangat dibenci oleh Rama karena orientasi seksualnya.
Tidak terasa akhirnya Wira sampai ditempat tujuan. Dua anak kecil balita laki-laki dan perempuan yang berusia 4 tahun itu pun langsung berlari memeluk kakinya segera setelah ia turun dari mobil.
Wira pun berjongkok berusaha menyamakan posisinya dengan kedua malaikat kecil yang ada di hadapannya kini. ”Sunnya dulu mana dong?” ujar Wira seraya memaju-majukan pipinya meminta hendak segera dicium.
Si kembar pun akhirnya mencium kedua pipi kiri dan kanan Wira bergantian. Dari kejauhan nampak sosok pria dewasa yang sudah berusia kurang lebih setengah abad itu mengenakan kaos polos biasa berwarna abu-abu dan celana panjang tengah menghampirinya.
Ialah Sean Anderson. Seorang pengusaha ternama asal eropa yang sukses di berbagai macam bidang, dan yang terpenting adalah kalau sesungguhnya Sean Anderson merupakan ayah angkat Wira.
”Dad,” seru Wira kemudian memeluk sang ayah penuh rindu. Ya, ia begitu merindukan sosok sang ayah angkat yang dengan ketulusan hatinya mengangkat Wira sebagai putranya.
”Mom mana Dad?” tanya Wira ketika pelukannya mulai merenggang.
”Di dalem lagi masak hehehe,” sahut Sean tersenyum.
Si kembar Steve Anderson dan Maria Anderson pun merengek minta digendong. Apa boleh buat Wira harus merelakan kedua tangannya untuk mengendong si kecil yang manja.
”Adek kakak makin gemuk aja ya? Berat ih!” ledek Wira sambil berjalan masuk le dalam. Baik Steve ataupun Maria memasang wajah yang cemberut karena barusan dikatai gemuk oleh Wira.
Wira geleng-geleng kepala melihat tingkah dua adik angkatnya yang terlampau sensitif dibandingkan anak-anak yang lain. Ah, ia jadi teringat akan sosok Ray yang juga sama-sama suka ngambek.
Jangan ditanya mengapa pasangan Sean Anderson dan Julia Anderson bisa memiliki sepasang kembar nan menggemaskan di usianya yang bisa dikatakan tidak lagi muda.
Ya, tuhan berkata lain, bertahun-tahun keduanya menantikan kehadiran buah hati di kehidupan rumah tangganya namun nihil. Semua usaha yang dilakukan terasa sia-sia.
Ketika Sean dan Julia memutuskan untuk pasrah saja atas semua takdir yang ada. Keduanya pun dianugerahi bayi kembar di usia Julia yang sudah 40 tahun kala itu.
Wira mengecup pipi kiri Julia sayang. Ia begitu menghormati Julia sebagai ibu angkatnya. Bagaimana tidak? Ia sudah kehilangan seorang ibu yang begitu ia cintai dan sayangi beberapa tahun silam. Dan kehadiran Julia di dalam hidupnya adalah berkah tersendiri baginya.
