Incomplete 33

283 24 1
                                        

Jack hidup sendiri di rumah dua lantai bergaya classic dengan luas 250 meter persegi. Semua orang bermimpi untuk bisa tinggal sendiri dari orang tua ataupun keluarga. Tapi, bagaimana dengan Jack? Dia malah merasa kesepian. Bisa dibilang; Jack sukses di usia muda. Dia juga tidak memiliki banyak teman. Lebih suka melakukan apapun sendiri. Hampa. Itulah yang ia rasa. Tapi, entah mengapa ia merasakan gelenyar-gelenyar aneh, saat berjumpa dengan seorang pria bernama Erden. “Erden,“ gumam Jack.

Ugh, Jack meringis, saat ia tidak sengaja melukai jarinya ketika mengupas buah apel. Hari ini hari minggu, batin Jack. Jack berniat ingin menemui Erden. Tapi, Jack tidak tau alamat Erden di mana. Benar! Mending tanya Elidi aja, batin Jack. “El? Lu tau alamat Erden di mana nggak? Soalnya gue ada urusan sama dia,“ tulis Jack di chat. Huft, Jack menghela nafas. Sambil menunggu balasan dari Elidi; Jack sambil berolahraga di rumah. Kebetulan rumah Jack dilengkapi dengan fasilitas fitness. Jadi, Jack tidak harus bersusah payah melawan kemacetan demi olahraga di tempat fitness.

Tring tring tring. Balasan dari Elidi pun tiba saat Jack berolahraga di menit ke lima belas. Jack kembali melanjutkan kegiatan olahraga sampai menit ketiga puluh. Lalu, ia pun berhenti. Jack membersihkan diri di kamar mandi, lalu bersiap-siap. Jack juga telah memesan grab menuju kediaman Erden di Kasihan, Bantul. Tunggu dulu. Sial! Gue belum ngasih kabar ke Erden, kalo gue mau ke sana. Gimana kalo dia nggak ada di rumah? Duh, mana no hp dia nggak punya lagi. Mau minta ke Elidi, tapi uhm nggak deh, batin Jack.

Jack pun tiba di rumah bergaya modern dengan cat berwarna tan serta krem. Di luar sih ada mobil Erden. Huh, Mudah-mudahan dia ada di dalem, batin Jack. Jack telah berdiri di depan pintu rumah Erden. Ia sempat melirik jam tangan sebentar. Hm, baru jam 8:30 pagi. Tring tring tring. Jack memencet bel rumah. Hm? Nggak ada orangnya, ya?, batin Jack, lalu memencet belinya sekali lagi. “Tunggu,“ seru Erden dari dalam. “Siapa sih ya pagi-pagi?“ gumam Erden sembari membuka pintu. “Jack?“ gumam Erden.

“Maaf, aku ke sini nggak bilang-bilang,“ ucap Jack meminta maaf. “Nggak papa, masuk,“ ucap Erden mempersilahkan Jack masuk ke dalam. Erden permisi sebentar ingin membuat minuman. Saat Erden tengah membuat minuman; ia terdiam sejenak. Jack, gumam Erden. Erden mendadak iba saat ia mengetahui betapa pahitnya kehidupan Jack di masa lalu. Dia seorang anak laki-laki yang besar di panti asuhan hingga remaja, lalu memutuskan untuk kabur dari sana, karna di sana juga kesusahan. Ia terpaksa hidup di jalanan dan menjadi seorang pengemis. Hingga sebuah keajaiban pun datang. Seorang anak kecil laki-laki berusia 9 tahun itu; meminta sang ayah, George, untuk mengadopsi Jack.

Erden pun datang dengan nampan berisi dua gelas teh hangat—yang tidak terlalu manis. “Ini aku ada bawa makanan buat sarapan,“ ucap Jack. “Serius? Hm, kebetulan aku belum sarapan hehe. Thanks ya mas bule? Wkwk,“ ucap Erden bercanda. “Keknya kamu udah tau masa lalu aku secara detail,“ ucap Jack. Jack itu sama seperti Robert, memiliki kepekaan tingkat tinggi. Dari sorot mata Erden; ia tau bahwa Erden tengah bersimpati kepada dirinya saat ini. Jack pun menatap Erden. “Maaf, aku sengaja baca masa lalu kamu,“ ucap Erden jadi tidak enak hati.

Jack pun menggenggam kedua tangannya, dan meletakkannya di atas lutut. Ia memandang lurus ke meja. “Kamu tau, aku asal-usulnya nggak jelas. Pernah bunuh orang. Nggak punya keluarga, dan hidup sendiri di tengah kota. Kenapa kamu nggak ngejauhin aku? Minimal takut sama aku, karna masa lalu yang aku punya,“ ucap Jack. “Jack,“ ucap Erden sembari menggenggam tangan Jack. Ia tatap Jack lamat-lamat. “Kamu tau nggak? Kehidupan kita itu cuman ada satu rumus,“ ucap Erden. Jack menatap Erden dengan tatapan penuh tanya.

“Masa lalu biarlah berlalu, masa depan biarlah jadi urusan Tuhan, dan tanggung jawab kita cuma fokus ke masa sekarang aja,“ ucap Erden. Erden merasakan betapa sorot mata itu terlihat hampa dan kesepian. Dia hidup. Dia bekerja. Dia juga bergelimang harta. Tapi, cuma bahagia yang belum ia rasa. Erden ikut merasakan perih dan sakit hati. Sejurus kemudian; ia pun memberi Jack pelukan hangat. Baru pertama kali; dalam hidup Jack; mendapatkan pelukan sehangat ini.

Incomplete [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang