BDpart11

4.8K 420 62
                                        

Manis sekali, kau sudah seperti Nyonya Jeon Menantu.

Sepanjang perjalanan yang sudah Jimin tempuh terus saja tersenyum saat mengingat kalimat yang Seokjin ucapkan. Mobil sudah melaju selama kurang lebih 20 menit namun tujuan 'Nyonya Jeon' belum sampai juga.

Kepalanya menggeleng pelan, saat membayangkan bagaimana nanti ia akan bertemu dengan Tuan tampan di kantornya. Menemani pria tan itu menyantap makan siangnya. Jimin tersipu.

Jimin memeriksa bungkusan makan siang yang ia bawa, untuk yang ke sekian kali. senyumnya merekah saat 2 kotak makan berwarna kuning itu dalam keadaan baik. Tak lupa buntalan menggemaskan yang ada dalam pangkuannya ia kecupi karena Jimin sangat senang sampai-sampai ia gugup.

Ini semua ide Seokjin.

Jimin di suruh mengantarkan makan siang untuk Taehyung dan Jungkook ke kantor mereka. Meski awalnya menolak tapi paksaan Seokjin membuat Jimin akhirnya pergi dengan senang hati.

Jimin bukan tidak mau mengantarkan makan siang untuk Taehyung tapi Jungkook ?
Hah, Jimin malas. Dan lagi jika mengingat kejadian semalam membuat Jimin kesal hingga ke ubun-ubun.

"Mesum !"

"Ecum pa Mom ?" Kepala mungil itu miring kekanan mata bulatnya mengerjap penuh tanda tanya.

"Eh.." Jimin terkekeh lalu menciumi pipi Jungji gemas, ternyata bayinya menguping.

"Bukan apa-apa sayang, Jungji rindu tidak sama Uncle Tae ?"

"Untel.. Tae... No.. Unji.. au.. Dad..dy.."

"Umh.. Jungji rindu Daddy ya ? Baiklah nanti Kita temui Daddy juga arraseo" Jimin membelai lembut rambut Jungji. Si kecil mengangguk setuju.

Desakan Seokjin selama ini membuat Jimin akhirnya mulai berpikir untuk menerima salah satu dari putra Jeon. Tentu saja si sulung.

Sikap lembut Taehyung dan juga kebaikan pria tan itu tidak mampu Jimin tolak dalam hatinya.
Jimin mulai menaruh rasa untuk putra sulung keluarga Jeon itu. Taehyung sempurna, dari keluarga yang sempurna. Jimin akan mengesampingkan dirinya yang menyukai 'wanita' ini. Meski dia yakin akan menjadi pihak bawah nantinya. Untuk pria semacam Taehyung, siapapun tidak akan merasa rugi.

Dan lagi Eommanya juga seorang pihak bawah. Keluarganya hidup dengan bahagia. Kenapa Jimin tidak mencoba menjalaninya.

.

.

.

.

"Kita sudah sampai Tuan Jimin" ucap supir seraya membuka pintu mobil.

"Hei.. paman sejak kapan aku menjadi Tuan mu ? Panggil saja Jimin seperti biasa" omel Jimin pada pria paruh baya supir pribadi Seokjin.

"Perintah Nyonya besar, saya tidak bisa menolak. Silahkan, mari saya bantu" supir ramah itu mengabaikan Jimin yang cemberut kesal. Dengan senyum tipis pria itu membatu Jimin mengambil paperbag setelah Jimin terlebih dulu turun dari mobil.

Jimin menengadah ke langit, betapa gedung di depannya ini menjulang tinggi terlihat hampir menyentuh awan.
Dan, Jimin merasa tidak asing dengan bangunan tinggi berlabel JEON corp ini.

"Tuan mau saya antar ke dalam ?"

"tidak usah paman, Jimin sama Jungji saja. Sini paperbag nya" Jimin memebenahi posisi Jungji dalam gendongannya lalu meraih paperbag yang supir ulurkan.

"Baik Tuan, saya permisi"

"Ya paman"

Jimin mulai melangkah masuk kedalam gedung. Jimin ingat ini yang kedua kalinya. Pengalaman yang buruk saat pertama kali masuk kedalam gedung ini membuatnya menghela nafas dalam.

BASTARD DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang