Lampu temaram di atas nakas menyorot wajah cantik namja mungil yang sedang terlelap di atas ranjang empuk berlapis kain putih itu.
Suara dengkuran terdengar teratur menandakan manusia yang sedang tidur itu menikmati alam mimpi nya.Kehangatan selimut tebal yang menggulung tubuh mungil itu perlahan terlihat bergerak, tidur nyenyaknya terusik. Perlahan mata indahnya terbuka, mulai dari sebelah kanan dan sebelah kiri menyusul.
Kelopak mata yang terasa sangat berat itu ia paksa untuk terbuka karena tenggorokan nya terasa kering."Jimin haus" matanya mencari keberadaan penunjuk waktu yang menempel di dinding.
Pukul 1 dini hari.Rasa hausnya tak dapat ia tahan. Terpaksa Jimin turun dari ranjang, meninggalkan kenyamanan yang sejak tadi membelai tidurnya. melapisi telapak kakinya dengan sandal rumah berwarna hitam yang ada di bawah ranjang. Berjalan malas menuju pintu, Jimin keluar, tujuannya adalah dapur.
Menuruni barisan anak tangga yang menjulang setengah tinggi bangunan ini. Satu demi satu Jimin melangkah turun hingga saat sampai di dapur ia berhenti. Membuka kulkas lalu mengambil satu botol air minum dari dalam sana.
Glup..
Glup..
Suara air dingin mengaliri tenggorokan Jimin terdengar nyaring memecah keheningan malam.
"Hah.. lega" senyumnya merekah, rasa haus nya sirna.
Jimin harus segera kembali ke kamar, ia tidak ingin besok bangun kesiangan. Ia menyimpan kembali botolnya lalu berjalan meninggalkan dapur.
Helaan nafas berat keluar dari hidung Jimin ketika menghadapi kenyataan, barisan anak tangga di depan matanya. Rasanya malas sekali harus menaiki tangga sepanjang ini. Serasa mendaki gunung Bukhansan.Tak ada pilihan, Jimin pun kembali melangkah. Kakinya ia seret malas. Setelah beberapa menit pria manis itu sampai di lantai atas. Pijakan kakinya pun semakin semangat sekarang. Bayang-bayang kasur empuk dan selimut tebal sudah menghantui dirinya.
Tubuh mungilnya ingin segera bergerumul di sana.
Greb...
Tubuh Jimin membeku, dekapan hangat merengkuh nya erat dari arah belakang. Tengan kekar, urat-uratnya menonjol, menjalar di sepanjang lengan besar itu, melingkar erat di dada Jimin.
Siapa ?
"Sayang... kau pulang hik.. kenapa lama sekali sayang. Kau begitu tega hik... kenapa tega meninggalkan Jungkook. Aku sangat merindukanmu sayang... aku sangat bahagia akhirnya kau kembali sayang.." suara berat, nafas memburu menerpa daun telinga Jimin. Mengirim hembusan nafas beraroma fruity segar, samar.
Aroma wine ?
Setelah itu kecupan-kecupan basah menyapu leher putihnya. Jimin meremang.
"Sayang kenapa kau diam saja heum... hik.. apa kau tidak merindukan suamimu hik.. ?"
"Ttuan.. ma.. maaf" Jimin mencoba melepas tangan pria yang memeluknya. Lalu membalikan badannya perlahan, ada rasa takut yang Jimin rasakan.
"Kkau.. !" / "Kkau !"
Kedua mata berbeda ukuran dan bentuk itu bersitatap. keduanya menyiratkan rasa keterkejutan satu sama lain.
"Kau siapa !?"
"Kau yang siapa !? Kenapa berada di dalam rumahku hah !" Bentak Jungkook.
Jimin ciut seketika.
"Dan baju ini, kenapa kau memakai baju Jieun hah !!"
Jimin menunduk mengamati piyama purple yang membungkus tubuhnya. Memang bukan punya Jimin, si mungil kalah dua hal. Jimin semakin menciut malu dan juga takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD DADDY
FanfictionJeon Jungkook, pria tampan nan mapan. namun sikapnya sangatlah kejam. ia sangat membenci putri semata wayangnya. buntalan menggemaskan itu seperti seonggok kotoran bagi Jungkook. kenapa Jungkook begitu membenci malaikat mungil itu ? ...