"Glandpaaa... banuuuunnn udah ciang" tangan mungil Jungji menggoyang lengan besar Namjoon dengan semangat. Sekuat tenaga si kecil mencoba mengusik tidur Grandpa-nya. Setelah beberapa kali berusaha akhirnya Namjoon membuka mata."Yeey.. Glandpa banuuunnn"
Namjoon tersenyum lebar melihat gadis kecil itu tertawa senang. Bibir tipisnya mengerucut saat mengucap kata bangun.
"Hei.. Cucu Grandpa sudah mandi ? Cantik sekali." Namjoon menyandarkan punggung nya di kepala ranjang lalu memangku Jungji, mengendus aroma minyak telon yang menguar dari tubuh mungil yang kini kepalanya mengangguk lucu. Dua pita berwarna ungu melilit cantik rambut tebal Jungji.
"Unji udah mandi"
"Hmm.. pantas cucu Grandpa wangi sekali, dengan siapa mandinya ?"
"Glandmaa" Jungji menunjuk sang nenek yang kini sedang berdiri di ambang pintu. Namun setelah Namjoon menatapnya, Seokjin berjalan mendekat.
"Jungji ingin sekali bermain denganmu, aku tidak tega melarangnya"
"Tak apa Jin-ie, oh.. maafkan aku semalam itu aku.."
"Aku sangat nyenyak tidur bersamamu, mungkin aku merindukan saat-saat dulu" Seokjin menunduk, entah kenapa ia ingin sekali mengutarakan perasaannya pada Namjoon.
Jika orang bilang ia bodoh, memang. Tapi baginya cinta tidak salah, apalagi bodoh. Ia tetap mencintai pria sipit yang hampir dua puluh tujuh tahun menjadi suaminya. Meski hanya sebentar pria itu memberinya bahagia, sisanya hanya luka.
"Lukamu harus di bersihkan, seharusnya semalam tapi aku tidak menyadari kau terluka" Seokjin hendak melangkah pergi namun tangannya di tahan oleh Namjoon.
"Setelah itu buatkan aku kopi, sudah lama sekali aku tidak minum kopi buatanmu" Namjoon tersenyum tipis saat Seokjin mengangguk, terlihat sangat senang terpancar dari iris cantiknya.
Seokjin mengambil obat untuk luka Namjoon di kotak kecil yang ada di dalam lemari. Lalu kembali, kini duduk di sisi ranjang dan mulai menyiapkan kapas dan cairan antiseptik.
"Glandpa atit ?" Jungji berdiri lalu meraba luka di pelipis Namjoon.
"Hanya sedikit cantik" ucap Namjoon berusaha membuat Jungji tidak khawatir. Pasalnya wajah kecil cucunya itu terlihat sendu. Bagaimana bisa anak sekecil Jungji punya peka yang begitu besar.
"Sedikit memang, tapi kalau di biarkan nanti bisa menjadi infeksi Joon" oceh Seokjin yang kini mulai mengusapkan kapas basah ke pelipis Namjoon.
Suaminya itu meringis menahan sakit.
"Kau ini tidak pernah berubah Joon, dari dulu apapun yang kau lakukan selalu saja akan melukai dirimu sendiri"
"Semalam aku tidak hati-hati saat menyeberang, dan saat tubuhku terhempas ke aspal aku baru menyadarinya"
"Untung hanya luka kecil, bagaimana kalau kau sampai tidak sadarkan diri ?"
"Hmm.. maafkanaku Jin-ie, pikiranku benar-benar kacau semalam.
Tiba-tiba saja tangan Seokjin berhenti bergerak, perlahan menjauh dari wajah Namjoon. Keduanya saling menatap.
"Karena Jimin ?"
Namjoon hanya mengangguk dengan wajah sendu.
"Mommy Jiji ? Wae-yoo Glandma ? Mommy napa ?" Suara Jungji membuat Namjoon dan juga Seokjin memutus pandangannya. Keduanya kini menatap Jungji yang mulai menangis.
"Cantiknya Grandma, Mommy baik-baik saja sayang. Jangan khawatir oke..." Seokjin mengusap air mata Jungji.
"Hiks... Mommy di mana ? Mommy tidak ada di lumah hiks.. Unji mau itut Mommy hiks"
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD DADDY
FanficJeon Jungkook, pria tampan nan mapan. namun sikapnya sangatlah kejam. ia sangat membenci putri semata wayangnya. buntalan menggemaskan itu seperti seonggok kotoran bagi Jungkook. kenapa Jungkook begitu membenci malaikat mungil itu ? ...