BDpart16

4.8K 337 100
                                        


"Aah.." Jimin mendesah pelan saat tubuhnya terhempas di ranjang. Bukan karena Jungkook, itu ulahnya sendiri saking senangnya bisa merasakan kasur empuknya lagi setelah dua hari ia tinggalkan.

Beruntung putri kecilnya itu tertidur selama di perjalanan dan masih terlelap hingga sampai saat Jimin menidurkan Jungji di istana kecilnya.
Jika tidak, belum tentu Jimin bisa santai berguling-guling di kasur seperti sekarang.

Jimin sedang dalam fase amat sangat bahagia sekarang.  Bisa di tebak karena siapa ?
Lelaki kekar bergigi kelinci, perpotongan rahang tegas dan kesempurnaan paras yang rupawan. Jeon Jungkook.

Pria itu benar-benar mencintainya, sungguh. Jimin dapat merasakannya dari setiap hembusan nafasnya yang hangat saat menerpa kulit putihnya.
Belaian kasih sayang yang membuat Jimin meremang. Dan kata puja, yang entah mengapa Jungkook begitu pandai membuatnya tersipu.

Jimin tersenyum seperti orang gila jika mengingatnya.

Momen panas di atas hamparan pasir pantai, deru ombak, langit malam yang memangku bulan dan bintang,  hembusan angin yang kencang juga suasana hening itu masih terasa. Awet di dalam benaknya.

Erangan jantan Jeon Jungkook juga masih menggema menyita rungunya.

"Jiji harus bilang Eomma kalau Jungkook-hyung akan segera melamar" suara lembut Jeon Jimin terdengar samar karena wajahnya yang memerah sedang tenggelam di dalam bantal.

Membuat pria tinggi yang sedang berdiri di samping ranjang miliknya menggeleng, kedua tangannya menyilang di depan dada. Senyuman tipis ia ukir, Jungkook gemas dengan sikap menggemaskan kekasih mungilnya ini.

Jungkook duduk di sisi ranjang, mengulas senyum saat si mungil membalikan badannya karena menyadari ada orang lain di kamarnya.

"Hyung" sambutan lembut dengan suara yang sangat halus.

Jungkook suka.

Ia menyibak surai coklat milik si pria mungil. Menyentuh telinga dan juga pipi gembilnya ia elus.

"Hyung butuh sesuatu ?" Jimin terkesiap, ia siap memberikan apa yang Jungkook butuhkan.

Jungkook mengangguk membenarkan.

"Makan ?hyung lapar ?" Tanya yang lebih kecil antusias meski ia tidak pandai membuat hidangan tapi Jimin akan mencoba untuk Jungkook.

Sesaat Jimin menunggu, dan satu gelengan kecil ia dapat dari Jungkook.

"Terus hyung butuh apa ?" Jimin kembali di buat menunggu jawaban untuk pertanyaan yang ia ajukan. Dan tangan Jungkook masih setia menyentuh pipinya.

"Jungkook butuh Jimin"

Ck, Jimin berdecih dalam hati. Ia merutuki dirinya. Bukan, tapi jantungnya yang membuatnya di rundung malu. Degupnya sangat keras dan gemuruh, berdengung di telinganya.

Semoga Jungkook tidak mendengar. Harap Jimin.

"Pipimu merah sekali sayang ? Apa kau malu ?"

Jeon Bastard Jungkook !

Haruskah ia bertanya demikian ? Jantung Jimin akan segera meledak karena mendengar ucapan Jungkook.

"Hyung rindu, seharian ini kau sibuk dengan Jungji. Kekasihku ini tidak menyisakan sedikitpun waktu untuk calon suaminya" gerutu Jungkook, dengkus pelan keluar dari mulutnya.

"Maaf"

"Di maafkan, dengan syarat"

"Ugh... syarat ?"

Jungkook mengangguk.

"Apa ?" Jimin ragu untuk bertanya, perasaannya sedikit tidak enak.

"Mulai malam ini tidur di kamarku !"

BASTARD DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang