BDpart18

3.8K 323 96
                                    


Mata sipit Jimin berusaha untuk melebar saat setelah baru saja ia buka. Sudah beberapa kali ia tidur karena lelah menangis dan bangun lagi, tapi masih dalam posisi dan tempat yang sama.

Di atas kasur besar, tangan dan kaki terikat.

Jimin hanya tahu terang dan gelap dari balik tirai jendela yang datang silih berganti tanpa tahu sudah berapa lama waktu berlalu.

Bibir tebalnya meringis karena perih di pergelangan tangan dan juga kaki. Sekuat apapun Jimin berusaha untuk melepas ikatan tali hitam itu, hanya akan sia-sia. Malah menambah lukanya semakin parah.

Jimin menggeliat, mencoba untuk duduk. Ternyata pria bongsor yang sedang terlelap di sampingnya terusik. Jungkook bangun lalu membantu Jimin untuk duduk. Merapikan anak rambut Jimin yang berantakan kemudian mengecup dahi Jimin lembut.

"Sudah bangun ?" Jungkook meraih dagu Jimin agar pria manis itu menatapnya.

Jimin hanya mengangguk pelan.

"Kau lapar sayang ?"

Jimin menggeleng "Jiji mau pulang hyung" rengekan itu lagi.

Jungkook ingin marah, namun tidak ia lakukan karena ia mencintai Jimin. Jungkook tidak ingin Jimin menjauh darinya.

"Sayang.." ucapan lembut dan juga belaian lembut di atas kulit lembut pipi Jimin. Membuat pria manis itu mengerjap dan maniknya berkaca-kaca.

"Kalau kita pulang pernikahan kita tidak akan pernah terjadi. Si brengsek Namjoon itu pasti akan melarang kita sayang, aku tidak mau Jimin. Setelah banyak waktu aku menderita kini bersamamu aku bahagia Jimin. Aku tidak mau melepas kebahagiaan ini begitu saja, hyung mohon mengertilah sayang"

"Tapi ini salah hyung, kita saudara tidak boleh ada rasa cinta di antara kita apalagi jika sampai kita menikah Tuhan akan murka"

"Aku tidak peduli sayang, biar Tuhan menghukumku nanti tapi hukuman itu tidak akan aku biarkan menyentuh dirimu walau hanya seinci"

Jungkook benar-benar lemah akan cintanya pada Jimin, jika pun harus menentang norma kehidupan manusia Jungkook tidak peduli.

Memang terkadang cinta akan membuat seseorang menjadi BODOH.

"Aku mencintaimu Jimin" ucapnya lagi mungkin sudah ribuan kali.

Bukan Jimin tidak percaya, hanya saja hubungan mereka ini salah !

"Apa kakimu sakit ? Aku menyakitimu sayang, Maafkan aku hm" Jungkook melepas tali yang mengikat kaki Jimin setelah Jimin mengangguk. Kaki kecil itu merah dan kulit putihnya sedikit mengelupas. Jungkook mengecupi jemari kaki Jimin sampai pergelangan yang terluka.

"Hyung membuatmu terluka, maaf sayang. Jangan berusaha kabur lagi nee"

"Tapi Jiji mau pulang hiks.. Jungji pasti menangis mencari Jimin hiks..."

"Kita akan pulang setelah kita menikah sayang, jangan khawatir dengan Jungji dia pasti mengerti Daddy dan Mommy-ny sedang berjuang untuk membuatkannya adik"

Jimin menggeleng ribut menolak keinginan Jungkook. Bagaimana bisa ada manusia keras kepala seperti ini, Jimin tidak habis pikir.

"Jangan hyung hiks... Jiji takut hiks"

"Sshh... jangan menangis sayang, semua akan baik-baik saja Jimin"

Jungkook mengecupi seluruh permukaan wajah Jimin, dan sudah pasti Jimin mencoba memberontak namun seberapa kekuatan Jimin untuk melawan tubuh bongsor Jeon Jungkook.

Saat tubuh mungil itu terhimpit di bawah tubuh Jungkook, Jimin hanya bisa pasrah. Membiarkan bibir tipis hyung-nya terus mencumbu wajahnya. Dahi, hidung, pipi dan berlabuh di atas plum Jimin. Melumatnya lembut penuh kasih, namun membuat air mata Jimin semakin deras tak terbendung.

BASTARD DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang