BDpart3

5.3K 429 47
                                    

"Haah.., kau suka sekali menusukku dok"

"Haha.. bukannya anda datang kesini memang untuk itu... tuan"

"Mm..emmh..  perutku memang sialan. Selalu saja kumat. Menyusahkan saja"

Dokter tersenyum lalu menggeleng, berjalan meninggalkan pasiennya yang sedang membenahi lengan kemejanya setelah tadi ia gulung agar memudahkan dokter menyuntiknya.

Seokjin pun turun dari ranjang lalu menyusul dokter dan duduk di kursi depan meja sang dokter.

"Saya sudah sering ingatkan, untuk menjaga pola makan anda.. luka di lambung anda lumayan.. em.. serius Tuan" dokter muda itu terlihat sedang menulis resep di secarik kertas.

"Hah.. surat cinta untukku lagi ? Aku bosan sekali rasanya harus minum obat. Lidahku terasa kebas karena rasa kapur. Dan satu lagi, panggil aku nyonya atau Eomma saja calon menantu" Seokjin terkikik namun matanya mendelik menggoda dokter cantik itu.

"Ya.. baiklah.. Nyonya, saya minta maaf"

"Nah begitu lebih baik... aku sudah cantik begini masih  saja di panggil tuan" gerutu pria yang memang sangat cantik itu.

"Ini resep obat anda, silahkan di ambil di apotek" wanita muda itu menyodorkan secarik kertas bertuliskan resep obat tentu saja.

"Hah.. baiklah. Kemarikan surat cinta untukku. Aku pamit, jika ada waktu luang mainlah kerumah"
Ucap Seokjin sambil menerima kertas resep.

"Em.. tentu Nyonya.. semoga lekas sembuh. Salam untuk Jungji"

"Eem.. dia semakin lucu, dan butuh ibu kau tau bukan ?" Seokjin mengerlingkan mata menggoda dokter yang terlihat tersipu malu.

"Em.. Jungji akan punya Mommy jika Daddynya ingin bukan ?" Jawabnya lalu berdiri untuk mengantar pasiennya hingga ke pintu.

"Hah.. kau benar, kedua putraku sangat menjengkelkan. Mereka tidak tahu aku butuh menantu untuk menemani hari-hari ku. Si sulung yang idiot, hanya perusahaan saja yang ia pikirkan. Dan si bungsu  yang sangat keras kepala, masih mencintai abu istrinya"  Keluhnya seraya membenahi tas Gucci berwarna hitam yang mengalung di lengan kirinya.

"Mungkin mereka belum menemukan yang cocok Nyonya" dokter coba menghibur.

"Em.. entahlah. Ya sudah aku pamit, Jungji ada di mobil bersama pengasuh aku takut cucu ku yang cantik itu menangis" Seokjin menepuk pundak dokter pelan.

"Baik nyonya, hati-hati di jalan" dokter membungkuk lalu masuk kembali ke dalam ruangannya setelah Seokjin berjalan pergi.

Seokjin masuk ke dalam lift, pikirannya cukup gelisa memikirkan Jungji yang ia tinggal bersama pengasuh.  Seokjin memang paling tidak bisa jauh dari cucunya, barang sebentar pun. Kemanapun Seokjin oergi Junghi pasti ikut bersamanya. Terlalu takut jika putranya yang sinting itu berusaha menculik malaikat kecil peninggalan Jieun.

Jungkook memang gila. Dan brengsek.

Setelah pintu lift terbuka Seokjin keluar dan bergegas ke parkiran.

"Sepertinya main dulu di taman akan menyenangkan"
Senyum merekah di bibir tebalnya, membayangkan Jungji akan tersenyum melihat pemandangan indah sore hari di taman. Lagi pula uluhatinya sudah lebih baik, pening di kepala yang tadi serasa ingin membelah tengkorak pun sudah musnah.

Seokjin masuk ke dalam mobil setelah supir membuka pintu untuknya.
Di lihatnya Jungji terlelap di pangkuan pengasuh membuat Seokjin mengulas senyum lalu mengusap pipi Cucunya.

"Sudah lama tidurnya ?"

"Beberapa menit yang lalu Nyonya"

Seokjin mengangguk "Kita mampir ke taman dulu" titahnya pada supir. Supirnya mengangguk patuh kemudian mobil mulai berjalan perlahan membelah jalanan.

BASTARD DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang