Hari ini, tepat satu tahun wanita cantik nan anggun yang bertahta sebagai menantu di rumah ini meninggal dunia.
Meninggalkan cintanya, seorang pria muda berparas tampan dan satu orang putri cantik mereka.Satu tahun bukan waktu yang sempit, cukup lama dan luas. Namun Jungkook masih belum sepenuhnya dapat menerima kenyataan yang ada.
Mengurung diri yang selalu ia lakukan dulu, kini terjadi lagi.Semua anggota keluarga sudah menunggunya untuk pergi ke tempat di mana abu mendiang istrinya di simpan. Pergi kesana untuk memberi penghormatan kepada wanita yang telah berjasa melahirkan gadis mungil nan cantik.
Seokjin dan Taehyung khawatir dan tidak bisa tenang. Keduanya sedari tadi mondar mandir di ruang tamu. Mereka gelisah menunggu Jungkook yang tak kunjung keluar dari kamar, waktu hampir sore.
"Eomma-nim, Jiji akan melihat tuan Jungkook di kamar nya" suara lembut Jimin membuat Seokjin mengangguk setuju. Mungkin Jimin dapat mengatasi putra bungsunya.
Setelah memberikan Jungji pada Seokjin, Jimin mulai melangkah. Ada rasa ragu hingga langkahnya sangat pelan. Ia takut sikapnya ini justru akan membuat Jungkook semakin marah.
Meski semalam mereka menghabiskan waktu bersama cukup lama. Jimin merasa kedekatan mereka semakin jauh. Tapi Jimin belum sejauh itu percaya diri.
Jimin berhenti tepat di depan pintu kamar Jungkook. Mengela nafasnya yang cukup sesak di dalam sana.
Jimin mencoba untuk tenang lalu mengetuk pintu.Tok.. tok.. tok..
"Tuan ini Jimin, boleh saya masuk ?"
Tak mendengar jawaban dari dalam namun Jimin yakin Jungkook ada di sana dan berharap baik-baik saja.
Jimin memberanikan diri untuk membuka pintu. Ia ingin tahu sedang apa Jungkook di dalam sana. Walaupun nanti ia akan mendapatkan ocehan dan makian Jimin tidak peduli. Lagi pula semalam mereka sudah sepakat untuk saling mengobati hati satu sama lain.
Dan sekarang Jimin khawatir akan Jungkook.
Ceklek..
Sosok yang ia cari sedang duduk di sofa, menatap foto besar yang ada di dinding itu.
"Tuan ?"
Jungkook masih diam tak ada niat untuk menjawab atau mengusir Jimin. Bahkan saat pria manis itu duduk di sampingnya pun Jungkook membiarkannya.
"Jimin ?"
"Nee..."
"Bukankah dia cantik ?"
"Sangat cantik..."
"Dia datang Jimin, semalam..." Jungkook memutus kalimatnya sepertinya berat sekali untuk ia lanjutkan hingga Jimin dapat mendengar nafas pria itu memburu.
"Dia datang, dia bilang agar Jungkook melupakannya. Setelah selama ini dia selalu datang baru kali ini dia menyuruhku untuk pergi, berpaling."
"mungkin karena Nyonya tidak ingin Tuan sedih dan menangis" tutur Jimin lembut. Entah keberanian dari mana tangan mungilnya meraih tangan lebar Jungkook lalu mengusapnya. Jimin ingin memberikan Jungkook kekuatan.
"aku memang selalu menangis saat mengingatnya"
"Menangis bukan berarti lemah Tuan, tapi karena menangis Tuan membuktikan cinta Tuan untuk nyonya... dan juga kelembutan hati Tuan Jungkook"
"Hiks... jangan bilang pada Taehyung yang idiot itu kalau aku menangis atau dia akan mengejeku Jimin.. hiks.. dari semalam kau mengetahui semua rahasiaku hiks.."
Melihat Jungkook menangis membuat hati Jimin tersentuh matanya terasa panas dan lelehan bening pun tak dapat ia bendung. Jimin lekas menghapusnya.
"Hiks..."

KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD DADDY
FanfictionJeon Jungkook, pria tampan nan mapan. namun sikapnya sangatlah kejam. ia sangat membenci putri semata wayangnya. buntalan menggemaskan itu seperti seonggok kotoran bagi Jungkook. kenapa Jungkook begitu membenci malaikat mungil itu ? ...