Dejavu.
Bayang-bayang kejadian kelam di masa lalu kini kembali dan tengah menguasai diri Jeon Jungkook. Hampir seluruhnya.
Dari ujung kaki hingga kepala, bahkan ujung rambutnya. Semua organ dalam tubuh pun merasakan hal yang sama. Jantung berdegup kencang, mengundang nadi mengalirkan darah semakin cepat. Terasa berdesir sangat hebat.
Paru-parunya terasa kehilangan udara, habis tak tersisa hingga membuatnya sesak mencekik leher.
Hah, bahkan lambungnya bergejolak seperti kawah gunung berapi yang siap memuntahkan lahar panas.Ingatan yang nyata, sama seperti kejadian tiga tahun yang lalu.
Langkah kaki jenjangnya tak terhitung seberapa cepat namun langkahnya tak kunjung sampai. hentakan kaki berbalut pantofel mengundang peluhnya bercucuran membasahi kemeja putihnya sampai terlihat setengah basah.
Beberapa kali tubuh besarnya menabrak orang lain namun Jungkook tak peduli. Ia terus melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang terasa sangat panjang dan menyeramkan.
"Tuhan tolong kuatkan Jiminku, dan selamatkan bayi kami"
air mata Jungkook tak terasa meluruh lalu terbawa angin karena langkahnya yang sangat cepat. Langkah demi langkah ceroboh itu kini membawanya di depan ruangan sunyi, ruang operasi.
Hoseok dan Junmyeon bergegas berdiri dari duduk mereka yang tidak lebih tenang dari Jungkook.
"Eomma !" Nafasnya terengah, kakinya terasa lemas. Berdiri menatap Eomma mertuanya dengan nanar. Jungkook kalut.
"Jungkook.." Hoseok mengusap lengan Jungkook lembut, berharap menantunya mendapatkan sedikit kekuatan.
"Jimin ?" Tanya nya lirih setelah terdiam cukup lama mengumpulkan tenaga.
"Di dalam sedang di tangani dokter, bayi kalian akan segera lahir nak. Maaf mereka tidak bisa menunggumu Kook-ah, Jimin kontraksi hebat tadi" jelas Hoseok, terdengar tenang agar Jungkook juga tenang.
"Tak apa, Eomma" jawabnya lesu.
"Sebenarnya Jiji ingin sekali kau bisa menemaninya, tapi keadaan tidak memungkinkan nak"
Jungkook mengangguk pelan, berjalan lemah mendekati pintu di mana di dalamnya menyimpan sang istri yang sedang berjuang untuk anak mereka.
Jika saja Jungkook tahu hari ini Jimin akan mengalami kontraksi, ia tidak akan pergi ke kantor. Jungkook pasti akan menemani Jimin melalui masa mendebarkan ini.
"Maafkan aku sayang" tubuhnya yang lemah merosot ke permukaan lantai, ia tak sanggup menahan rasa khawatir yang semakin banyak.
Rasa yang dulu pernah Jungkook rasakan kini datang kembali, menghantuinya secara nyata. Jungkook takut kehilangan Jimin, sama seperti dia kehilangan Jieun dulu.
"Buang pikiran bodohmu Jungkook !" Gerutunya seraya mengusap wajahnya kasar.
Hoseok dan Junmyeon hanya mampu menatap iba dan rasa khawatir yang sama.
.
.
.
Detik berlalu, berganti menit.
Jungkook masih di tempat yang sama. Namun semakin kacau dengan deraian air mata. Hingga suara samar terdengar mengetuk telinganya yang semula terasa tuli. Mengundang mata bulat manik kelamnya untuk membola seketika. Kakinya yang lemas tiba-tiba terasa sangat bertenaga, membuatnya berdiri kokoh di depan pintu.
Oweeeekk...
"Baby ?" Wajah bingung Jungkook sangat kentara. Mengusap air matanya lalu mendekatkan telinganya di permukaan pintu. Berusaha mencari suara yang tadi sempat ia dengar. Namun nihil.
![](https://img.wattpad.com/cover/303341437-288-k157447.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD DADDY
FanfictionJeon Jungkook, pria tampan nan mapan. namun sikapnya sangatlah kejam. ia sangat membenci putri semata wayangnya. buntalan menggemaskan itu seperti seonggok kotoran bagi Jungkook. kenapa Jungkook begitu membenci malaikat mungil itu ? ...