31

242 35 3
                                    

Dita terus berlari dengan matanya yang sudah mengalir deras, ia sudah tak peduli lagi dengan orang-orang yang melihatnya bagaimana. Dia hanya ingin bertemu dengan saudara sebangsa dan seperjuangannya saat menginjakkan kaki di negeri ini. Sakit. Sakit rasanya sudah mulai merasa menerimanya saat hati sudah lelah disakiti namun ia salah. Bahkan ini semua lebih menyakitkan dari apa yang dia terima dari sebelumnya.

"Dita!!! My twins, my baby, my mommy!!! Akhirnya kita ber-----"

Bugh

"Hiks... Hiks... Hiks... Mil.. sakit... Sakit banget... Aku mau pulang. Hiks..." Air mata Dita pecah di dalam pelukan Mila.

Mila yang tidak tau apa-apa dan saat kembali bertemu setelah beberapa bulan malah menangis kencang begini pun ia bingung.

"Kenapa dit? Ada apa? Sakit kenapa? Mana yang sakit? Sini biar aku obatin. Mana ha mana?" Tanya Mila mendorong sejenak bahu Dita untuk dia lihat keadaan Dita dari ujung kepala sampai ujung telapak kaki.

Dita menggeleng, menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan Mila meski kini ia masih nangis sesenggukan.

Mila menatap Dita tak percaya dengan kedua alisnya yang hampir terhubung. "Ngaco ya. Jelas-jelas kamu nangis sesenggukan begini jawabannya geleng kepala? Siapa yang bikin kamu begini? Bilang sama aku! Biar ku hajar dia!" Omel Mila.

Dita tetap menggeleng dan kembali memeluk Mila. "Pulang.. aku mau pulang ke asrama Ahjumma mil.." kata Dita dalam hisakkannya.

Mila menoleh ke arah tumpuan wajah Dita di bahunya dan ia usap lembut surai sahabatnya.

"Oke.. ayo kita pulang," ucap Mila dan merangkul Dita namun tiba-tiba saja ia berhenti, Dita menatapnya penuh tanda tanya.

"Tas mu mana? Katanya mau pulang kok gak bawa barang? Kamu udah kan numpang nya? Udah lah ya, kan udah sebulan lebih..," ucap Mila saat terlewat dipikirannya.

Dita kembali menggeleng. "Aku lupa."

"Ih gimana sih kamu dit. Gak niat balik berarti kamu ya? Huh. Gak temen kita!" Protes Mila dengan ekspresi yang dibuat-buat marah.

Dita sedikit terkekeh dan menghapus sedikit bulir air mata yang ada di pipinya.

"Jangan drama dulu mil. Aku capek, mau tiduran nih." Dita terdengar lemas.

Mila terkekeh, "baiklah Nona Karang."

"Dita!" Teriak seseorang dari belakang memangil nama Dita dengan terengah-engah.

Refleks Mila menoleh karena nama sahabatnya disebut, sedang Dita yang mengenal suara tersebut tubuhnya menegang.

"Siapa?" Tanya Mila menyipit untuk melihat wujud yang sudah memanggil sahabatnya.

"Bisa bicara dengan Dita? Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengannya, berdua saja." Dia berjalan sedikit mendekat pada mereka dengan mata tertuju pada Dita.

Dita tak mengangkat wajahnya meski sudah tau siapa yang ingin berbicara dengannya.

Mila ragu merasa aneh karena tidak ada pergerakan dari Dita untuk menerima permintaan Pria tersebut.

"Apa dia yang sudah membuatmu begini dit?" Tanya Mila dengan suara berat.

Dita diam tak menjawab lalu segera berdiri melepas salah satu tangannya yang memeluk pinggang Mila dan dihapusnya kembali air mata.

"Beri kami waktu sepuluh menit Mil, nanti aku akan tetap pulang bersama mu," ujar Dita sebelum berjalan mendekati Pria tersebut dan Mila anggukkan kepala menanggapi.

"Kalau dia buat apa-apa bilang! Biar ku hajar dia sampai terkapar tak berdaya! Kau! Jangan macam-macam pada Dita ya!" Mila beri peringatan pada mereka sebelum sedikit menjauh untuk memberi mereka ruang bersama.

My Destiny?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang