"Ya, tapi ingat lagi kataku, kau berjanjilah untuk membahagiakannya mulai saat ini dan seterusnya."
Sepulangnya dari liburan sembari shooting kemarin, kata-kata itu terus terngiang di kepalanya sampai ketika dia mulai bekerja kembali dan saat sedang berdiam diri pun berhasil membuatnya tidak fokus.
Sebenarnya Seokjin belum lagi menghubungi Dita lewat manapun karena sibuknya dia hingga tak sempat menemui Dita.
Seokjin menyandarkan dirinya ke sofa empuk yang ada di dorm itu menatap langit-langit lurus.
"Hah.. gak, seharusnya gak kaya gini. Baiklah aku akan menemuinya." Gumam Seokjin yang masih diposisi nya dengan pikiran melayang entah kemana.
"Mau ketemu sama siapa hyung?" Tanya seseorang berhasil memasuki gendang telinganya dan membuyarkan pikirannya.
"Jiminie? Ah, teman ku. Aku ingin menemuinya." Seokjin tersenyum kikuk menatap Jimin gugup lalu bangkit begitu Jimin mulai duduk dan menyalakan televisi.
"Hati-hati hyung." Teriak Jimin saat Seokjin sudah berjalan cepat keluar meninggalkan Jimin seorang diri.
"Seonha, tolong beritahu Dita untuk bertemu dengan ku sekarang juga di rooftop." Perintah Seokjin berbisik meski sudah berada di tempat yang sepi pada salah satu bodyguardnya itu.
"Tapi tuan. Saat ini kemungkinan mereka sedang—
"Lakukan saja apa yang ku suruh." Potong Seokjin tegas menatap nya dingin membuat Seonha menganggukkan kepalanya takut dan pergi meninggalkan Seokjin seorang diri.
Seokjin berdeham kecil menetralkan rasa gugupnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu.
"Ku harap kau tidak mempermainkannya hyung." Guam seseorang yang sepertinya memperhatikan Seokjin dari jauh.
(ᵔᴥᵔ)
Amanah Seokjin tersampaikan, kini Dita hanya tinggal membuka pintu rooftop sudah bisa bertemu dengan seseorang yang memintanya datang.
Klek
Seokjin menoleh sekilas melihat ke arah sumber suara dengan refleks kedua sudut bibirnya terangkat.
"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Dita begitu dia melihat seorang bertubuh tinggi darinya tengah berdiri sendiri dengan meja dan kedua kursi tertata rapi di belakangnya.
Dengan nafas tersenggal-senggal, dia gunakan punggung tangan kanannya untuk mengelap sisa peluh keringatnya yang mengalir, karena dirinya baru saja membersihkan diri setelah lelahnya beraktivitas, tetapi sudah diminta untuk datang ke rooftop tanpa lift.
"Duduk dulu dan aturlah nafas mu," ujar Seokjin menarik salah satu kursi untuk Dita, sedang dirinya duduk di seberang.
Dita masih belum mengerti akan pelayanan dari orang yang ada dihadapannya sekarang ini. Menatap bingung ke sekitar dengan bibir sedikit terbuka itu malah membuatnya terlihat imut.
Belum ada pembicaraan yang bisa memulai percakapan diantara keduanya. Terlihat masih sibuk dengan urusan masing-masing. Seokjin sepertinya tidak keberatan atas waktu yang sedikit terbuang hanya untuk membiarkan Dita mengatur napas. Karena dia sibuk merapihkan meja, menyajikan air minum untuk wanita yang ada didepannya dan berakhir menaruh ponsel Dita pelan-pelan di sisi meja kanannya menarik atensi sang pemilik benda tersebut.
Dita tersenyum kecut melihatnya. "Kenapa kau membawa ponselku? Bukankah seorang training tidak boleh memiliki ponsel? Jangan bilang kau memanggilku kesini hanya untuk mengembalikan ponselku? Kalau iya, bisa tidak, langsung ke intinya? Kenapa harus repot-repot membuat ini semua?" Tanya Dita bertubi-tubi terdengar malas dan kesal bersamaan untuk membicarakan hal itu membuat dirinya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny?✓
Fanfiction"kau kesini karna apa?" "aku lelah, aku ingin menenangkan pikiran. kau sendiri?" "aku.. ya.. sama seperti dirimu.." Menarik? Yuk, silahkeun di baca.. But!*Don't be expect for this story in every chapter. Atau kalian akan kecewa~ Baca dan nikmati~ An...