38

206 29 7
                                    

Seokjin yang langsung keluar dari lokasi dan masuk ke tendanya yang tertinggal seorang diri karena keinginannya. Mengetahui itu IU tertarik dan menghampiri Seokjin.

"Seokjin-ssi." Panggilnya lembut nan hati-hati.

Seokjin-ssi yang awalnya terlihat angkuh mulai berubah rileks kala mendengar suara itu. Seokjin tersenyum pada cermin yang memantulkan bayangan wujud wanita tersebut.

Mendapat repson baik, IU tersenyum dan mendudukkan diri di samping tempat Seokjin.

"Cerita lah," celetuknya menarik atensi pria berdada bidang itu cepat.

Seokjin memasang wajah bingung dan IU menoleh, "kau terlihat tidak suka dengan scene tadi. Apa ada sesuatu yang tidak enak berhubungan dengan tempat itu?" IU bertanya layaknya seorang ibu yang ingin mendengar curahan hati seorang anak.

Seokjin menatapnya serius dan seolah-olah hatinya merasa untuk menceritakan kisah itu. Tapi, dia tak yakin. Oke, pria itu sudah memutuskannya, bahwa ia harus profesional. Jangan hubungkan masalah pribadi pada kerjaannya meski terlihat sudah direncanakan, tetap saja sebisa mungkin ia harus menahannya terlebih dahulu.

Seokjin menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan IU, tersenyum manis ia tampilkan.

"Tidak ada.., sepertinya.. aku hanya merasa kelelahan saja."

IU mendelik melihatnya, "kau sangat yakin?"

Lagi-lagi Seokjin mengangguk. Merasa tidak mendapat tanggapan lebih, IU pun pergi meninggalkan tenda Seokjin dan menghampiri kursi lipat miliknya yang berada dekat lokasi syuting.

"Tolong sampaikan padanya, kita akan mulai syutingnya sepuluh menit lagi. Setelah aku bersiap-siap," ujar Seokjin sebelum IU benar-benar meninggalkan tendanya.

Dan seperti yang sudah dia katakan, Seokjin keluar setelah sepuluh menit berlalu. Saat ditanyakan kembali oleh pak sutradara, Seokjin yang sudah mengumpulkan semua keberanian ia berjalan menuju lokasi dan memulai adegan tersebut.

Seokjin berhasil. Mereka menyelesaikan satu bagian dari ratusan adegan itu dengan sigap.

"Kau memang hebat Seokjin-ssi! Hanya butuh empat puluh menit kita bisa menyelesaikan bagian ini! Hebat!" Puji sutradara memberikan kedua ibu jarinya yang terlihat banyak kerutan itu pada Seokjin.

Seokjin menundukkan kepalanya sembari menutupi rasa malunya karena sehabis di puji.

"Betul. Kau hebat, Seokjin-ssi," timpal IU menatap Seokjin bangga dan dibalas sedikit tundukan kepala dari orang yang sudah dia puji.

Setelah kembali melakukan syuting untuk adegan lain, kini para pemain mendapatkan waktu istirahat. Dan Seokjin yang sudah menyendiri itu mulai mengetik sesuatu di ponselnya kemudian dia tempelkan ke telinganya yang kemerahan.

"Yeobeoseyo?" Sapa orang seberang dengan suara sedikit serak dan terdengar berat.

Seokjin berdegus tersenyum simpul mendengarnya, "eo. Baru bangun tidur ya?"

"Seokjin-ssi?? Kau? Eo. Ya, aku baru bangun tidur..hehe, ada apa?"

Seokjin mengalihkan pandangannya ke langit gelap yang dihiasi oleh jutaan bintang, "aku.. rindu padamu."

"Eumm.. ya, kau rindu dan kau sudah menelepon ku. Apa rindu itu sedikit terbalaskan?"

Seokjin mempoutkan bibirnya, "tentu saja tidak! Aku maunya langsung bertemu dengan mu!"

Dita terkekeh, "kalau sudah bertemu apa sudah cukup membalas rindumu?"

"Iya!" Jawab Seokjin bersemangat.

My Destiny?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang