30

291 42 3
                                    

Setelah Dita dan Seokjin memancing kemarin keesokannya mereka pun makan bersama memakan hasil pancingan kemarin ditambah dengan menu lainnya.

Hanya dengan membuat lambungnya terasa penuh maka apapun yang kau lakukan akan terasa menyenangkan. Seperti misalnya kini mereka lanjut minum bersama entah sudah botol ke berapa membuat keduanya hanyut dalam euforia yang mereka ciptakan.

"Seokjin-ssi! Sebenarnya ada apa dengan mu eo? Kenapa saat aku bersama mu, jantung ku tiba-tiba berdegup kencang seperti sehabis dikejar polisi?! Padahal aku tidak mencuri apapun dari mu..." Racau Dita berujung cemberut.

Kini Dita sudah mabuk berat dan Seokjin menuntunnya berjalan meski ia juga mabuk namun masih dalam keadaan sadar.

Seokjin mengangguk dengan diam-diam tersenyum mendengar racauan Dita.

"Dan saat kau membersihkan tangan ku dari ice cream. Itu! Itu! Sangat menggelikan!" Lanjut Dita dengan menunjuk-nunjuk.

"Mwo?! Menggelikan!? Kau bilang aku membersihkan tanganmu dengan tulus dan lembut begitu, kau bilang menggelikan?! Dimana akhlak mu sekarang ini heoo?!" Omel Seokjin tak terima mendengar celotehan Dita membuat Dita berubah sedih dan menangis, melihat itu Seokjin pun menenangkan.

"Hikss hikss hikss.. Seokjin-ssi nakal! Masa aku cuma bilang menggelikan langsung dimarahin.. huhuhu, kau nakal! Aku gak mau bicara dengan mu. Tinggalin aku!" Dita menepis tangan Seokjin yang merangkulnya itu lalu pergi dengan jalan tergontai.

Seokjin mendengus dan menggeleng pasrah kemudian menyusulnya. "Ani.. bukan itu maksud ku.. tunggu dulu Dita-ssi."

"Enggak... Aku gak mau. Seokjin-ssi jahat!" Meski jalan lunglai begitu Dita tetap kekeh ingin jalan sendiri dengan penglihatan yang samar-samar.

"Dengar. Dita. Tunggu." Seokjin memutar arah Dita untuk menghadap kepadanya itu menatapnya dalam.

Dita mengangkat kepalanya melihat ke Seokjin. "Apa?" Dengan wajah melasnya.

Seokjin menghela nafas pelan. "Mianhae-o eung? Tadi itu.. aku hanya terkejut saja mendengar kejujuran mu. Maafkan aku ya?"

Dita tersenyum kecil lalu melihat kedua mata Seokjin bergantian. "Eo? Di mata mu itu ada apa? Kenapa.. banyak sekali benda disana." Dita memaksa mendekatkan diri untuk melihat lebih jelas apa yang dilihatnya di mata Seokjin.

Seokjin tentu menahannya. "Itu, itu. Bukan apa-apa, mari kita lanjut jalan ayo," ujar Seokjin menahan Dita yang kekeh ingin tahu.

Hingga saat Seokjin sudah tak bisa menahannya lagi, dia pun lepas kendali dan pasrah langsung mengecup bibir Dita.

Dita diam tak memberontak, mulai berdiri tegak saat Seokjin lebih dominan darinya. Ia mengikuti pergerakan Seokjin yang tiba-tiba itu.

Tak ingin berlama Seokjin pun melepas ketika sadar apa yang sudah dilakukannya. Menatap Dita tajam terkejut dan bingung bersamaan.

"Apa yang sudah ku lakukan?! Astaga. Tidak. Tidak. Ini tidak benar. Aku tidak ingin melakukan ini saat kau mabuk. Ini sama saja seperti pelecehan. Tidak. Dita, sadarlah. Ayo kita kembali," ujar Seokjin panik lalu kembali menuntun Dita untuk berjalan.

Namun Dita enggan bergerak dari tempatnya, dia menatap Seokjin sayu penuh penarikan dari wajahnya.

"Ternyata bibir mu manis juga. Aku menyukainya..," ucap Dita begitu cerianya membuat Seokjin menunduk untuk tak melihatnya.

Seokjin menggeleng heran. "Terima kasih atas pujiannya, baiklah ayo sekarang kita pu—"

"Aku bilang, aku menyukainya. Berarti aku ingin lagi!" Potong Dita menarik kerah mantel Seokjin kencang hingga bibir tebal miliknya kembali menempel pada milik Dita.

My Destiny?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang