"Saat semuanya sudah aman."
Dita mengerutkan kening melihat Taehyung jengkel, "kau! Apa-apa bilang saat semuanya aman! Memangnya kita sedang berperang?!" Omel Dita sedang Taehyung terkekeh.
"Kalau Seoul terasa mencekam, lebih baik di sini dulu aja," ujar Taehyung membuat Dita terkesiap membulatkan matanya dan menggeleng gusar menjawab.
"Wae? *Neo shireo?"
"Bukan gitu. Aku gak mau repotin terus. Tinggal di Seoul jauh dari orang-orang, udah bisa buat aku aman kok. Gak perlu keluar kota begini, Taehyung-ssi," jelas Dita.
Taehyung tersenyum simpul, "Aku tau itu udah merasa aman. Tapi aku masih gak yakin kalo kamu gak bakal di susul lagi sama wanita gila tadi. Kamu juga sedang sakit, tetep mau pulang walaupun nanti di tanya-tanya apa yang terjadi, heum??"
Dita mengangguk paham akan maksud dari Taehyung tapi, mengingat kejadian sebelumnya yang belum tau ujung penyelesaiannya itu, tak bisa membuatnya menghilang begitu santainya. Apalagi dia ini baru mendapati kabar tentang janin yang hampir mengisi perutnya sudah tidak ada. Dia pun langsung terpikirkan pada pria yang berhasil membuatnya ikut dalam permasalahan ini dan dia masih menjadi kekasih dari pria itu. Bagaimana mungkin ia pergi jauh tanpa menyelesaikan masalahnya?
"Tenang aja... Aku bakal temenin. Aku juga gak tenang ninggalin kamu sendirian di sini," lanjut Taehyung.
Dita kembali mendongak dan memasang wajah penuh tanda tanya.
"Aku beneran khawatir padamu Dita-ssi.. tolong izinkan aku untuk menjaga dan merawat mu, ya?" Pinta Taehyung menatap Dita penuh harap.
Dita melihatnya keheranan dan banyak sekali pertanyaan yang terlewat di benaknya. Tapi, itu bisa ia tanyakan nanti. Yang terpenting saat ini adalah dirinya harus pulih terlebih dahulu.
Dita mengangguk tenang, "ya, mohon bantuannya Taehyung-ssi."
Taehyung menjulurkan tangannya ke atas kepala Dita lalu menepuk pelan. Tersenyum hangat menatap Dita lembut. Menarik tangannya setelah dirasa cukup lalu, menyarankan Dita untuk segera pakai obat salepnya.
Dita menatap Taehyung bingung.
"Kenapa?"
"Cara pakainya gimana? Kan aku gak bisa lihat mana yang terluka," ucapnya dengan wajah polos, berhasil membuat Taehyung tertawa.
"Aku lupa. Ya, nanti aku bantu pakaikan. Tapi--" Taehyung tahan ucapannya memastikan Dita tidak marah atas ucapannya itu.
"Apa?"
"Kamu jangan menghindar lagi nanti."
Dita terdiam beberapa detik lalu berdecak, "iya. Enggak."
Taehyung meninggalkan ruangan yang Dita pakai, setelah selesai memberinya makan hingga memakaikannya salep ke tempat yang susah di jangkau Dita dan menunggunya sampai terlelap.
"Dita-ssi.., jika hyung ku berhasil menjadikanmu sebagai kekasih maka, biarkan aku tetap menjagamu meski aku tak bisa memiliki mu seutuhnya... Karena, aku mencintaimu... Dita Karang-ssi.. sangat..," gumam Taehyung menatap Dita dalam, dari ambang pintu lalu dia tutup pintu itu.
Dita belum benar-benar tertidur, mendengar ucapan Taehyung ia hembuskan nafas berat, menatap langit-langit rumah itu sedih.
"Kenapa kau mencintaiku Taehyung-ssi?" Gumamnya seraya menaruh tangannya di atas kening dan kembali memejamkan mata.
.
.Taehyung menghampiri manajer yang sudah ada di dalam mobil. "Hyung."
Manajer Taehyung menoleh dan berdegung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny?✓
Fanfiction"kau kesini karna apa?" "aku lelah, aku ingin menenangkan pikiran. kau sendiri?" "aku.. ya.. sama seperti dirimu.." Menarik? Yuk, silahkeun di baca.. But!*Don't be expect for this story in every chapter. Atau kalian akan kecewa~ Baca dan nikmati~ An...