02

822 78 23
                                    

Empat tahun lamanya Dita tinggal di negara ginseng ini. Setahun untuk beradaptasi dan liburan sejenak membiarkan otaknya sebelum benar-benar harus digunakan. Sedang tiga tahunnya dia habiskan untuk belajar dan bekerja, terlihat berat namun harus tetap dijalankan demi masa depan.

Entahlah dirinya hanya berusaha menjalani hidupnya se-enjoy mungkin dan apapun yang terjadi dirinya akan tetap berusaha untuk mengatasi semuanya.

"Dita, kita berangkat bersama ya, oppa ku hari ini sedang tidak bisa menjemput ku. Aku juga iseng kalau berangkat seorang diri, ya?" Ujar teman sekamarnya yang tengah membenahi bawaannya di seberang tempat berdirinya Dita.

Dita menoleh sekilas lalu kembali merapihkan barang-barang yang perlu dibawanya.

"Iya Mila,"ucap Dita yang membelakangi lawan bicaranya.

"Oh ya, semalam aku tidur jam sepuluh dan kau belum juga pulang. Lalu jam berapa kau pulang Dita?" Mila berhenti dan berpikir dengan melihat ke langit-langit kamarnya.

"Ya, setengah jam setelah kau tidur aku sudah pulang kok," jawab Dita saat mengingatnya.

"Bukankah itu terlalu malam? Kenapa? Tumben sekali?" Tanya Mila heran dan jalan menghampiri Dita.

Dita yang sudah selesai merapihkan barang-barang dan merasa Mila ada di dekatnya pun memilih untuk memutar tubuhnya.

"Biasa, sudah jangan dianggap pusing, ayo berangkat," ucap Dita lalu menarik pergelangan tangan Mila dan dibawanya keluar.

Mila adalah teman satu kamar Dita dan sudah dianggapnya seperti saudara kandungnya sendiri. Mila yang seumuran dengan Dita itu juga senang bisa berteman dan mengenal Dita, karena sebelum dia mengenal Dita, Mila sudah dipastikan akan seperti anak hilang yang tidak tau arah pulang ataupun pergi.

Ya Mila juga datang dari Indonesia dan pergi kesini untuk melanjutkan pendidikannya, sama seperti Dita. Namun berbeda dengannya Mila hanyalah anak yang beruntung dipilihkan orangtuanya untuk pergi ke negara ini, sedang Mila dia tidak tau apa-apa tentang Korea sedikitpun.

"Dita, apa kau ada rencana kembali ke Indonesia saat dapat liburan kuliah nanti?" Tanya Mila pada Dita yang duduk di bangku belakang.

Dita mendongakkan kepalanya dari ponsel.

"Sepertinya tidak Mil," ucapnya yang disusul dengusan kecewa.

"Kenapa? Apa karena pekerjaanmu yang tak mengijinkan?" Melihat respon Dita yang seperti itu pun Mila merasa tidak enak.

Dita menggeleng,"tidak juga, aku masih tidak bisa pulang. Seperti masih ada sesuatu yang harus ku capai disini Mil. Jadi rasanya tidak tenang kalau aku tidak bisa berusaha mendapatinya,"jelas Dita menatap Mila penuh dengan keyakinan.

Tapi tatapan yang didapati Mila berbeda, seperti terpaksa namun harus bisa. Mila tersenyum sebagai tanda dukungan untuk usaha Dita, walau dia tidak tau apa yang dimaksudkannya itu.

"Baiklah, tapi kalau bisa sempatkan dirimu untuk mengunjungi mereka ya. Mereka juga pasti sangat merindukanmu." Dukung Mila seraya mengusap tangan Dita yang mudah digapainya lalu kembali duduk menghadap ke depan.

Dita tersenyum senang,"terima kasih.."ucapnya pelan saat Mila sudah memalingkan seluruh tubuhnya.

#Kampus#

"Dita, aku ke kelas duluan ya,"pamit Mila saat bertemu teman sekelasnya itu dengan melambaikan tangannya sebentar pada Dita.

"Ya, sampai ketemu nanti,"balas Dita lalu kembali jalan menuju kelas yang harus diikutinya.

"Hai zan," sapa Dita pada teman di samping tempat duduknya.

"Oh hai dit, tumben dateng awal, biasanya pas lagi mepet-mepetnya baru nongol sambil ngos-ngosan gitu, hhaha," sahutnya seraya memperagakan tingkah Dita saat terlambat datang kelas.

"Aku ini lagi bangun pagi Fauzan, gak usah ngeledek gitu deh," ucap Dita.

"Kalau bisa setiap hari ya, biar aku makin betah disini," goda Fauzan diiringi dengan tawanya.

"Bisa aja lemari kayu kalau ngegombal ahaha, ku usahain deh ya," respon Dita menggeleng heran lalu tersenyum dan yang memang tak ambil serius. Namun malah membuat sang lawan bicara seperti dibawa terbang ke atas dinding kelas sampai terpentok dan tersadar, hingga menepuk-nepuk pelan pipinya.

(◕ᴗ◕✿)

"Jungkook-ah, nanti malam kan kita tidak ada jadwal, bagaimana kalau kita pergi ke wahana bermain?" Ujar Jimin yang sudah ada di samping Jungkook.

Jungkook menggeleng.

"He? Kenapa? Bukannya kau bete? Lagi pula kita ini juga butuh hiburan setelah lelahnya bekerja Jungkook-ah," ucap Jimin.

Jungkook lagi-lagi menggeleng.

"Wae? Apa kau sedang tidak enak badan ha?" Tanya Jimin khawatir dan langsung mengecek suhu tubuh Jungkook tanpa terlewatkan.

"He? Jungkook sakit?" Taehyung yang tak sengaja lewat itu pun langsung menghampiri.

"Sakit apa kau? Kenapa tidak bilang pada kami ha?" Omel Taehyung.

Jimin yang sudah mengeceknya pun memasang wajar datarnya, lalu mendorong punggung Jungkook hingga terjatuh.

"Ya! Ya! Ya! Jimin-ah kenapa kau malah mendorongnya eoh? Dia kan sedang sakit tau tidak?" Taehyung yang melihat Jungkook yang hilang keseimbangannya pun dengan sigap dia menangkapnya.

"Ku tendang kau sampai ke menara Burj Khalifa kalau dia memang beneran sakit, Taehyung-ah," ucap Jimin menatap Taehyung.

Taehyung yang malah heran dengan ucapan Jimin itupun bingung, kenapa malah ingin menendang dirinya?

"Hey, hey, hey, yang benar saja kau jimin-ah. Jangan sampai nanti tersebar luasnya berita tentang pria tertampan nomor satu ini bertengger di menara tertinggi karena ditendang oleh Jimin BTS ya!" Respon Taehyung tak terima atas ucapan Jimin.

"Ku pastikan berita itu tidak akan tersebar Taehyung-ah," sahut Jimin yakin.

"Huh! Bagaimana bisa? Jelas-jelas nanti tubuhku bertengger di sana!" Ucap Taehyung yang berpikiran logis itu.

Jungkook menghela nafasnya lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Huh. Mengganggu saja, sudah tau sehabis dari variety show perut ku sudah demo, ini malah ngajak keluar." Jungkook menggeleng heran saat sudah benar-benar keluar dari perdebatan 95line yang tiba-tiba itu.

"Ada apa kook? Kenapa kau lesu sekali?" Tanya Hoseok saat berpapasan dengan Jungkook.

"Tidak apa hyung, aku hanya lapar," jawab Jungkook dengan polosnya yang seraya mengelus perutnya itu pun mengundang gelak tawa Hoseok.

"Astaga.. ku kira kau kenapa. Kalau begitu kau makan dulu saja makanan ku yang ada di lemari pendingin, tapi jangan kau habiskan ya, karena aku juga membutuhkannya saat malam hari," ucap Hoseok dengan menepuk-nepuk pelan bahu Jungkook lalu pergi.

Seketika kedua sudut bibir Jungkook pun menarik lebar dengan mudahnya dan tanpa pikir panjang lagi dia langsung berjalan cepat menuju dapur.

Hoseok yang masih belum jauh dari tempat sebelumnya pun menggeleng heran melihat tingkah adik bungsunya itu.

.

.

.

.

.

•30 Mei 2021•

My Destiny?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang