34

199 32 3
                                    

Dita dan Kyuna selesai makan, kini mereka benar-benar harus jalan pulang, meninggalkan tempat yang sudah membuat harinya tampak lebih berwarna. Saat perjalanan Dita merasa seperti di pantau dari kejauhan, perasaannya sangat tidak nyaman meski sudah berusaha untuk tetap positif thinking.

Ketika sudah hampir sampai menuju pintu keluar Mall, tiba-tiba Kyuna ingin membeli minuman. Dengan penuh rasa pengertian Dita mengiyakan permintaan tersebut. Kyuna kembali berbincang pada Dita saat pesanannya sedang dibuat sampai selesainya minuman tersebut.

"Maaf mas, kok saya dapet minumannya dua? Saya kan hanya memesan satu," komentar Kyuna saat ia dapati dua minuman dengan beda rasanya itu dari karyawan minuman itu.

"Ini bonusnya mba. Karena mba adalah pembeli ke seratus untuk minuman rasa ini," jelas karyawan itu ramah.

"Ooh... Okey deh mas. Terima kasih ya!" Dengan riang Kyuna berjalan menghampiri Dita.

"Beli dua?" Tanya Dita heran dengan keningnya yang mengerut.

Kyuna menggeleng, "enggak, ini bonus! Karena aku jadi pembeli ke seratus untuk minuman itu!"

Dita terkekeh saat Kyuna bilang untuk pembelian ke seratus, terdengar lucu untuknya. Kemudian, Dita menganggukkan kepala ngerti dan hendak jalan Dita meninggalkan tempat tersebut, dia disodorkan minuman bonus itu.

"Buat kakak aja. Soalnya minuman satu saja aku tak habis. Bagaimana dua," jelas Kyuna melihat ekspresi bingung Dita.

"Baiklah-baiklah. Kamshamnida, Min Kyuna-ssi..." Dita mengambil minuman itu dan langsung dia minum.

Saat tengah asyik minum baru juga dua sedotan, tiba-tiba ada seseorang dari arah berlawanan secara tidak sengaja menyenggol lengan Dita hingga hampir menusuk tenggorokannya. Dita terbatuk-batuk setelahnya, Kyuna yang melihat itu tampak emosi dan mengumpati orang tersebut tanpa rasa malu.

"Eonni.. gwenchana???" Tanya Kyuna khawatir mengusap-usap punggung Dita.

"Uhuk.. huk.. na--naneun gwenchana... Huk.. uhukk..." Jawab Dita yang tentu saja masih mencoba menghilangkan rasa sakit kilat pada ujung mulutnya.

"Dasar gila!! Apa dia buta?! Orang yang lebih besar dari ponselnya saja tak dilihat!? Dan saat tau, dia tidak meminta maaf!! Benar-benar tidak tahu malu!! Wanita gila! Awas kau nanti!!" Maki Kyuna emosi pada pelaku yang sudah hilang dari pandangannya.

Masih menetralkan rasa sakitnya, Dita berusaha menenangkan Kyuna yang tersulut emosi karena dirinya itu. Karena kalau tidak, bisa-bisa mereka di usir oleh penjaga sekitar. Dengan penuh rasa sabar Kyuna hadirkan, dia menuntun Dita keluar Mall dan membuang dua minuman yang baru saja mereka nikmati.

Dita mencoba menenangkan Kyuna yang masih memaki dirinya karena sangat tidak cekatan melindungi kakaknya itu. Hey... Ini adalah kecelakaan yang tanpa diduga, kenapa pula harus membuang energi yang bahkan tak bisa memutar waktu?

"Maaf ya kak..." Lirih Kyuna.

Dita menggeleng lemas, "kau tidak bersalah, mungkin saja memang dia tidak melihatku. Sudah ya.. jangan marah-marah terus.. tidak baik...," Kata Dita mengelus surai Kyuna berbicara tenang menatapnya lembut.

Kyuna merasa bersalah itu tersenyum sesal lalu memeluk Dita erat, "aku benar-benar akan memukulnya jika bertemu dengannya lagi."

Dita tersenyum kikuk, "tak perlu. Jangan kau berubah jahat hanya karena orang itu jahat pada kita, Kyuna-ah..," tutur Dita makin membuat Kyuna merasa bersalah dan memasukkan kepalanya dalam dekapan Dita.

.
.

"Tepat sasaran?? Harusnya iya. Aku sudah memposisikan diri sebaik mungkin tadi. Kalau tidak. Aku akan berbuat lebih dari ini!"

My Destiny?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang