Ringgam melirik halaman kantor, berbagai macam motor terparkir disana. Rumah sederhana berwarna abu-abu dengan tulisan Marvelus di pintu depan. Sebrangnya ada warmindo yang sudah lama berdiri. Kantor ialah rumah bagi anak Marvelus, tempat nongkrong sepulang sekolah.
Marvel adalah hero yang banyak disukai orang-orang, mulai dari anak kecil sampai dewasa.
Semua bermula dari Ringgam, Arga, Dzakwan, Naufal dan Zio yang satu kelas sering ngumpul di rumah itu. Lama kelamaan mereka bosen dan milih untuk ikut ekstrakurikuler di SMARA. Mereka mulai mengenal orang baru, termasuk kakak kelas.
Suatu waktu dimana beberapa orang diajak ke kantor oleh Dzakwan sebagai tanda kemenangan basket di SMARA. Akhirnya kantor itu kedatangan Luqi, Gaza, Cio, Pian, Zaidan, Zilmy mereka. Selain itu, pembahasan mereka bisa tentang band, motor, film, dan banyak hal yang akhirnya bisa nyambung sampai saat ini. Ditambah ada Azka, Zaki, Fazry dari SMK Wijaya, mereka jadi kenal karena Fazry teman SMP Zio.
"Gimana kalau kita jadiin rumah ini tempat nongkrong?" Ide itu tercetus dari Arga.
"Boleh, lagian rumah ini jarang dihuni. Nyokap bakal kasih izin selagi kita ga melakukan hal yang aneh." Dzakwan sebagai tuan rumah menyetujui ide itu.
"Yang lain gimana?" tanya Ringgam memastikan agar tidak ada yang miskomunikasi.
"SETUJU!" sahut mereka disana.
"Marvelus keren ga?" Azka dan Zaki yang mempunyai pemikiran yang sama.
"Kenapa harus itu?" Pertanyaan yang sama dari setiap orang.
"Marvel kan hero, semoga kita bisa bermanfaat buat kedepannya. Jangan sampe kayak geng yang sering ngelakuin hal yang negatif. Tapi terserah."
Mereka saling melirik sebagai tanda minta persetujuan.
"BOLEH!" sahut semua.
"Bikin kepengurusan ya, biar mudah mengkoordinasi aja." Pendapat Azka selalu disetujui, mungkin karena ia paling tua diantara yang lain.
"Ringgam ketua aja, walaupun bocil tapi gue yakin dia bisa mengkoordinasi kalau ada kegiatan," ujar Zaki.
"Enggak." Ringgam menolak mentah-mentah.
"Jangan samain kayak kepanitiaan atau geng, tujuan adanya ketua buat koordinasi aja. Kita semua tetep sama disini, tetep keluarga juga." Azka menjelaskan hal itu.
"Gue setuju, selama kita bareng-bareng gue liat lo bisa bijak gam," Gaza, Cio dan Pian dari tadi menyimak dan akhirnya membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Teen FictionSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...