👋🏻👋🏻👋🏻
Jangan lupa bersyukur ya, kita enggak tau kedepannya hal sedih apa yang akan dihadapi
Setelah istirahat sejenak, Rania kembali menjelaskan materi selanjutnya. Dan sekarang mulai mengerjakan soal agar Ringgam lebih mengerti apa yang sudah Rania jelaskan tadi. Karena Ringgam bosan menunggu Rania memberi soal, ia memutar pulpen sambil memperhatikan Rania yang sibuk nulis soal.
Matanya menatap wajah Rania yang terlihat bersinar, dan itu membuatnya menarik senyuman.
Baru kali ini gue nemu kakak kelas sebaik lo, Ran Ringgam bermonolog dalam hatinya.
Tiba-tiba Ringgam memanggil Rania. "Kak."
"Gue bukan kakak lo."
"Ran."
"Apa?" Rania tapi tidak melirik Ringgam yang mau mengajaknya ngobrol.
"Gue punya kakak kelas cantik banget."
"Siapa?" tanya Rania sambil menulis soal untuk Ringgam.
"Yang lagi nulis soal."
Rania menoleh Ringgam dengan tatapan tajam, padahal perutnya dipenuhi kupu-kupu terbang. Sebisa mungkin Rania menahan rasa saltingnya.
Salah Rania kenapa malah membalas lirikan itu dengan tatapan tajam. Seketika Rania langsung salah tingkah sendiri.
"Ga jelas, sana ganti baju dulu sambil nunggu gue beres nulis soal. Nanti tinggal ngerjain soalnya." Ringgam mengangguk paham. Ia menurut ketika Rania memintanya.
Setelah Ringgam pergi, Rania menelan Saliva, jantungnya berdetak abnormal. Untung saja saat ia suruh Ringgam pergi, Ringgam langsung nurut. Bocil ngapain sih kayak gitu, ga baik buat jantung.
Rania menunggu Ringgam mengganti baju di ruang tamu. Sebelumnya saat Rania baru mulai menjelaskan materi Ringgam meminta untuk belajar di ruang tv, dengan cepat Rania menolak.
Ia tidak ingin ada yang mengganggu waktu belajar Ringgam. Ia sudah menyempatkan waktunya untuk belajar bersama Ringgam, masa iya nanti malah jadi nonton.
Ringgam berdehem.
Rania terkejut. Style sederhana Ringgam membuat Rania terpesona. Hanya kaus hitam dan celana ¾ warna cream.
Rania sadar! Crush lu mau dilupain? guman Rania dalam hatinya
Sambil menunggu Ringgam mengerjakan latihan soal, Rania kembali ke dunia orange. Masih banyak cerita yang belum ia baca, mana banyak rekomendasiin cerita baru. Ketika ada waktu senggang semua cerita bakal Rania baca.
"Gini bukan?" tanya Ringgam setelah setengah jam. Rania periksa hasil kerjanya dan lumayan setidaknya ada 40% pengerjaan Ringgam yang benar, padahal masih baru ngejelasinnya.
"Nanti gue jelasin yang grafik tentang bab ini ya."
"Kok cepet banget anjrit." Rania melotot mendengar Ringgam bicara kasar.
Ringgam pun malah senyum pepsodent. "Kelepasan."
"Iya, nanti malem benerin yang salahnya, besok bukunya gue tunggu ya." Ringgam pun mengangguk paham.
Ringgam melihat Rania sepertinya lelah, ia meminta Bi Inah mengambilkan cemilan dan minuman. Dengan lahap Rania memakan cemilan itu.
Kebun belakang rumah, hal itu yang teringat dipikiran Ringgam. Ia mengajak Rania ke belakang ruumah untuk melihat kebun kecil milik Om Halim. Ringgam menarik pelan tangan Rania tanpa tahu dia bakal dibawa kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Dla nastolatkówSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...