👋🏻👋🏻👋🏻
Kadang terlalu cuek karena kesalahan orang, bisa membuat orang itu celaka.
Gazebo belakang rumah sudah tersedia makanan dan minuman yang sudah Rania dan Evan siapkan. Ayah dan Mama membiarkan mereka berdua waktu untuk saling melepas rasa rindu.
Tripod dan ponsel milik Rania sudah terpasang di depan gazebo. Mereka ngobrol segala hal sambil di video, Rania bercerita betapa serunya di SMARA dan Evan hanya mendengarkan itu. Ia rasa kakaknya memang butuh tempat cerita seperti Evan.
"Kak, kalau semisal Tuhan mengabulkan satu permintaan apa yang lo mau?" tanya Evan tiba-tiba.
"Mau lo di sini. Gue pengen punya keluarga yang lengkap dalam satu atap." Evan tersenyum mendengar itu. "Kalau lo apa?" tanya Rania ingin tahu juga harapan Evan.
"Mau satu sekolah sama kakak gue." Rania speechless, ia tak menyangka harapan Evan sederhana itu.
Kakak beradik ini mempunyai harapan untuk bersama, dari kecil dikenalkan bahkan satu persusuan. Tapi, takdir berkehendak lain. Takdir hanya memberi mereka waktu sebentar untuk melepas rasa rindu itu.
Obrolan mereka tentang hal sedih selesai sampai sana. Evan selalu mencari topik-topik agar obrolannya terasa.
Sebelum lanjut ngobrol, Rania minta foto dulu. Intinya malam ini waktu untuk kakak beradik.
"Fotoin gue dong," pinta Rania menyodorkan ponselnya.
"Mending foto berdua."
Banyak sekali foto yang mereka ambil, mana Evan bawa kamera palaroid semakin mood untuk foto. Dilanjut main game sampe jam menunjukan pukul 10 malam. Dan terakhir pembahasan yang menurut Rania menyebalkan.
"Kak, gue harap lo enggak berantem lagi sama si yang kemarin nonjok gue siapa sih lupa," ujar Rezvan sambil mengingat kembali kejadian tadi.
"Ringgam."
"Nah itu, lagian wajar yang namanya cowok ga suka liat cewek nangis."Rania rasa adiknya ini membela Ringgam.
"Lo bela dia?"
"Dikit. Gue rasa dia suka cuma masih denial."
"So tau banget."
"Dikasih tau tuh dengerin."
Rania malah mengejek Evan dengan mengikuti logatnya.
"Serius kak. Gue juga pernah di posisi si Ringgam, bedanya gue ga nonjok kakaknya. Kalau pun enggak suka sama lo, pasti dia ada ketertarikan sama lo, yakin deh."
Rania jadi kepikiran soal omongan Evan, secara logika bisa aja. "Udah deh. Pertama, gue ga akan berantem sama dia. Kedua, gue lagi suka sama si Aka. Ketiga, jangan bikin gue makin ngejauh karena omongan lo."
Evan menelan ludahnya, penjelasan Rania membuatnya sedikit shock karena selengkap itu kesimpulan yang kakaknya ambil.
"Iya deh. Lanjut nonton film, udah gitu tidur besok lo sekolah."
"Lo gimana?"
"Izin lah."
"Bagus, sering-sering izin tapi ke sini ya." Ide yang sangat tidak baik. Evan bakal di DO dari sekolah kalau keseringan izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Novela JuvenilSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...