02. Bocah Aneh

113 12 2
                                    

👋🏻👋🏻👋🏻

Pagi ini pukul 06.35 Rania sudah tiba di sekolah. Suasana hari ini berbeda dari kemarin mungkin setelah ngobrol kemarin dengan orang tuanya. Setelah tiba di gerbang sekolah, dengan santai Rania memarkirkan motor di tempat biasa dan masuk ke gerbang berikutnya. Koridor sekolah belum seramai biasa. Dengan sengaja ia jalan santai menuju kelas yang kelasnya lumayan jauh dari gerbang

"Rania." Cewek dengan rambut bergelombang di bagian bawah dan tas warna biru langitnya menghampiri Rania yang jalan sendirian. Rania membalikkan badan, melihat sahabatnya tersenyum.

"Hari ini lo berangkat kepagian tau," ujar Mika.

"Ga mau kesiangan kayak kemarin."

"Bagus langsung berubah ya, padahal itu kesalahan kecil," ucap Lea cewek dengan rambut diikat dan wajah yang seram itu datang dari arah belakang mereka.

"Dateng tiba-tiba banget sih, kan kaget." Rania tidak tahu ada Lea juga dibelakangnya.

Rania celingak-celinguk mencari keberadaan sahabat yang satunya lagi. Seperti ada yang kurang jika mereka tidak berempat.

"Hauna kemana?"

Mika memperlihatkan chat di grup. Terlihat Hauna memberitahu jika dirinya tidak akan masuk sekolah, karena kakak pertamanya wisuda S1.

"Lah kok gue ga tau," guman Rania sambil mengerutkan dahi.

"Ponsel lo aja yang enggak aktif bambang!" balas Mika.

"Oh iya lupa gue kan kalau udah isya suka males buka ponsel," balas Rania berlagak jadi so sibuk anaknya.

"Lupa mulu sih," balas Mika dengan nada mengejek.

Lea melihat ke arah lapangan, ia kembali mengingat crush Rania yang sedang bermain bola saat lomba yang diadakan oleh SMA Rajawali.

"Ran, gimana crush lo sekarang?"

"Gimana apanya Lea?"

"Jangan pura-pura bego deh." Azalea menjawab dengan sangat lembut.

Rania tertawa, ia sadar apa yang sedang Azalea bicarakan. "Ya gitu, perasaan gue masih sama enggak ada yang berubah."

"Berubah gimana?" tanya Mika dengan polosnya. Jiwa lemotnya keluar membuat Rania dan Lea saling menoleh.

"Masih pagi ya Mika, jiwa lemotnya udah ilang padahal kok dateng lagi." Rania gemas dengan kelemotan Mika namun hal itu kadang terjadi. .

Rania menghela napas kasar, lalu menjelaskan dengan intonasi yang santai, "Gini, dia gatau kalau gue suka sama dia. Gue juga ga akan confes sampai dititik dimana gue cape dan ngelupain dia," jelas Rania yang tidak ingin kedua sahabatnya bertanya-tanya lagi.

"Padahal lo udah hampir satu tahun suka sama dia, tapi gamau confes," lirih Mika.

"Mika! Rani yang suka sama si Aka, terserah dia mau confes atau enggak yang terpenting kita bantu dia buat modus terus aja," balas Lea sedikit ngegas.

"Gue cuma nanya doang, si Lea ngegas mulu kalau ngomong."

"Kenapa lu berdua jadi ribut dah. Mending kita masuk kelas, emang mau dihukum bareng?" Mereka berdua langsung menggeleng kepalanya.

Tak lama menunggu, bel masuk berbunyi. Seketika koridor sekolah penuh dengan siswa siswi yang masuk sekolah hampir gerbang tertutup. Itu sudah menjadi kebiasaan di setiap sekolah.

Bu Sri-guru matematika minat membawa banyak kertas. Sepertinya ibu akan menyuruh kelas 12 IPA 5 membantu menilai tugas.

"Pagi semua."

Rania Dan KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang