👋🏻👋🏻👋🏻
Ga ada kata terlambat
buat jadi orang yang lebih baik
Cuaca hari ini tidak terlalu panas membuat upacara lebih dinikmati. Selesai upacara, kepengurusan ekskul Ruang Baca dan Osis mengadakan rapat mempersiapkan event literasi. Lea yang biasanya selalu ikut bersama Rania, kali ini tidak. Memilih untuk belajar dan menunggu hasil rapatnya saja.Gaza sebagai wakil ekskul sudah berkoordinasi dengan Osis bidang humas. Harusnya Gaza ikut serta membantu Rania, tapi karena humas di ekskul ruang baca sedang sakit, akhirnya Gaza turun tangan untuk masuk ke humas. Mereka menyebarkan poster ke setiap kelas. Sedangkan poster yang ukurannya lebih besar dari kertas hvs di tempel di mading oleh bidang pubdok.
Event ini selalu dilaksanakan setahun sekali, jadi sudah terbiasa ada yang membagikan poster tentang event literasi.
Event literasi adalah event untuk meningkatkan rasa membaca setiap orang. Nanti setiap kelas harus membuat pohon literasi, yang diwakili setiap kelas hanya 10 orang membaca buku lalu menghias pohon tersebut sekreatif mungkin yang berisi pengarang dan alasan memilih buku tersebut. Nanti semua hasilnya bakal disimpan di perpustakaan. Walaupun event ini sudah biasa dilakukan, ketertarikan warga SMARA tetap sedikit. Dan kepengurusan angkatan Rania mencari ide baru dan ya sistem sekarang lebih diminati.
Rania menghampiri ketua Osis yang sedang dibuk dengan bukunya. "Bal, hadiah udah siap?" tanya Rania.
"Udah, Ran. Katanya sekolah Cuma ngasih 600 ribu." Iqbal sebagai ketua osis merasa bersalah karena sekolah tidak full membiayai event ini.
"Santai aja kali, lagian emang setiap event kayak gini yang nanggung anak ekskul sendiri. Jadi tinggal nambah 300 ribu kan?"
"Iya sih, tapi kadang gue kesel kurang support sekolahnya."
"Heh! Udah kita lanjut aja, lo bantuin urus hadiah. Kan juara satunya 350, juara dua 250, juara tiga 150, juara harapan satu dikasih makanan yang kayak kalung. Itu makanannya lo cari deh yang bisa dimakan satu kelas gitu. Gue mau lanjut koordinasi ke guru yang jadi jurinya," jelas Rania.
"Oke Ran, nanti gue fotoin hadiah buat harapan satu. Hp lo harus aktif." Rania memberi isyarat sebagai tanda persetujuan dengan ucapan Iqbal.
Rania pergi ke ruang guru untuk mengoordinasikan siapa saja jurinya. Setelah itu, ia kembali ke sekre Ruang Baca dan mempersiapkan panitia untuk besok.
Perjalanan menuju sekre, Rania dikejutkan dengan kehadiran Ringgam dari arah belakang. Dan reflek Rania memukul Ringgam dengan map yang ia bawa.
"Kesekian kalinya ditabok," ujar Ringgam sambil mengelus kepalanya.
"Suruh siapa ngagetin terus." Rania kembali berjalan meninggalkan Ringgam yang sedang kesakitan. Dengan cepat Ringgam berlari mengejar Rania. Ia menghalangi jalan agar Rania notice dirinya.
"Kenapa sih?!" Rania sudah bosan dengan jahilnya Ringgam.
"Enggak."
Rania membulatkan matanya karena kesal. Ringgam tetap saja mengganggu Rania. Padahal saat ini ia sedang lelah karena sibuk mempersiapkan acara untuk besok. Tapi, Ringgam dengan seenaknya mengganggu tanpa henti.
"BISA GA SIH JANGAN KAYAK ANAK KECIL!" tegas Rania membuat Ringgam diam sejenak.
"Marah ? Maaf deh. Lagian dari tadi gue liat lo tuh sibuk banget mana ngobrol terus bareng ketos tuh."
Kini Rania tau alasan Ringgam. Secara tidak langsung, Ringgam ingin Rania tidak terlalu deket dengan Iqbal. Ia hanya tertawa pelan, Ringgam merasa aneh langsung menengok ke semua sisi. Ia sangka ada sesuatu yang lucu dan ternyata tidak ada. Terus apa yang membuat Rania tertawa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Teen FictionSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...