32. Panik

11 1 0
                                    

👋🏻👋🏻👋🏻

Rania mengarahkan Azka, Luqi, dan kedua sahabatnya ke gazebo.

"Bentar ya, gue ambil cemilan dulu buat di sini. "

"Oke."

"Qi, tumben ngajak bareng gini." Mika masih tidak percaya dengan Luqi yang bisa berubah dalam waktu yang singkat.

"Mungkin dia butuh keterbukaan biar jadi diri sendiri, ya ga sih?" tanya Lea agar Luqi bisa menjawab pertanyaan Mika itu.

Di sana Azka merasa sangat asing, sebab ia hanya mengenal Luqi. Lalu, datang Rania membawa cemilan dan lima gelas minuman es. Mereka semua jadi canggung, termasuk Rania yang bingung harus bagaimana.

Rania selalu melirik Azka yang duduk bersebrangan dengannya. Ia curi-curi pandang agar Luqi tidak menyadarinya. Beberapa menit tidak ada obrolan sama sekali, akhirnya Luqi memulai obrolan karena dari awal ia yang mengajak mereka untuk pisah tempat.

"Mending kalian berdua kenalan dulu sama Azka," pinta Luqi sebab hanya Mika dan Lea yang baru ketemu secara langsung.

Selesai kenalan, Luqi tanya-tanya soal kuliah dan mereka semua berniat untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi hanya beda universitas saja.

"Lo mau ke mana Ran?"

"Sama kayak lo, Qi."

"Unpad?" Rania mengangguk.

"Lo gimana?" tanya Luqi sekaligus pada Mika dan Lea.

"Gua mau Undip, kalau Mika Unair. Lo mau kemana Ka?"

"Gue belum tau, maunya sih di jogja."

"UGM kah?" tanya Lea.

"Bukan, UNY. Mungkin orang-orang bakal minta gue coba UGM tapi Univ itu susah banget, mana gue dari SMK."

Kini Rania mulai bicara, sejak tadi ia hanya menunggu ditanya. "Ga ada salahnya dicoba dulu. Ada jalur SNBP kan? Nah lo coba."

"Tapi jujur nih, kakak kelas gue ga ada yang lulus Univ itu. Makanya gue pesimis banget."

"Ya udah, kalau emang lo mau langsung daftar UNY ga masalah. Intinya apa yang menurut lo bisa, coba. Jangan dengerin orang lain." Jiwa bijaksana Rania mulai keluar lagi. Akhirnya ia tidak bingung harus merespon apa.

"Thanks ran. Pantas si Ringgam keliatan beda banget setelah sering bareng lo."

"Kenapa gitu?"

Luqi yang jawab mewakili Azka. "Dari awal Marvelus dibentuk, dia keliatan kayak bocil yang serba bingung. Tapi, makin ke sini makin beda, jiwa dewasa dan mengayomi dia muncul pas udah sering pergi sama lo."

"Kalian pernah mikir ga sih, kalau Ringgam suka sama Rania?" tanya Mika.

"Heh!" Lea menutup mulutnya, dari tadi menyimak sekalinya bicara bikin Rania shock.

"Gimana Ka?"

"Mungkin iya, gue juga sering tanya dia soal itu tapi ngelak mulu. Lo gimana Ran? " jawab Razka.

"Jawaban dia sama kayak Ringgam pastinya." Mika sudah menebak itu.

"Apa sih! Gue tuh sama dia berteman baik banget, kalian aja terlalu meromantisasi apa yang gue dan Ringgam lakuin." Nada ketus Rania mulai keluar.

"Mirip banget si Ringgam nih," ujar Azka pada Luqi.

"Kembali ke topik utama."

"Thanks Lea udah membantu." Lea menyadari pembahasan barusan sangat Rania hindari, jadi ia memilih untuk kembali ke topik perkuliahan.

Rania Dan KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang