Ucapan Evan bener juga ya
-RaniaMeja makan di rumah Rania terasa hangat karena kedatangan Lea dan Mika. Keduanya sudah lama dianggap anak oleh kedua orang tua Rania, apalagi sebelum Evan tinggal disana.
"Ayah hari ini ada acara?" tanya Rania mengawali obrolan.
"Ada kak. Ayah udah tau kalau kita bakal kedatangan tamu, jadi ayah mending di luar rumah aja." Jawaban Ayah Jaki sungguh membuat Rania dan temannya kaget, tidak habis pikir dengan jawabannya.
"Lho kok gitu Yah?"
"Ayah ngebiarin kakak sama temen kakak full seharian, enggak akan ada yang ganggu. Termasuk ayah, ayah ga akan ganggu kebersamaan kakak sama temen kakak."
Hati Rania langsung tersentuh. Ayah Jaki sangat tau kalau anaknya butuh waktu bersama, seorang ayah yang diharapkan seluruh anak diluaran sana. Bukankah biasanya seorang ayah selalu melarang anak perempuannya untuk kumpul-kumpul sekalipun di rumahnya sendiri.
Tiba-tiba Rania memeluk Ayah Jaki dan berbisik, "Terima kasih ayah, nanti bukan temen Rani aja kok, itu temen Evan juga." Ayah Jaki mengangguk atas pernyataan anak perempuannya itu.
Ran, lo beruntung banget ya, guman Mika dalam hatinya.
Lea yang menyadari perasaan Mika mulai berubah mencoba mencairkan kembali suasana. "Om, kalau Rani punya pacar boleh enggak ya?" Seketika Lea mendapat tatapan tajam.
"Dih ngapain nanya gitu Le!" Rania sedikit menaikan nada bicaranya.
"Liat om, Rani melototin kita. Parah banget nih Rani," ujar Mika ikut mengompori.
"Untung suasananya kembali berubah, serasa lagi ga jelas tiba-tiba nih gua," ucap Lea dalam hatinya.
"Kamu takut ya sama jawaban ayah. Kalem kak, ayah ga bakal ngelarang, selagi ga negatif semua terserah kakak." Rania menghela napas, ucapan Ayah Jaki memang benar makanya Rania panik.
Mama Hau melihat piring sudah bersih dan memilih untuk ke dapur membereskan semuanya. Ayah Jaki pamit berangkat kerja, Rania dan Lea Mika pergi ke kamar Rania.
***
Empat motor sudah menyala di halaman basecamp Marvelus. Mereka sudah siap pergi ke rumah Evan.
"Luqi sama azka gimana?" tanya Zio memastikan kembali.
"Nyusul. Walaupun nyusul pasti dateng, gue jabanin," jawab Arga agar teman-temannya percaya.
"Emang mereka tau rumah si Evan?" tanya Zio lagi.
"Luqi temen sekelasnya Rani, yakali gatau rumahnya. Mending sekarang kita jalan duluan, di jalan macet nanti makin lama sampenya." ucap Ringgam dengan semangat. Lalu, Ringgam di ledek ingin bertemu Rania karena ia sangat bersemangat. Dan ya, gengsinya gede, ia menjawab ledekan anak Marvelus, "Gua pengen makan anjir. Emang lo ga mau makan?"
"MAU LAH!" jawab mereka bersamaan.
"Ya udah berangkat sekarang!" perintah Ringgam.
Senyuman Ringgam tak pudar sama sekali, di perjalanan ia terus memikirkan seseru apa nanti inti marvelus datang semua. Sebagai orang pendatang dari daerah lain, ia baru merasakan hangatnya pertemanan yang tidak ada kata senior ya senior, junior ya junior.
Tak perlu berlama-lama untuk sampai rumah Evan, akhirnya mereka sampai dan memarkirkan motor sesuai arahan Evan. Rania sudah berada di depan pintu bersama Mika, Lea dan Mama Hau. Mereka menyambut kedatangan inti Marvelus. Apa yang dilakukan oleh Mama Hau dan Ayah Jaki adalah idaman semua orang, menerima pertemanan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Fiksi RemajaSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...