31 : Truth or Truth

33 1 0
                                    

Hai saya kembali...
Note : part paling panjang nih🤗

Pada dasarnya setiap orang punya titik terendah!


Mika dan Lea datang hanya berdua. Keduanya menjadi pusat perhatian karena hanya berdua, sedangkan Rania dan Evan tidak mengikutinya. Anak Marvelus menanyakan keberadaan Evan dan Rania. Untung saja Lea yang menjawab jadi tidak memperpanjang topik itu, "Lagi bantuin Rani bawa cemilan."

"Luqi tumben banget lu ikut," ujar Mika tiba-tiba.

"Terserah gue kali."

"Aneh sih tiba-tiba ikut, tapi it's okay," balas Mika sebenarnya tidak suka dengan jawaban Luqi. Untung saja Rania dan Evan turun jadi tidak ada perdebatan.

Mata Rania langsung tersorot pada Razka yang duduk disebelah Ringgam. Ia bingung dengan perasaannya sendiri, ia masih ingat ucapan Evan waktu itu. Dan benar rasa suka padanya sudah mulai menghilang.

"Yang punya rumah datang nih." Naufal dan Zio bersamaan mengucapkannya.

"Ran sini," panggil Ringgam agar Rania duduk disebelahnya yang kosong. Tak ada jawaban selain anggukan. Evan duduk disebelah Arga, berseberangan dengan Rania agar bisa melihat ekspresi kakaknya bagaimana.

"Sorry ya, tadi gue sama Mika Lea makan diatas. Tapi udah pada makan semua kan?"

"UDAH DONG."

"Sekarang kita ngapain ya?" Mika bertanya-tanya pada mereka yang duduk disana. Bukannya dijawab, mereka malah saling melempar tatapan.

Tidak ada topik sama sekali, mungkin belum ada yang ide, akhirnya Arga memberi pertanyaan yang sebenarnya dipertanyakan oleh anak Marvelus.

"Kak_" belum selesai Arga bertanya, Rania memotongnya, "Jangan panggil gue kak deh, lagi kumpul segini doang panggil nama aja kali. Ini teruntuk semua orang."

Ringgam tertawa kecil, ia jadi ingat saat awal dirinya memanggil Rania dengan sebutan 'teh' dan Rania sangat tidak suka dipanggil itu karena serasa tua banget.

"Kenapa ketawa?" bisik Razka ternyata sadar kalau sebelahnya sedang tertawa kecil.

"Enggak, gue inget dulu gue panggil Rani teteh dan dia ga suka dengan panggilan itu," jawab Ringgam. Razka hanya tersenyum melihatnya. Mereka berdua kembali nyimak topik pembahasan.

Mika pun ikut bersuara, "Bener banget! Gue ga suka dipanggil kakak, serasa tua banget. Lagian kita beda dua atau satu tahun doang."

"IYAA SIAPP!" anak Marvelus angkatan Ringgam bersorak bersamaan. Sedangkan Luqi dan Razka hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah itu, Arga melanjutkan pertanyaannya, "Ran, lo sama bang Azka temen kecil? Kalau iya kenapa tadi malah kenalan lagi? Mana responnya kayak baru kenal."

"MEWAKILI SEKALI," ucap Naufal Zio dan Ringgam. Seketika mereka melihat ke arah Ringgam, tumben Ringgam bisa satu suara dengan mereka berdua. Arga sepertinya tau kenapa Ringgam seperti itu. Jadi ia berdeham agar Rania cepat menjawab pertanyaannya.

Suasana berubah jadi tegang, padahal itu pertanyaan simple. Rania melirik sekejap ke arah Razka, ada isyarat darinya untuk menjawab jujur sesuai isinya.

"Tegang amat dah. Santai kali, jangan anggap gue kakel deh. Jadi dulu pas tk rumah gue di Malang, ortu gue kan ramah ya jadi ke tetangga pasti sering ngobrol. Ya gitulah gue cuma punya temen si raka, panggil raka karena umur segitu susah nyebut razka. Pas masuk sd, pindah ga sempet pamit. Kalo raka sadar, gue sering ketemu selama dua tahun ini. Termasuk acara pekan olahraga SMARA se-Kota Jakarta."

Rania Dan KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang