25. Denial

33 3 0
                                    

👋🏻👋🏻👋🏻

Rania kembali mengingat crush yang beda sekolah.

1. Rania kembali mengingat cowok yang ia suka beda sekolah itu.

Pagi ini suasana masih sepi, langit masih gelap dengan bintang-bintang yang sedikit bersinar. Ketenangan itu seketika hilang karena suara berisik dari arah halaman rumah. Ringgam yang tadi merasa tenang jadi khawatir. Di rumah tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya, Bi Inah sedang pulang kampong dari dua hari yang lalu, sedangkan Pa Halim belum pulang kerja.

Perlahan Ringgam meyakinkan dirinya untuk mengintip dari arah jendela. Mencoba membuka gorden, terlihat dua orang datang untuk mengetuk pintu. Tubuhnya tinggi dengan sweater berwarna hitam dan coklat tua. Ringgam menghela napas tenang, ternyata bukan hantu.

"Ngapain jam segini ke rumah gue? Bikin yang punya rumah hampir mati aja."

Sambil mengelus dada mereka mencoba menjawab pertanyaan tuan rumah, “Cuma mampir anjir! Kayaknya suudzon kita mau ngelakuin kejahatan ya,” tebak mereka.

“Kek orang bego aja lo, lagian jam segini ke rumah orang ya pasti punya pikiran negatif.”

“Lo bilang kalau rumah lo hari ini ga ada orang, ya gue ke sini. Sekalian izin mau merebahkan diri sebelum berangkat sekolah.”

Ringgam hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan random teman satu tongkrongannya.

“Masuk dong ngapain diem di pintu, kata orang sunda ‘nanti nontot jodo’ kalau butuh sesuatu bilang ke gue,” ucap Ringgam sebelum ia pergi mandi.

“Gue laper, masak boleh ga?”

"Tumben masak. Biasanya tim tinggal makan doang, ya ga Lif?" celetuk Ringgam memberi kode pada Alif.

“Gua potong leher lo nih.”

Ringgam pun mengabaikan mereka berdua. Alif satu angkatan dan satu sekolah dengan Azka, dia jadi teman Ringgam karena Azka mengajaknya dan sampai sekarang Alif sering ikut kumpul.

***

Terdengar suara Evan memanggil kakaknya dari arah kamar. Sebagai seorang kakak yang khawatir terjadi sesuatu lari menghampiri Evan. Dan sesampai di kamar Evan.  

"KENAPA?”
       
“Gue nemu sesuatu.”

“Apa?”

Evan mengambil buku berwarna biru langit dengan gambar awas di sampulnya yang ada dibawah tempat tidur. Lalu, ia memberikan buku itu pada Rania. Pandangan Rania fokus pada buku itu, buku yang selama ini ia cari. Tempat berkeluh kesah tentang seseorang.

“Dapet buku ini dari mana?”

“Dibawah kasur, aneh bisa masuk ke situ,” celetuk Evan.

“Pantes gue nyari buku ini kagak ada. Thanks bocil,” balas Rania.

“Gue kira lo udah ga nyariin, soalnya sekarang ada Ringgam jadi ga pernah nulis lagi orang yang lo suka di buku itu.” Kalimat yang membuat Rania jadi gelisah. Andai waktu bisa ia putar, mungkin hal ini ga bakal ia rasakan. Masih pagi ada saja hal yang membuat moodnya hancur.

“Kak, lo kok pergi gitu aja.”

“Sut berisik bocil!” tegas Rania agar Evan tidak banyak bicara. 

Ranaia pamit pergi ke sekolah lebih dulu karena ia harus mempersiapkan event literasi. Sebagai ketua ekskul harus datang lebih cepat agar anggotanya pun tidak ada yang telat.

Rania Dan KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang