Kau Rumah
-Ringgam"Ringgam!" teriakan itu membuat motornya langsung berhenti. Ia menoleh dan perlahan langkah kaki Rania mendekatinya yang sedang mematung.
"Kenapa?" tanya Ringgam jutek.
Rania berdiri disamping Ringgam yang masih memegang stang motornya. Mata Rania menatap wajah Ringgam, tak ada obrolan sama sekali, sekitar lima menit berlalu Rania memeluk Ringgam tiba-tiba, pelukan hangat yang sama saat ia berikan ke Ringgam waktu itu.
Sepanjang perjalanan, tatapan Ringgam terlihat kosong. Ia memperhatikannya dari arah spion. Ia tahu perasaan Ringgam seperti apa, merelakan sesuatu yang sejak awal ia tidak mau.
Air mata membasahi pundak Rania, matanya menoleh ke arah kepala Ringgam dan ternyata Ringgam menangis. Awalnya ia kira air hujan mulai turun, padahal itu air mata.
Lo rumah paling nyaman bagi gue. Pelukan tadi belum lepas sama sekali. Rania hanya bisa diam menunggu Ringgam melepaskan pelukannya. Setelah beberapa menit berlalu, Ringgam baru melepaskan pelukannya.
"Sorry, Ran."
"Santai aja kali. Gimana sekarang udah lega?" Sudut bibirnya naik sedikit, lalu mengangguk.
"Makasih Ran. Kalau ga ada lo, gue ga tau bakal gimana."
"Gue ga suka lo terus-terusan bilang makasih. Kalau butuh apa-apa bilang aja," ucap Rania selalu mengingatkan hal itu.
"Ran." Rania menoleh. "Kalau nanti ketemu cewek baru Papa, lo ikut gue mau kan?"
"Mau. Gue udah bilang Om Halim, kalau nanti mau mempertemukan lo sama calonnya, gue siap ikut. Udah sana pulang, takut dikira kita ngapa-ngapain."
"Satu lagi, Ran. Gue tidur di kantor ya, Papa bakal tanyain gue ke lo, jadi lo ga perlu bingung."
Raut wajah Rania berubah jadi khawatir. "Disana banyak orang ga?"
"Banyak, tenang aja kali, gue bakal aman kok." Rania mengangguk. "Hm okey, kalau ada apa-apa bilang aja. Soal baju sama tas gimana? Kan besok lo berangkat dari basecamp."
"Tenang aja, gue udah prepare kok. Ya kali nginep ga bawa barang-barang." Rania mengangguk lagi dan sebelum Ringgam pergi, ia bicara lagi, "Tetep di samping gue, Ran. Gue sayang sama lo."
Rania tidak bisa bernapas, rasanya seketika semua berhenti. Ia tidak tahu makna dari kalimat itu apa. Ia ingat ucapan Evan dan malah membuat dirinya jadi bingung.
Setelah itu tak ada lagi ucapan dan Ringgam pergi begitu saja meninggalkan Rania di depan pintu dengan keadaan diam.
***
Pagi ini Rania sudah siap segalanya. Ia prepare lebih dulu dibandingkan Evan karena harus menyiapkan berkas punya ekskul ruang baca yang ada di kamarnya.
Hari ini pula, Rania akan lengser dari jabatannya sebagai ketua ekskul ruang baca. Sebagai seorang ketua ekskul yang menjabat dua tahun berturut-turut dan bisa memajukan kembali ekskul ini harus memilih ketua baru yang bertanggung jawab agar ekskul ini tetap berjalan.
Sebuah perjuangan untuk kembali memajukan ekskul Ruang Baca. Sejak dua tahun yang lalu, ekskul ini hanya sekedar ekskul yang tidak dianggap sekolah dan hanya membuang waktu ketika ada yang join. Namun, setelah Rania yang megang dibantu oleh teman angkatannya yang memiliki tujuan yang sama, akhirnya ekskul ini kembali bangkit.
Rania pun berangkat lebih dulu dijemput oleh Mika dan Lea. Berkas pun banyak sekali sampai Rania dibantu Lea masuk ke mobil.
"Kak, enggak sarapan dulu?" teriak Mama Hau dari arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania Dan Kisah
Fiksi RemajaSemua yang hadir dalam hidup hanyalah pelengkap. Namun, pelengkap itu bisa saja pergi dan datang kembali dalam waktu yang bersamaan. Ketika hati yang sudah berbalik dari sebelumnya harus beradaptasi kembali. "Gue, Razka dan Ringgam?" Siapa mereka...