Ini adalah kali pertama Queensha Vijayalakshini kembali lagi ke kampung halaman sang Papi setelah tiga belas tahun selalu ada alasan untuk tidak ikut ke sana. Terakhir ikut itu saat Queensha masih duduk dibangku kelas enam SD, setelah itu Queensha tidak pernah lagi datang mengunjungi kakek dan Nenek yang biasa dipanggil Aki dan Enin di Garut. Sering sekali Queensha diajak Papi dan Mami nya untuk berkunjung namun perempuan yang sekarang berusia 25 tahun itu menolak, bahkan menyuruh Aki dan Enin yang mengunjungi nya bukan sebaliknya.
Ini juga dia dipaksa ikut karena ada salah satu kerabat yang akan menikah, semua keluarga akan berkumpul. Selain itu mereka juga merayakan hari raya idul fitri dan liburan. Sudah lama tidak berlebaran di kampung dan momen ini dijadikan silaturahmi.
Perjalanan memakan waktu cukup lama karena kemacetan, yang biasanya dari Bandung ditempuh dengan perjalanan 2 jam sekarang 9 jam. Mobil mereka baru memasuki gapura desa Aki Enin tinggal.
Queensha membuka matanya setelah tertidur cukup lama, rasa pegal terasa dipundaknya karena tertidur dengan posisi tidak nyaman. Nah ini yang membuat Queensha enggan ikut pulang kampung, perjalanannya sangat lama. Dia akan bosan dan kepanasan berjam-jam di dalam mobil.
"Mi masih lama?" suara parau Queensha keluar, matanya berusaha terbuka lebar.
"Bentar lagi nyampe, Sha."
Queensha melihat dari kaca jendela mobil, pemandangan sawah dan perkebunan sayur terhampar luas memanjakan mata. Sudah lama Queensha tidak melihat pemandangan indah ini, apalagi matahari sore yang menyorot menambah cantiknya pemandangan dan tidak terlalu panas. Queensha membuka kaca, wajahnya dia agak dekatkan keluar. Menghirup udara sore yang masih segar. Dia memejamkan mata menikmati sapuan angin pada wajahnya, bibirnya tanpa sadar melengkung indah. Perasaan tenang dan bahagia menyapa hatinya, kapan terakhir Queensha merasakan perasaan ini? Ah sudah lama sekali pasti hingga dia lupa dengan perasaan itu.
Banyak perubahan yang Queensha lihat sejauh mata memandang dari desa ini, tapi tidak menghilangkan keasrian yang telah ada.
Setelah melewati persawahan dan perkebunan sayur, mobil yang Queensha tumpangi mulai memasuki rumah warga. Meski banyak yang sudah menggunakan rumah bata tapi rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu masih ada. Jalanannya sudah enak tidak seperti saat Queensha kecil, banyak bebatuan.
Mobil memasuki gerbang rumah yang tampak tidak berubah bentuknya, hanya sekarang cat nya saja yang berubah lebih kekinian. Berbagi macam tanaman dan bunga milik Enin masih banyak menghiasi pekarangan rumah. Ayunan dari ban mobil bekas masih menggantung di pohon jambu depan rumah. Disana tempat Queensha menghabiskan waktu bermain, ayunan yang menjadi rebutan dengan para sepupu.
Beberapa mobil sudah terparkir rapih di halaman yang luas ini karena memang keluarga kakak-kakak dari Papi Queensha sudah datang dari kemarin. Hanya keluarga Queensha saja yang datang hari ini. Susahnya membujuk Queensha untuk ikut yang menjadi alasan keterlambatan mereka.
Queensha mengikuti Papi Mami nya keluarga dari mobil, di teras rumah terdapat para tante atau yang biasa Queensha panggil Uwa menyambut mereka.
"Aduh Asha akhirnya ikut juga, kirain bakalan lebaran sendiri."
Wajah Queensha cemberut mendengar sambutan dari Uwa Nia, istri dari kakak sulung Papi nya. Menyalami satu persatu saudaranya dengan wajah menekuk karena masih badmood apalagi digoda oleh para Uwa. Queensha memang disebut anti datang ke kampung karena selalu menolak ke sana. Terakhir Queensha menyalami dan memeluk Enin nya.
"Enin Asha kangen." Queensha memeluk Enin dengan manja.
"Matak na Asha sering kadie atuh, tengok Enin mumpung aya keneh. "
(Makanya Asha sering ke sini, jenguk Enin mumpung masih ada.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah
ChickLitMenjadi anak tunggal membuat seorang Queensha memiliki sifat manja. Apalagi dia adalah satu-satunya cucu perempuan dalam keluarga. Semua orang dikeluarganya menjadikan Queensha sebagai ratu. Segala permintaannya pasti dituruti. Termasuk saat dia men...