Hallo teman-teman...
Semoga part ini bisa nyambung sama part sebelumnya dan yang baca ngerti jalan ceritanya, hehehh
Terimakasih yang sudah vote dan coment di part sebelumnya. Terimakasih juga yang udah follow aku dan udah nunggu cerita ini update.
Selamat membaca dan semoga suka.
Mendapati suaminya pingsan Queensha sektika panic dan khawatir, beberapa kali perempuan itu memanggil nama Dirga sambil menepuk-nepuk pelan pipinya laki-laki itu tidak kunjung bangun. Sambil bersimbah air mata Queensha membawa tubuh suaminya dengan menyeretnya ke sofa yang ada diruang keluarga.
Setelah memastikan Dirga berbaring di sofa Queensha pontang panting lari ke kamar atas untuk mengambi poselnya, dia akan meminta bantuan Bi Iis karena Queensha tidak tahu harus melakukan apa.
Saat benda yang dicarinya Queensha turun lagi ke lanai bawah. Dia duduk di bawah sofa Dirga berbaring. Tangannya bergetar saat jarinya bergerak lincah menghubungi Bi Iis sebagai satu-satunya orany yang Queensha bisa hubungi.
" Assalamualaikum Bi?" ucap Queensha begitu sambungannya diangkat Bi Iis.
Mendengar istri majikannya seperti sedang menangis Bi Iis tentu langsung panic, " Kenapa Neng?"
" D-Dirga pingsan Bi hiks, a-aku nggak tahu harus apa." Queensha benar-benar kalut tidak tahu harus melakukan apa.
" Astagfirullah Neng. Tenang dulu Neng nya, biar Bibi telefon dokter dari puskesmas semoga bisa datang kesini. Bibi juga sebentar lagi kesana ya, Neng nyatenag dulu." Bi Iis mencoba menenagkan Queensha yang kalut.
" I-iya." Jawab Queensha dengan suara bergetar sebelum panggilan itu berakhir.
Queensha menyimpan ponselnya sembarangan setelah menelfon Bi Iis, dia memperhatikan Dirga yang belum kunjung membuka mata.
" Ga, bangun dong. Gue takut!" ucap Queensha sambil terus menepuk-nepuk pelan pipi Dirga.
Queensha tidak merubah sedikit pun posisinya sampai Bi iis datang diantar anaknya. Khawatir cemas takut bercampur membuat Queensha gelisan dan tidak tenang.
" Bibi?"panggil Queensha saat Bi Iis datang lalu menangis keras.
Perempuan paruhbaya itu memegang kunci cadangan rumah ini jadi beliau langsung masuk begitu saja.
" Neng tenang, A Dirga nggak bakal kenapa-napa kok." Ucap Bi Iis sambi mengusap-ngusap punggung Queensha.
" Aku takut Bi." Isakan Queensha semakin tidak tertahan.
" Tenang Neng, sebentar lagi dokternya datang. Ini kasih duli minyak kayu putih, apa mau Bibi yang kasih." Ucap Bi Iis yang terus menenangkan Queensha.
" Aku aja Bi." Queensha menerima minyak kayu putih yang Bibi berikan.
" Kakinya biar Bibi balur kayu putih Neng," ucap Bi Iis, Queensha memberikan sebentar pada Bi Iis kemudian dia mengambil lagi dan mendekatkan kayu putih di hidung Dirga.
" Dirga bangun dong." Lirih Queensha.
Suara motor terdengar memasuki pekarangan rumah Dirga. " Andi coba lihat siapa?" titah Bi Iis pada anaknya yang mengantar beliau kesini.
Remaja laki-laki itu mengangguk lalu pergi sesuai perintah ibu nya yang melihat siapa yang datang.
" Pak dokter Mak." Ucap Andi ketika masuk lagi kedalam rumah diikuti seorang dokter laki-laki dibelakangnnya.
" Pak dokter." Sapa Bi Iis begitu dokter yang bernama Adam itu masuk dalam ruangan keluarga.
Dokter itu mengangguk ketika disapa Bi Iis. Queensha mundur agak kebelakang saat dokter itu akan memeriksa Dirga. Wajahnya masih belum terlihat lega meski sudah ditangani dokter.
" Sudah lama pingsannya?" tanya dokter Adam.
" Sekitar dua puluh menitan dok. Baru sembuh sakit DBD juga, tadi siang baru keluar puskesmas."jawab Queensha. Bertepatan itu Dirga bangun dari pingsannya.
Badannya terasa lemas, Dirga melihat ada dokter sedang memeriksannya. Queensha yang terlihat habis menangis dan Bi Iis serta anaknya.
" Alhamdulillah sudah siuman. Kang Dirga apa yang dirasakan?" tanya dokter itu.
" sakit disebelah sini dok," Dirga menunjuk bagian ulu hatinya. " Nggak enak juga perut saya, mual tapi nggak mau muntah."
" Ini magh nya kambuh, tolong diperhatikan lagi makanannya apalagi baru sembuh sakit DBD." Ucap Dokter Adam.
Dokter muda itu mengambil obat dari dalam tasnya untuk Dirga. " Ini ada obat yang dimakan sebelum makan dan sesudah makan, semuanya tiga kali sehari. Makan sampai habis."
" Baik dok, semuanya berapa?" kata Dirga.
" Sembilan puluh ribu." Jawab itu.
Dirga membayarnya sesudah itu Dokter Adam pamit diantar Bi Iis sampai depan pintu rumah Dirga.
Begtu dokter itu pergi, Queensha langsung mengambilkan nasi untuk Dirga makan. Tadi sore Dirga hanya makan sedikit dan malam ini dia belum sama sekali menyentuh nasi.
Sebelum itu Queensha memanaskan sayur yang belum dimakan. Queensha datang dengan semangkok nasi beserta air putih. Bi Iis masih ada disana mengobrol bersama Dirga.
" Bibi pulang nggak papa A, Neng?" tanya Bi Iis begitu Queensha mendudukan bokongnya di sofa.
" Nggak papa atuh Bi, kasihan Mang Udin nggak ada yang jagain. Andi juga kasihan udah ngantuk gitu. Terimakasih ya Bi." Ucap Dirga
Bi Iis mengangguk kemudian beliau berlalu bersama anaknya setelah pamit pada Dirga dan Queensha. Tersisa Dirga dan Queensha yang berada di ruangan itu.
" Makan dulu, nih." Ucap Queensha sambil menyodorkan obat yang diamakan sebelum makan.
Namun laki-laki itu malah menghindar, " Kenapa?" tanya Queensha.
" Maafin aku dulu." Sahut Dirga sambil menunduk malu.
" Makan dulu itu nanti kita bahas." Kata Queensha yang masih menyodorkan satu sendok nasi di depan mulut Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah
ChickLitMenjadi anak tunggal membuat seorang Queensha memiliki sifat manja. Apalagi dia adalah satu-satunya cucu perempuan dalam keluarga. Semua orang dikeluarganya menjadikan Queensha sebagai ratu. Segala permintaannya pasti dituruti. Termasuk saat dia men...