Hallo teman-teman...
Adakah yang menunggu cerita ini up date???
Terimaksih buat yang udah vote dan coment di part sebelumnya. Jangan lupa part ini juga yaaa... vote, coment, dan share. Follow juga akun aku.
Mau ngasih info bagi yang belum tahu, di aplikasi KARYAKARSA cerita ini udah sampai part 40 loh dan tentunya lebih full lagi daripada yang disini. Yang mau mampir kesana mangga aku tunggu yaaa
Kalau cerita ini nggak nyambung memang benar karena di wattpad itu potongan dari yang di KARYAKARSA. Jadi, kalau mau silahkan bacanya di aplikasi KARYAKARSA.
Mohon untuk dimaklum tadi malam aku up date ngantuk banget jadi ada yang keliru 🤭🤭🤭
Terimakasih buat yang ngasih tahu part ini ada kesalahan.Semoga suka sama part ini dan selamat membaca...
Queensha tertegun sampai dia membisu mendengar ucapannya Dirga. Otaknya memang menginginkan mereka tidak dalam satu kamar, Queensha ingin ada jarak diantara mereka. Namn saat Dirga mengabulkan keinginnya meski dia belum bicara sama Dirga, hatinya terasa sesak dan tidak terima dengan keputusan ini.
Perempuan itu mengangguk meski tidak rela, " Oke."
" Aku istirahat dulu." Lanjutnya lalu keluar dari kamar yang saat ini Dirga tempati.
Queensha menaiki satu persatu tangga dengan pandangan yang kosong, dia meremas baju bagian dadanya yang terasa sesak. Kenapa dia merasa sakit, bukankah ini keinginannya sendiri.
Sampai kamar Dirga yang sebenarnya Queensha tertunduk lesu, duduk dengan segala fikiran yang berkelahi dalam kepalanya. Matanya memanas, ucapan Dirga terngiang-ngiang membuat Queensha semakin sesak.
Queensha menumpukan kedua tangannya, wajahnya dia tutup dengan telapak tangan. Perempuan itu menangis lirih enath karena apa.
Mengingat belum melaksankan kewajiban sebagi umat muslim, Queensha berbegas ke toilet untuk mengambil wudu. Lalu perempuan itu melaksanakan sholat dzuhur dengan khusyu.
Saat salam untuk mengakhiri sholat, seruan Bi Iis serta ketokan pintu terdengar memangnggil QUeensha.
" Neng?"
Tanpa melepaskan mukenanya Queensha membuka pintu. " Kenapa Bi?"
" Itu di bawah ada Enin sama Aki jengukin A Dirga."
" Oh, Iya nanti aku ke bawah."
Bi Iis mengangguk, kemudian perempuan paruhbaya itu berlalu menuruni anak tangga.
Queensha masuk lagi kedalam kamar, membuka mukena dan membereskannya lagi. Setelah itu Queensha langsung turun ke lantai bawah.
Pintu kamar yang ditempati Dirga terbuka, Enin dan Aki berada disana. Duduk dipingir ranjang yang ditempati Dirga. Sekarang laki-laki itu setengah berbaring, punggung dan keplanya disangga bantal dan guling.
" Enin? Aki?" sapa Queensha begitu memasuki kamar, dengan takzim perempuan itu mencium punggung Aki dan Enin bergantian.
Perempuan itu duduk dilantai menghadap ranjang Dirga. Enin mengusap kepala Queensha dengan sayang sembari tersenyum.
" Enin seneng Asha mau menemani Dirga di puskesmas." Ucap perempuan senja itu dengan senyuman khasnya.
Queensha tersenyum tipis sambil menunduk, entah mengapa perempuan itu tidak berani mengangkat wajahnya. " Maaf ya Asha nggak ke rumah Enin, padahal Asha lagi ada disini."
" Nggak papa atuh geulis, kamu kan harus ngurusin Dirga yang lagi sakit. Ke rumah Enin mah kapan juga bisa. Iya kan Ki?"
" Iya, Sha. Kami tidak masalah kalau Asha belum bisa ke rumah Aki. Rumah Asha kan sekarang disini, apalagi Dirga lagi sakit, pasti butuh Asha." Aki menambahkan.
" Aki Enin, terimakasih sudah repot-repot menjenguk Dirga." Ucap Dirga.
" Sami-sami, semoga Dirga cepat sembuh, sehat kembali. Maaf Enin sama Aki tidak sempat menjenguk di puskesmas." Sahut Enin.
" Nggak apa-apa Enin. Enin sama Aki jenguk Dirga sekarang juga sudah seneng. Sekali lagi terimaksih."
Kedua pasangan lansia namun masih terlihat segar itu meegangguk sambil tersenyum.
" Asha baik-baik ya disini sama Dirga, harus nurut apa kata suami kamu. Jangan banyak ngebantah. Belajar bersikap dewasa, bagaimana pun kehidupan Asha sekarang sudah berubah." Ucap Enin memberi sedikit nasihat.
" Yang paling penting hormati suami kamu, sekarang surga kamu sudah bertambah . Bukan hanya ada di ibu kamu tapi sudah ada pada suami kamu. Selama tidak keluar dari norma agama, apapun itu turuti Dirga. Kamu tenang saja, Dirga sudah menjaminkan hidupnya. Jika dia menyakiti kamu, dia akan tahu akibatnya. Karma itu nyata, siapa yang menyakiti akan mendapatkan ganjara setimpal." Ucap Aki.
" Sha Aki dan Enin pulang dulu ya, tadi Enin bawa sop iga buatan Bi Ade ( ART di rumah Enin). Dimakan mumpung masih panas." Kata Enin, lalu beliau berdiri diikuti Aki.
Queensha mengangguk " Iya Nin, terimakasih."
" Ga, cepat sembuh Aki sama Enin pulang dulu." Ucap Aki, setelah itu menepuk bahu Dirga beberapa kali.
Queensha mengantarkan Enin dan Aki sampai teras rumah Dirga. Disana sudah ada dua tukang ojek yang mengantar Aki dan Enin untuk berangkat kesini dan pulangnya pun sama. Sebenarnya di rumah Aki pun ada satu mobil yang dibelikan anak-anaknya, namun jarang dipakai. Kalau dipakai hanya untuk mengunjungi anak-anaknya ke kota dengan menyewa seorang sopir. Jika ke tempat dekat Aki dan Enin biasanya menggunakan ojek yang sudah langganan.
" Aki Enin, terimakasih ya sudah menjenguk Dirga." Ucap Queensha sebelum Aki dan Enin menaiki ojek.
" Iya Sha."jawab Enin.
" Hati-hati di jalannya. Mang hati-hati ya jalanin nya." Ucap Queensha pada dua tukang ojek yang membawa Aki dan Enin.
Queensha menunggu sampai Aki dan Enin sudah tidak terlihat dari pandangannya. Saat dia akan memasuki rumah kembali sebuah mobl memasuki pekarangan rumah Dirga. Queensha terdiam diambang pintu sampai orang yang ada di mobil keluar.
" Assalamualaikum." Ucap dua orang yang menghampiri Queensha.
" Waalaikumsalam. Cari siapa?"Balas Queensha pada dua orang yang tidak dikenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Nikah
ChickLitMenjadi anak tunggal membuat seorang Queensha memiliki sifat manja. Apalagi dia adalah satu-satunya cucu perempuan dalam keluarga. Semua orang dikeluarganya menjadikan Queensha sebagai ratu. Segala permintaannya pasti dituruti. Termasuk saat dia men...