Mendadak Nikah 6

51.8K 2.9K 13
                                    

Matahari yang masuk dari jendela menyoroti Queensha yang masih enak tidur. Ini pasti kerjaan Mami nya yang membuka gorden. Terusik karena cahaya matahari terpaksa Queensha membuka matanya yang sangat berat itu. Dengan mata menyipit Queensha melihat jam yang ada di ponsel nya, Pukul delapan. Untuk Queensha sendiri pukul delapan itu masih terlalu pagi, dia ingin memejamkan mata lagi sebentar. Namun suara berisik dari luar membuat Queensha kehilangan ngantuk nya. Mungkin itu kerabatnya sudah datang mengingat besok acara nikahan cucu dari adik Enin. Sebagian pasti ada yang menginap disini.

Sebelum keluar Queensha cuci muka dan gosok gigi saja, dia paling males kalau mandi pagi-pagi. Selesai itu, Queensha keluar dengan wajah yang segar meski matanya bengkak juga.

"Asha, ayo bareng sama Uwa. Sodara yang dari Ciamis baru nyampe, nyapa dulu yuk. " ajak Uwa Rina sambil menggandeng Queensha turun ke lantai bawah.

Beberapa orang memang Queensha kenal dengan saudaranya ini. Tapi sebagian lainnya dia tidak tahu. Efek jarang ikut kumpul keluarga membuat Queensha tidak tahu semua dengan keluarga besarnya.

"Bagas mana Wa? " tanya Queensha setelah selesai menyapa sodara nya. Dia ini tipikan orang yang malas bertemu dengan tamu jadi dia cepat-cepat pergi aja.

"Di belakang geulis, sok samperin aja. " Queensha mengangguk setelah diberi tahu Uwa nya. Lantas perempuan itu langsung pergi ke belakang rumah.

Fokus Queensha hanya pada Bagas, jadi perempuan itu tidak melihat siapa saja yang ada disana. Queensha langsung mendudukan diri disebelah sepupu laki-laki yang paling dekat dengan nya itu. Meskipun keduanya sangat sering berantem dibalik itu semua ada kedekatan diantara keduanya. Mungkin karena usia mereka yang hanya berbeda beberapa bulan mereka kadang berantem kadang enggak. Bagas yang menganggap Queensha seperti adik kandung nya sendiri dan Queensha menganggap Bagas seperti kakak kandung nya sendiri. Mereka saling menyayangi sebagai saudara kendati semuanya menyayangi Queensha juga.

Single sofa yang Bagas duduki jadi sempit saat Queensha ikut duduk. Perempuan itu langsung memeluk Bagas tanpa mendengar protesan dari laki-laki itu yang kesempitan. Menyadarkan kepala lalu memejamkan mata lagi.

"Ngapain ihh meluk-meluk segala, nggak malu dilihatin. " protes laki-laki itu.

"Kenapa malu segala biasanya juga gini. Aneh deh lo mah. "

Ya, mereka memang terbiasa saling memeluk di depan semua keluarga. Yang tahu seperti apa kedekatan mereka sudah tidak akan aneh lagi melihatnya. Berbeda dengan satu orang yang baru pertama kali melihat hal itu. Dia cukup kaget melihatnya.

"Ya beda sekarang mah. " sahut Bagas sambil berusaha melepaskan pelukan Queensha. Namun sangat susah untuk lepasnya. " Duduk disana deh, sempit disini mah Queensha. Noh disana masih luas. "

" Nggak mau, pengen meluk Bagas. Bagas, Mami gue kamana?" Perempuan itu baru sadar belum melihat Mami nya.

"Ke pasar sama Uwa Nia. "

"Ngapain? "

"Menurut lo? Ya belanja lah. "

"Ohh iya. " Queensha menyengir.

Seperti teringat sesuatu, Queensha melepaskan pelukannya. Dia menatap serius pada Bagas. " Bagas, gue mimpi aneh tau. "

"Apa? " Bagas mengerutkan kening nya, ingin tahu apa yang dimimpikan perempuan itu.

"Dimimpi masa gue dinikahin sama Papi gara-gara kepergok berduaan di sawah pas mau magrib. Padahal dimimpi itu gue nggak ngelakuin apa-apa tapi si Papi main nikahin gue aja. Dan lo harus tau juga, masa cowok yang nikahin gue itu si Dirga. Lo masih inget kan Dirga temen lo itu?, yang dulu gue ngejar-ngejar dia. Sekarang mah ogah." Queensha bercerita mengenai mimpi nya tadi malam yang terasa ameh dan nyata.

Mendadak NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang