Niat Putri ingin makan malam setelah menidurkan Zhidan tapi ia malah kebablasan tidur di kamar Zhidan hingga pagi datang.
Setelah sholat subuh ia kembali ke atas ranjang yg masih di tiduri oleh Zhidan, badannya sedikit tidak enak, bahkan perutnya terasa mual jika ia berdiri.
Putri memandang wajah bocah itu dan ngusap dahi Zhidan "andai kamu anak kandung aku, pasti kita bakal bahagia tanpa harus papa kamu inget sama masalalu nya"
"kenapa sih, di saat aku udah mau nerima semuanya, tapi papa kamu malah kaya gitu? Kamu nanti kalo udah besar jangan kaya gitu ya, Zhi. Inget, mama kamu juga wanita, wanita itu hatinya rapuh dan mudah tergores, mungkin sebagian besar laki laki nganggap kalo wanita itu lemah, lebay, tapi dia gak tau kalo sebenernya wanita itu kuat, bahkan lebih kuat dari laki laki. Kamu harus hargai orang kalo kamu juga mau di hargai, jangan cuma mau di hargai tapi gak mau ngehargai balik, itu gak baik. Kamu itu laki laki harus jadi tameng buat wanita kamu nanti, jangan pernah kamu sakitin hatinya mau pun fisiknya" ucap Putri seraya terus mengelus dahi Zhidan membuat bocah itu menggeliat.
Putri beralih mengelus punggung belakang Zhidan.
Hingga akhirnya bocah itu terbangun dan langsung memeluk lehernya.
"au andi ma"
"mau mandi? Tapi masih pagi banget loh ini, emang gak papa kalo dingin?" tanya Putri tanpa memberhentikan tangannya mengelus punggung belakang Zhidan.
Zhidan menggelengkan kepalanya.
"oke, lets go" ucap Putri lalu bangkit dan menggendong Zhidan menuju kamar mandi.
Tapi saat bangun tiba tiba tubuhnya oleng karna kepalanya pusing membuatnya jatuh hingga kepala Zhidan terbentur ujung nakas.
"asstaghfirullah, Zhidan maafin aku ya" ucap Putri tanpa memperdulikan punggungnya yg sakif dan kepalanya yg kunang kunang.
"huaaaa atit mama hiks atit" tangis bocah itu sangat amat kencang membuat Putri bingung harus apa.
Akhirnya ia mengambil tissu di atas nakas dan menempelkannya di dahi Zhidan yg berdarah.
Wajahnya pun sudah pucat, antara takut dan menahan pusing di kepalanya.
Dengan sisa tenaganya Putri bangkit dan membawa Zhidan keluar kamar, bahkan tangisnya masih terdengar kencang.
Membuat Rangga keluar dari kamar sebelah dan membelalakkan bola matanya saat melihat kondisi Zhidan.
"kenapa bisa kaya gini?!" tanya Rangga dengan suara tingginya.
Putri menatap takut Rangga "tad-tadi jatuh" ucapnya pelan.
Dengan kasar Rangga mengambil Zhidan dari gendongan Putri "gak becus banget kamu jagain anak, atau kamu emang sengaja?!"
Putri menggelengkan kepalanya "aku enggak sengaja, aku minta maaf"
"kamu sengaja kan mau celakain anak saya?! Dasar pembangkang, susah di atur, anak perempuan kok ada yg seperti kamu?! Nyesel saya punya istri kaya kamu!" bentak Rangga terus menerus.
Putri menutup telinganya "CUKUP! mending sekarang bawa Zhidan ke rumah sakit"
Rangga berjalan melewati Putri dan Putri mengikutinya dari belakang.
Saat ingin ikut masuk ke dalam mobil, Rangga malah mengucapkan kata kata yg tidak mengenakan.
"ngapain kamu?"
"aku mau ikut ke rumah sakit"
"saya gak mau anak saya deket deket sama pembunuh seperti kamu" ucap Rangga dingin membuat Putri menitikkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT WIDOWER
AcakPUTRI CAHYANI ARGANTARA seorang gadis berumur 20 tahun, yang saat ini sedang mengejar kuliahnya. Beberapa minggu ini ia sangat sibuk dengan skripsi karna sebentar lagi ia akan sidang dan wisuda. Ayah nya seorang pengusaha hebat, dan ibunya meninggal...