PERFECT WIDOWER [14]

2.8K 305 66
                                    

Rangga berjalan dengan bubur di tangan kanannya dan tangan kirinya menggendong Zhidan seraya memasuki kamar Putri.

Putri tersenyum lalu merentangkan tangannya untuk meraih Zhidan dari gendongan Rangga.

"Zhidan, maafin aku ya" ucap Putri seraya mengelus rambut Zhidan pelan.

Zhidan menggelengkan kepalanya "nda apa Apa"

Putri mencium pipi Zhidan sayang, jujur ia sudah sangat sayang dengan bocah itu dan sudah menganggapanya sebagai anak kandungnya sendiri. Bahkan, ia rela jika harus bertaruh nyawa demi Zhidan, walau ia hanya sebatas ibu sambung.

"Zhidannya taruh aja di kasur, ini kamu makan buburnya Dulu" ucap Rangga seraya menyodorkan semangkuk bubur.

"suapin dong biar romantis" ucap Putri tanpa dosa.

Rangga tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya "ada ada aja kelakuannya, padahal lagi sakit"

"kenapa? Kamu ilfil ya sama sikap aku?" tanya Putri.

Rangga menggelengkan kepalanya "enggak"

Putri memicingkan matanya "bohong, tadi kamu bilang gini 'kok ada perempuan seperti kamu? Susah di atur, pembangkang' gitu" ucap Putri dengan meniru gaya bicara Rangga.

Rangga terkekeh kecil "Iyaiya saya minta maaf, saya tidak bermaksud seperti itu, saya kebawa emosi karna liat kondisi Zhidan seperti tadi. Jujur saya tidak mau kehilangan orang yg saya sayang untuk kesekian kalinya" jelas Rangga panjang lebar, seraya terus menyuapi Putri.

"kalo semisal suatu saat nanti aku udah enggak ada, apa kamu bakal ngerasa kehilangan kaya kamu ngerasa kehilangan mbak Kia?" tanya Putri.

Jujur saja, ia sangat takut jika Rangga tidak sungguh sungguh dengan pernikahan ini.

Rangga diam sejanak, jika boleh jujur, Rangga lebih terpuruk saat kehilangan Kia di banding dengan kehilangan orangtua nya. Seperti, rasa getarannya itu sangat berbeda.

"saya belum tau itu" jawab Rangga jujur.

Putri menganggukkan kepalanya mengerti, lagi juga ia sadar diri sama apa yg ada. Tidak mungkin kan jika Rangga akan terpuruk saat kehilangannya? Atau malah Rangga merasa senang karan beban nya menghilang satu? Ntahlah, Putri tidak tahu itu, ia hanya berusaha untuk tidak berharap lebih dengan Rangga.

"iya, aku ngerti" ucap Putri.

Keadaan hening tiba tiba melanda, hingga bubur Putri habis tidak tersisa.

Putri menahan tangan Rangga saat Rangga ingin bangkit dari duduknya.

"kenapa?" tanya Rangga.

"aku mau ngomong sesuatu, tapi aku minta maaf kalo nanti omongan aku bikin kamu enggak nyaman atau bikin kamu tersinggung" ucap Putri, sejak dirinya diam tadi sebenarnya kepalanya sedang merangkai kata yg baik agar bisa membuat Rangga tidak tersinggung dengan ucapannya.

Rangga menganggukkan kepalanya dan kembali duduk seraya menaruh mangkuk di atas nakas.

"sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu karna udah masuk ke kehidupan kamu, entah kehadiran aku bikin kamu nyaman atau malah sebaliknya"

"kamu jangan potong omongan aku dulu ya?" lanjut Putri.

Rangga hanya menganggukkan kepalanya.

"mungkin disini aku cuma orang asing yg masuk ke kehidupan kamu, sampe kamu harus berkorban nikahin aku karna terpaksa, tapi di sini sekarang aku udah sah jadi istri kamu menurut hukum maupun agama"

"aku cuma mau bilang, tolong ya kamu jangan pernah bahas bahas tentang almarhumah istri kamu di depan aku, jujur aku ngerasa enggak nyaman sama kamu kalo kamu selalu bahas masalalu kamu di depan aku"

PERFECT WIDOWER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang