REIN AVICENNA
House-ku merangkap home meski definisinya berbeda.
Ada Bunda yang posisinya membaur antara ibu yang mengasihi, kakak perempuan tempat curhat, dan guru yang membimbing. Ada Ayah yang omelannya selalu menjadi jingle abadi di kepalaku, dan dia kayaknya lupa anak sulungnya punya auditory memory yang super bagus. Ada Keira, adik perempuanku, yang "rindu kala jauh, ribut kala dekat".
Mereka rumahku. Aman, menyenangkan, bikin pusing. Senormal-normalnya rumah.
Tapi hidup pasti ngeselin. Kalau rumahmu baik-baik saja, Tuhan menitipkan sesuatu yang "ajaib" di luarnya.
Mungkin taman zen super tenang. Atau perang kembang api yang meletup-letup.
Bisa jadi itu adalah sahabatmu. Atau temannya sahabatmu.
Atau mungkin ... keduanya?
***
RIVIERRO ARATA
Besar di lingkungan trilingual membuatku bingung dengan definisi "rumah".
Ada "rumah" di bahasa Indonesia, "jhu" atau "chu" di bahasa Hokkian, serta "home" dan "house" di bahasa Inggris. Sebagai topping, definisi house dan home berbeda jauh seperti galaksi Bima Sakti dan Andromeda.
Finally, kutemukan jawabanku sendiri tentang sebuah home. Itu pun setelah beberapa tahun penantian dan pencarian, puluhan proposal, serta (almost) kehilangan sahabat.
Jawabanku: Home is a choice.
Kamu enggak bisa mengganti orang tuamu. Tapi kamu boleh menganggap mereka bukan home.
Enggak ada kewajiban bagi mereka untuk tahu segalanya tentang kamu. Enggak ada kewajiban bagimu untuk percaya pada mereka. Asal jangan salahkan dunia karena mengembalikan apa yang kamu lakukan. Boomerang!
Memang, kadang mereka terlihat bossy, memaksakan kehendak, atau menyeretmu jauh-jauh dari sahabat dan orang terdekat. Kamu pula yang harus bersabar.
Hang in there. Kamu sudah di jalan yang benar. Ada cara pembumihangusan yang beradab, dan kamu baru melakukan salah satunya. Karma ada; itulah senjatamu. Jangan buat karma berbalik menyerangmu.
Itu yang ingin kukatakan pada sahabatku.
Itu juga yang ingin kukatakan pada seorang teman yang mengakui aku sebagai adiknya.
Tapi aku bangga dengan julukan Sweet Enigma-ku. Belum ada yang boleh tahu isi tumpukan rahasiaku.
***
DELON A. NARANDIKHA
Dilahirkan di sebuah keluarga itu takdir. Jenis keluarganya termasuk nasib.
Kalau kamu lahir di tengah keluarga yang kacau balau, ya udah, terima aja. Mereka yang harus jadi rumah kamu. Dah nasib. Sama aja kayak diputusin pacar karena terlalu bersemangat. Atau dikasih nama yang selalu salah eja tiap ditulis.
Inget. Lima huruf ajaib yang harus diterima: N-A-S-I-B.
Hasilnya bisa berarti lima huruf juga. B-A-G-U-S atau J-E-L-E-K. Tapi tetep aja nasib.
Lari sejauh-jauhnya dari keluarga juga enggak guna. Ujung-ujungnya, tetep aja ada yang ngikat kamu sama mereka. Senyaman-nyamannya keluarga orang lain, pasti ada aja yang bilang kamu bukan siapa-siapa.
Sekarang ngerti, kan? Itu yang disebut "rumah karena nasib".
Aku cuma mau bilang: Kamu berhak benci keluargamu. Kamu berhak menyatakan perang dengan mereka.
Tapi jangan sampai salah alamat. Simpan kebencianmu rapi-rapi, lampiasin semuanya sekaligus ke target kamu. Salah-salah, benci salah alamat bisa bikin kehilangan orang yang kamu sayang dan percaya; aku punya beberapa, banyak jenisnya juga.
Ada yang rela ngorbanin sesuatu di genggamannya seperti kepercayaan orang lain demi aku. Kayak "adik angkatku".
Ada juga yang diam-diam support kamu walau tsundere. Gengsi-gengsi sayang. Bukan pacarku. Bukan gebetan. Dia sahabatnya adik angkatku. Cewek bergigi gingsul yang imut tapi gagah dan agak stres—eh. Mari bahas dia lain kali.
Pokoknya, jangan sampai orang kayak mereka ikut luka gara-gara perang di dalam rumahmu.
Beban kamu ya beban kamu aja. Enggak usah dibagi. Lain ceritanya kalau beban kamu adalah kesusahan menghabiskan makanan enak.
--------
To be continued ....
-------
Halo! Author di sini!
Kusarankan untuk membaca His Rebel terlebih dahulu supaya lebih paham dan kenal dengan karakter-karakternya. Tapi kalau mau langsung lanjut juga bisa kok, kenalan pelan-pelan saja. Konflik cerita ini terpisah dari cerita sebelumnya kok. ^^
Cerita ini akan dibagi menjadi beberapa babak. Tiap babak akan berdurasi satu hari.
Selamat membaca! Terima kasih sudah mampir! :D
~ Bandung, 3 Nov 2022 ~
KAMU SEDANG MEMBACA
HiStory
Teen FictionTravel Series #3 HiStory "All I Need is A Home." Menurut Rein, kedatangan Delon ke Bandung semestinya jadi pengalaman baru bagi mahasiswa gaje asal Yogyakarta itu. Tapi orang asing mana sih yang kenal kota Bandung sampai ke pengalaman-pengalaman sep...