Ran. Kalau aku ke Bandung, apa pendapat kamu?
Respons aku? Hmm. Palingan ini: "Lu kesambet?"
Iya. Kesambet. Pertama, Bapak sakit. Kedua, jangan lupa kalau akhirnya aku punya adik.
Oh, River yang bikin kamu begini? Bagus. Balik sana.
Aku mesti ngomong apa kalau udah menghadap mereka?
Tumben mikir.
Jiah, Ran, aku betulan nanya.
Ngomong sama orang tua sendiri kok nanya sih, Le'?
Kamu kalau teleponan sama Abah-Ambu, cerita apa aja? Kamu kan biasanya hemat ngomong.
Banyak. Biaya listrik kontrakan naik gara-gara ada yang lupa matiin mesin pompa air. Minta maaf karena bawa beban tiap pulkam ke Garut. Atap bocor. Si Evina punya pacar.
Kenapa kebanyakan ngomongin aku?
Kamu penghias hidup, Lon. Kayak tahi ikan di akuarium.
Jahat kamu.
Intinya, cerita aja. Terserah deh mereka mau dengar atau enggak. Kita udah menunaikan kewajiban supaya mereka enggak khawatir. Kesannya memang menggugurkan kewajiban ketimbang melaksanakan. Sisanya terserah mereka. Aku enggak mau lihat kamu pulang ke sini kayak orang gila lagi. Baju bau lembap, muka kusut, tapi sibuk ketawa sendiri. Cukup sekali aja, Lon.
Makasih, Ran.
-------------
To be continued ....
~ Bandung, 19 Februari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
HiStory
أدب المراهقينTravel Series #3 HiStory "All I Need is A Home." Menurut Rein, kedatangan Delon ke Bandung semestinya jadi pengalaman baru bagi mahasiswa gaje asal Yogyakarta itu. Tapi orang asing mana sih yang kenal kota Bandung sampai ke pengalaman-pengalaman sep...