Intermeso Ingkar-Janji I

9 3 1
                                    

Kepada: Delon A. Narandhika delonnaran@email.com

Dari: evanovianto@email.com

Tanggal: 4 Mei 2014

Subjek: Barang Peninggalan Aji

Siang, Aray.

Maneh diminta ke rumah sama emak. Barang si Aji buat maneh, cenah. Emak teh kangen maneh. Berapa kali udah urang bilang, di mata emak, maneh teh kembaran Aji. Adi urang oge[1]. Urang tahu maneh lebih pengin punya adi ketimbang punya lanceuk. Tapi intinya, maneh udah nemenin Aji selama ini, jadi ya maneh bagian dari kita-kita juga.

Kita semua kehilangan Aji. Maneh juga. Tapi justru karena itu, kita saling melengkapi. Jangan sampai fokus ke kekosongannya aja, Ray. Minimal, kalau maneh ragu ke sini, bisi[2] mendadak kangen si Aji deui[3], mampir ke sini dengan niat ngehibur emak. Jangan bikin emak merasa kehilangan dua anak laki-lakinya.

Maneh mungkin enggak lahir dari rahim emak. Tapi emak ngelahirin maneh pakai hati.

***

Kepada: Delon A. Narandhika delonnaran@email.com

Dari: evanovianto@email.com

Tanggal: 21 Agustus 2015

Subjek: Menghilang Ke Mana?

Sore, Ray.

Udah setahun maneh enggak ngasih kabar. Ke mana aja? Email ini masih dipake, kan?

Emak bilang, mungkin maneh marah. Tapi ngeri pisan marah selama setahun lebih. Marah ke urang atau ke emak? Bilang aja, apalagi kalau ke urang. Biar urang introspeksi.

Yang jelas, buruan selesain marahnya.

Rumah sepi enggak ada maneh.

Kalau marahnya selesai, mampir ke rumah.

Masih di rumah lama dan masih ada emak. Buruan, mumpung masih pakai kata "masih", bukan "udah enggak".

----------------

To be continued ....

-----------

Footnote:

- Urang: Aku (bahasa Sunda)

- Maneh: Kamu (bahasa Sunda)

[1] Oge: Juga (bahasa Sunda)

[2] Bisi: Takut/khawatir (bahasa Sunda)

[3] Deui: Lagi (bahasa Sunda)

~ Bandung, 9 Nov 2022 ~

HiStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang