Intermeso Ingkar-Janji VI

8 1 0
                                    

Ran. Aku belajar hal baru.

Tumben. Biasanya pulang kuliah aja taunya cara lempar ransel ke keranjang baju kotor.

Selalu ada yang berusaha ngebantu. Contohnya, kamu lapar. Ada yang ngasih kamu ikan. Ada juga yang ngasih kamu kail biar bisa cari makan sendiri. Kamu tipe kedua, ya?

Mungkin. Aku juga enggak tahu. Aku bantu kamu karena kamu mau terima bantuan walau kepala batu. Enggak ada faedahnya menolong yang menolak bantuan.

Gitu ya.

Balik ke sini, enggak? Aku capek makan nasi goreng terus. Kokiku kelamaan cutinya. Punya adik cewek tapi enggak bisa masak ya sama aja bohong. Tapi kalau udah enggak ada alasan buat ke sini lagi, ya enggak usah.

Pulang kok. Ini mulai packing. Nanti malam nginap di rumah Bapak dan Ibu. Besok berangkat ke sana. Tiga princess udah nanya keputusanku. Aku pilih lanjut kuliah. Tanggung jawab dan komitmen. Walau enggak suka jurusannya. Lama-lama juga suka harusnya.

Bagus. Artinya kamu enggak bakal ninggalin cewek cuma karena enggak suka.

Kali aja kamu enggak bisa telepati sama aku, jadi kubilang aja: makasih ya, Ran.

Karena?

Karena selalu ada di sini. Dan aku minta maaf untuk segala kerepotan yang kubikin dan segala masalah yang disengaja ataupun enggak. Bohong kalau bilang enggak ada. Jadi, jawaban buat kamu yang dulu pernah nanya kenapa aku suka lagu Heartache, sori, aku bukan patah hati ditinggal adekmu. Tapi buat tiga princess. Dan kamu tahu siapa. Sekali lagi, maaf, Ran, karena nyusahin kamu.

Udah, jangan mellow. Repot itu yang kadang bikin hidupku asik. Daripada dengerin Evina curhat melulu. Dah, siap-siap pulang. Besok kujemput di stasiun. 


----------

To be continued ....

~ Bandung, 23 Mar 2023

HiStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang