Vouloir mourir

11.8K 904 78
                                    

.
.
.

Jaemin berjalan ke arah sofa yang ada di kamar apartemen tersebut sambil menghisap rokok di tangannya. Jeno masih terdiam di posisinya, ia bahkan seakan mati rasa walaupun tubuh Lucas masih berada di atas tubuhnya.

"Renjun."

Jeno segera mengalihkan tatapannya ke arah Jaemin, lalu berusaha menyingkirkan tubuh Lucas dari atasnya hingga terjatuh ke sisi ranjang lainnya, ia lalu berjalan merangkak ke arah Jaemin dengan air mata yang mulai mengalir deras di kedua matanya.

"J-jaemin...j-jaemin j-jangan lukai Renjun...aku...biar aku saja yang menanggungnya...kumohon hiks...lepaskan dia!!."

Jeno memeluk kedua kaki Jaemin erat, membuat Jaemin risih dan langsung menendang tubuh Jeno hingga jatuh terjengkang ke belakang dan kepalanya terbentur ujung meja yang lumayan runcing.

"Ahh ugh Jaem~..."

Jaemin mendecih melihat Jeno yang kesakitan, ia mengalihkan pandangan lalu merogoh ponselnya, melakukan video call dengan seseorang tanpa mempedulikan Jeno yang masih merintih kesakitan.

"Hiks~..."

Fokus Jeno teralih mendengar suara tangis seseorang yang dikenalnya, ia menatap Jaemin kembali yang tertawa bahagia sambil memandang ponselnya.

"J-jaemin-..."

"Hallo Renjun~..."

"Hiks Jaemin...lepaskan aku~..."

"Hei maafkan aku, kalau saja temanmu tidak berulah dengan selingkuh di belakangku, aku tidak mungkin melibatkanmu, Haechan, dan juga Chenle!!."

"J-jadi hiks benar hiks...Haechan dan Chenle juga?!."

"Ya itu semua aku yang lakukan, tapi kau jangan hanya menyalahku saja Njun, aku sudah peringatkan temanmu ini untuk tidak berulah tapi tetap saja ia melakukannya, oh ya apa kau ingin menyapanya dan juga selingkuhannya, mari aku tunjukkan!!."

Jaemin lalu mengarahkan ponselnya ke arah Jeno dan Lucas yang masih pingsan, Jeno menunduk tidak berani sama sekali memandang ke arah layar ponsel Jaemin. Sementara Renjun syok melihat keadaan Jeno saat ini, apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Jaemin melakukan hal kejam itu padanya, Haechan, dan juga Chenle. Apa semua ini benar-benar karena Jeno.

"Hey Jen, sapalah temanmu, ayo sapalah!."

Jaemin mengarahkan layar ponselnya ke arah Jeno, tapi Jeno masih saja menunduk sambil mencicit pelan.

"Maaf Njun~...maafkan aku hiks."

"Jeno??."

"Hiks maaf hiks maaf Njun hiks."

"Jeno hiks sebenarnya a-ada a-apa hiks, tolong jelaskan padaku hiks, agar aku mengerti hiks!."

"Maaf Njun hiks maaf!."

"Lee Jeno jawab...a-apa k-kau s-sengaja melakukan ini hiks...a-apa yang sebenarnya t-terjadi hiks jelaskan Jen...agar aku t-tidak salah p-paham hiks, JELASKAN LEE JENO!!!."

"Sudah hey, kalau Jeno tidak bisa menjawab, biar aku yang menjelaskannya!."

"Hiks a-apa Jaem, bilang padaku hiks!."

"Oke-oke tenang...Jeno punya sebuah perjanjian denganku, dia harus menuruti semua perintahku kalau ingin kalian bertiga baik-baik saja, tapi lihat, dia tidak mengindahkan perkataanku sama sekali, pertama pada Haechan, kedua Chenle dan sekarang kau, tanpa memperdulikanmu dia malah asik bercinta dengan pria lain, pria yang sama pula, dan aku bukan orang suka main-main dengan perkataanku, lihat kau bahkan dikorbankan demi nafsu bejatnya, jangan lupa siapa yang memulai semua ini terlebih dahulu, ya Lee Jeno orangnya, jadi apa kau kata-kata terakhir sebelum proses kematianmu kulanjutkan Huang Renjun??!!."

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang