Ta présence

9.4K 556 12
                                    

.
.
.

Hal pertama yang dilihat Jeno ketika ia membuka mata adalah dada bidang seseorang serta sebuah rengkuhan di tubuhnya.

"Jaemin??."

"Sudah bangun?."

Jeno langsung menduselkan badannya di rengkuhan Jaemin, membuat Jaemin terkekeh gemas melihat kelakuannya.

"Bangun, sudah pagi, cuci muka lalu sarapan."

Jeno tidak menjawab tapi menggeleng-gelengkan kepalanya merespon perintah Jaemin.

"Hey padahal Haechan sudah membuat sarapan sejak pagi buta tadi."

Jeno langsung mendongak menatap mata Jaemin langsung.

"Haechan...ada Mark hyung juga?!."

Jaemin mengangguk membuat Jeno tersenyum senang lalu keluar dari pelukan Jaemin dan menuju ke kamar mandi dengan riang.

"Pelan-pelan Jen."

"Iya~."

Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menenggelamkan kepalanya di gumpalan selimut.

"Bisa gila lama-lama berdekatan dengannya."

.

"Haechan."

"Jeno astaga..."

Haechan terkejut dengan pelukan tiba-tiba yang datang dari Jeno dari arah belakangnya.

"Hehehe."

"Sudah lepas, ayo sarapan."

"Oke."

Jeno melepas pelukannya lalu berjalan ke arah Mark dan memeluknya juga.

"Mark hyung~..."

Mark membalas pelukan Jeno sekaligus mengusap rambutnya.

"Sudah ayo duduk."

"Ya."

Jeno mendudukkan dirinya di samping Jaemin yang sudah duduk duluan sejak tadi, disusul Haechan yang duduk di samping Mark. Akhirnya mereka berempat sarapan bersama pagi itu.

.

Tanpa terasa usia kandungan Jeno telah memasuki bulan-bulan terakhir mendekati proses persalinan. Anehnya Jeno bahkan hampir tidak sering mengalami morning sick dan ngidam, kandungannya juga tampak sehat saat diperiksa oleh dokter. Hubungan antara Jaemin dan Jeno semakin dekat dan mesra, mereka sekarang bahkan punya panggilan khusus yaitu Papa dan Mama, ini adalah inisiatif dari keduanya sendiri, meski mereka tidak tahu apa yang akan terjadi ketika bayi mereka lahir. Pikiran-pikiran buruk sebenarnya sudah memenuhi pikiran mereka akan tetap berusaha ditutupi agar tidak membuat cemas satu sama lain. Waktu tengah menunjukkan pukul 22.30 malam. Jeno kini tengah duduk di kusen jendela kamarnya, menanti kepulangan sang suami yang tak kunjung pulang, memang hampir seminggu ini, Jaemin selalu pulang telat karena mendekati akhir bulan, otomatis pekerjaan kantor semakin banyak, belum lagi mengkoordinir karyawannya agar bekerja lebih keras dan serius agar semua laporan terisi dengan benar. Lama Jeno menunggu, ia mendengar deru suara mobil memasuki halaman rumah mereka, tanpa menunggu waktu lama, ia segera beranjak dari tempatnya tadi dan berjalan agak cepat menuju pintu utama, tapi sebelum ia sempat membukanya, pintu tadi sudah terbuka duluan dari luar dan Jaemin muncul dari baliknya, Jeno yang melihat itu semakin mempercepat langkahnya membuat Jaemin was-was dan memperingatinya.

"Jangan buru-buru Jeno-ya..."

Bugh

Jaemin langsung menerima terjangan pelukan super erat dari Jeno. Otomatis ia juga langsung membalas pelukan tersebut.

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang