Trois étapes

13.3K 993 54
                                    

.
.
.

Jeno saat ini sedang berlutut sambil memeluk kedua kaki Jaemin, ia menangis sambil tetap memohon pada suaminya untuk segera menghentikan perbuatannya pada Haechan saat ini.

"Kumohon Jaem hiks lepaskan Haechan hiks..."

"Kau itu orang yang tidak akan pernah bisa kupercaya Lee Jeno...seumur hidupku!!."

"A-aku minta maaf hiks kumohon l-lepaskan Haechan hiks..."

"Tidak!."

"Aku akan menuruti semua kemauanmu hiks kumohon Jaemin hiks..."

"Baiklah!."

"Benarkah???."

Jaemin tidak menjawab ucapan Jeno tapi dia langsung menghubungi seseorang dengan ponselnya tadi.

"Beri dia sentuhan kecil!."

Jeno memandang Jaemin kaget lalu melepaskan rangkulan pada kakinya, ia lalu berdiri sambil menatap Jaemin tajam.

"APA YANG KAU LAKUKAN??!!."

"Kau lupa kalau hari ini sudah melakukan tiga kesalahan padaku, anggap saja Haechan ikut menanggung satu kesalahanmu!."

"BAJINGAN!!!."

Jeno hendak memukul Jaemin tapi tiba-tiba ia merasakan lemas di kedua kakinya lalu jatuh bersimpuh kembali, Jaemin menyeringai dan ikut jongkok menyamakan tinggi tubuhnya pada Jeno, lalu menarik dagunya sensual hingga kedua mata mereka bertemu.

"Kau tenang saja, Haechan mungkin akan sedikit syok, tapi orang-orangku tidak akan menyentuhnya secara berlebihan, mungkin sebentar lagi kakakmu juga datang menyelamatkannya!."

.

Sementara itu, keadaan di rumah Haechan sudah tidak karuan, hampir seluruh perabotan sudah menyebar tidak pada tempatnya juga beberapa barang juga berubah bentuk seperti vas bunga yang pecah, sofa yang terbalik, buku-buku berserakan di bawah, dan masih banyak lagi. Haechan masih berusaha menghentikan orang-orang tadi yang datang mengobrak-abrik rumahnya. Haechan memang tinggal sendiri karena dia termasuk anak rantau yang menetap di Seoul sendirian sedangkan orang tuanya tinggal di Jeju.

"Hentikan, kalian itu sebenarnya siapa??!!."

Orang-orang tadi diam tidak menjawab, salah satu dari mereka maju lalu tanpa aba-aba menonjok perut dan menampar wajah Haechan hingga jatuh tersungkur, setelah itu mereka semua beranjak keluar dari rumah Haechan. Haechan sendiri sudah lemas, karena sakit di perutnya dan juga kepalanya pusing karena saat terjatuh tadi kepalanya tidak sengaja terbentur ujung meja sebelum jatuh ke lantai. Tiba-tiba ia merasakan eksistensi seseorang masuk ke dalam rumahnya dan langsung menghampirinya.

"Sayang...sayang kau baik-baik saja...sayang sadarlah..."

Seseorang tadi Mark langsung menopang tubuh Haechan yang lemas di lengannya dengan sesekali mengusap pipinya lembut. Haechan yang tadinya menutup mata, sadar akan suara Mark dan langsung membuka matanya lalu mendapati Mark yang menatapnya khawatir.

"Hiks hyung...Mark hyung hiks..."

Mark lalu membawa Haechan ke pelukannya, dapat ia rasakan tubuh Haechan bergetar hebat dan juga suara tangis yang lumayan keras. Haechan ikut memeluk erat Mark dan menyembunyikan wajahnya di bahu Mark.

"Takut hiks Mark hyung..."

"Aku disini...tenang oke sstt cup sudah...tidak boleh takut lagi..."

"Jangan pergi hiks..."

"Tidak aku tidak kemana-mana, mau ke rumah sakit??."

"Hiks tidak mau!."

"Oke oke, kita ke kamar saja ya!."

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang