Première mort

21.9K 1.3K 105
                                    

.
.
.
Tenaga Jeno sudah terkuras habis, hampir tiga jam dia tersiksa oleh vibrator yang memperkosa hole-nya, belum lagi kesakitan yang ia rasakan pada kejantanannya akibat ring yang melilit sehingga Jeno belum mengeluarkan cumnya sama sekali. bahkan ia sudah tidak melirik sama sekali ke arah Minjeong yang masih menatapnya dengan mata yang sembab karena menangis terus menerus. Jeno sudah kepalang malu dan tidak punya muka di hadapan Minjeong, apalagi bila setelah ini ia harus melayani Jaemin lebih tepatnya diperkosa Jaemin, ia berharap bila saat itu tiba, Minjeong sudah dibebaskan dari kamar ini. Jeno sudah hampir pingsan ketika pintu ruangan terbuka dan masuklah Jaemin ke dalam kamar tersebut, ia melangkah mendekati Minjeong dan duduk di depannya sambil sesekali matanya melirik ke arah Jeno yang memalingkan wajah darinya, ia membuka lakban yang menutupi mulut Minjeong yang seketika meludah mengenai wajah Jaemin. Jaemin terpaku tapi setelah itu terkekeh senang lalu melayangkan tangannya menampar Minjeong.

Plakk

Suara tamparan keras tadi membuat Jeno memalingkan wajahnya melihat Jaemin dan Minjeong, membuat amarah Jaemin seketika naik kembali, ia tutup mulut Minjeong lagi dan berjalan ke arah Jeno dan merangkak ke atasnya. Ia buka ikatan tali Jeno pada tangannya untuk setelah itu ia borgol di belakang punggungnya. Jeno yang sudah lemas hanya dapat menurut apa yang dilakukan Jaemin. Jaemin menegakkan tubuh Jeno menjadi posisi duduk membuatnya melenguh karena vibrator yang seakan masuk semakin dalam pada tubuhnya, setelah itu, ia mulai membuka celana yang ia gunakan, Jeno tersentak dan otomatis menjauhkan wajahnya yang berada tepat beradapan dengan kejantanan Jaemin setelah celana panjang dan dalamnya dibuka. Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya memohon pada Jaemin untuk tidak melakukan hal itu, tapi Jaemin tetap meraih belakang kepala Jeno untuk ia arahkan pada kejantanannya.

"Jangan...um..."

Jeno terpaksa melakukan blowjob pada Jaemin tentu saja disaksikan oleh Minjeong. Minjeong tentu saja kaget dengan kejadian di depannya. Ia mulai menangis kembali, Jeno tidak berhak mendapatkan siksaan ini, ini semua salahnya, tapi agaknya Jaemin benar-benar tidak peduli pada semua penjelasannya.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Jaemin mengeluarkan cumnya di mulut Jeno dan memaksa untuk menelannya. Jeno jijik sebenarnya, emosinya datang kembali, dan tanpa sadar ia menggigit kejantanan Jaemin, membuat Jaemin marah dan langsung memukuli seluruh tubuh Jeno mulai dari wajah, dada, dan perutnya, sehingga menghasilkan lebam lumayan banyak.

"Berani sekali kau Lee Jeno, padahal aku sudah lumayan lembut memperlakukanmu, dan ini balasanmu, apa kau masih merasa malu dengan jalang itu??!!!."

Dengan sisa kesadaran yang semakin tipis, Jeno menjawab pertanyaan Jaemin dengan berani juga.

"Ini bahkan lebih dari apa yang aku dan Minjeong lakukan padamu...Na Jaemin...kenapa kau melakukan ini semua padaku dan Minjeong...aku curiga apa sebenarnya kau menyukaiku...makanya kau melakukan ini semua padaku...hmm...jawab Na Jaemin..."

Untuk beberapa saat Jaemin terdiam sambil menunduk mendengar perkataan Jeno, membuat Jeno tersenyum remeh karena merasa menang melawan Jaemin saat ini, tapi kesenangan itu seketika luntur saat Jaemin menatap ke arahnya dengan senyum licik dan seringaian yang terpatri di wajahnya.

"Menyukaimu, hmm coba kupikirkan, apa iya aku menyukaimu, oh mungkin saja Lee Jeno, aku menyukaimu Lee Jeno, tapi mungkin dengan konteks yang berbeda sekarang, aky menyukai dengan menyiksamu, menghancurkan harga dirimu, membuatmu tidak punya muka untuk menatap orang yang kau cintai, bahkan orang tersebut hanya menganggapmu pelampiasan karena dia tidak mendapatkan nafkah batin dariku, lihat Lee Jeno, hidupmu itu hanya sebagai mainan, kalau dulu Minjeong yang mempermainkanmu dengan mengandalkan rasa cinta yang kau berikan padanya, sekarang aku mempermainkanmu juga dengan memanfaatkan rasa cintamu padanya, rasa cinta bodoh yang seharusnya tidak perlu membuatmu terperangkap masuk kesini, dia bahkan kuperingatkan untuk tidak mengganggumu lagi karena kau sudah menjadi milikku, tapi apa yang ia lakukan, memanggilmu lagi, memanfaatkan perasaanmu demi dirinya sendiri, untuk memuaskannya, lalu apa bedanya aku dengannya, tidak ada, karena kami hanya menganggapmy sebagai mainan kami!!!."

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang