Vie ou mort?

13.7K 1K 64
                                    

.
.
.

Suasana di dalam mobil itu terasa sangat menegangkan, mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, si pengemudi yang menggila, juga satu orang yang menyangga tubuh seseorang di pelukannya yang tidak berhenti mengeluarkan darah dari hidung dan juga sela kakinya.

"Pertahankan kesadarannya Chan!!."

"Aku berusaha, menyetirlah dengan benar Na Jaemin!."

Jaemin kembali menghadap ke depan berkontrasi untuk menuju rumah sakit terdekat, beruntung jalanan sedikit lenggang akan tetapi jarak terasa sangat jauh. Sementara Haechan masih mendekap Jeno di pelukannya, berusaha menjaga kesadarannya walau sangat lemah. Jeno memang sempat tersadar tadi, setelah perjalanan berlangsung, tapi dia tidak berhenti mengerang kesakitan.

"Jen dengarkan aku...tarik nafas buang tarik nafas buang ayo lakukan!."

"Hiks Chan a-aku ti-tidak akan melahirkan hiks sakith ugh~..."

"Iya tau hiks...ayo Lee Jeno kau pasti bisa hiks...maafkan aku maafkan aku Jen hiks..."

"K-kau ti-tidak salah hiks ugh~...a-aku yang sa-salah hiks...j-jangan m-menangis hiks..."

Tangan Jeno terulur untuk menghapus air mata Haechan yang ada di atasnya, membuat air itu malah mengalir semakin deras dari kedua netranya.

"Chan~ jangan menangis ugh sakitttt~..."

"Tahan kau kuat hiks Jen...jangan m-menyerah...demi hiks demi bayimu juga hiks...ayo k-kau pasti bisa~..."

"Ugh~ a-aku-."

"Na Jeno kau tidak boleh mati sekarang...kau harus lahirkan bayi kita...kau dengar aku...hey Na Jeno!!!."

"J-jaemin??."

"Ya, ini aku jadi bertahanlah...sebentar lagi kita sampai di rumah sakit...tahan oke tahan!!!."

Jeno tersenyum mendengar suara Jaemin yang ikut menyemangatinya kini. Ia sedikit menoleh ke arah kemudi, melihat Jaemin yang sedang menyetir kegilaan disana.

"J-jaemin hiks m-maaf..."

"Tidak aku yang seharusnya minta maaf, jadi bertahanlah lalu kita bisa hidup bertiga bersama nanti, janji padaku!."

"A-aku ti-dak bisa hiks janji!."

"KAU HARUS!!!."

"Hiks j-jangan ugh Jaemin~..."

Kesadaran Jeno mulai melemah kembali, ia berusaha membuka matanya tapi rasanya sangat berat, perut dan kepalanya juga semakin sakit.

"Hae-haechan m-maafkan a-aku hiks~..."

"Jangan minta maaf terus hiks bertahanlah~..."

"J-jaem hiks a-aku m-mencintaimu..."

Setelah mengucapkan kata terakhirnya, Jeno langsung menutup matanya dan tubuhnya melemas di pelukan Haechan.

"Jeno...Jeno sadarlah...Na Jaemin kita harus segera sampai di rumah sakit!!!."

Dan dengan itu Jaemin langsung memacu lebih kencang pedal gas mobilnya sambil membunyikan klakson agar mobil-mobil yang ada di depannya dapat menyingkir dan memberinya jalan. Hingga akhirnya mereka sampai di igd rumah sakit. Jaemin langsung turun dan memanggil perawat, setelah itu beberapa perawat datang membawakan brankar mendekat pada mobil Jaemin, Jaemin membuka pintu penumpang lalu membantu Haechan mengeluarkan Jeno dari dalam mobil, setelah Jeno sudah ditempatkan di brankar langsung didorong dengan cepat menuju ruang penanganan. Jaemin dan Haechan masing-masing memegang tangan Jeno tersadar kembali dari pingsannya tapi tetap merintih kesakitan. Hingga saat brankar Jeno akan masuk ke dalam ruang penanganan, terpaksa mereka berdua melepas pegangannya. Jaemin langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai sedangkan Haechan jatuh terduduk di kursi tunggu sambil memegang tangannya yang berlumuran darah Jeno, mereka berdua sama-sama menangis.

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang